Arsip Tag: Cerita Sex

Kisah Taro – Kulepaskan Hasrat Terpendamku, Dengan Pasienku

TAROSLOT Kulepaskan hasrat Terpendamku, Dengan pasienku, Sudah belasan tahun waktu aku melakukan praktik di sebuah kawasan yang ada di ibu kota, jumlahku lumayan banyak dan rata-rata berasal dari kelas menengah ke bawah. Meskipun aku sudah sangat senang mengurus pasien, namun aku masih tidak berani membina rumah tangga, karena aku benar-benar ingin bahagia dengan kehidupanku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dicapai dengan mudah bila kantongku tebal, simpananku di bank dan rumahku besar.

Namun saya tidak pernah menampilkan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Abidin yang ahli, atau Dr. Yogi yang spesialis kandungan, meskipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di arsitektur kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.

Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.

Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata rasa sakitnya sangat buruk bila ditinjau dari obat-obatan, hanya flu berat disertai efek yang kurang, jadi dengan obat yang biasa diberikan bagi mereka yang memperoleh obat malam, si ibu dapat mengatasi penyakit ringannya.

Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta matahari terbenam sampai kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar lagi. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.

Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera dimulai dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkiraan baru sekitar awal dua puluhan.

“Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, meskipun di luar terlihat pemandangan hujan masih mendayu dayu.
“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.
Dan untuk melewati waktu, saya banyak bertanya kepada mereka, yang ternyata bernama Rena.

Ternyata Rena janda tanpa anak, meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Rena tetap menjanda. Rena sekarang bekerja di pabrik konveksi anak-anak, namun perusahaan tidak bekerja untuk terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Saat saya melirik ke jam tangan saya, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan saya melihat Rena mulai terkantuk-kantuk, maka saya menyarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, saya terpaksa duduk di Rena yang mulai merebahkan diri.

Tampak rambut Rena yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Rena membalik-balik dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat melihat buah-buahan yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang lebih menonjolkan buah-buahan yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Rena tetap lelap dalam tidurnya.

Pikiranku menerawang, yang juga memiliki buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ‘selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, selama seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku.

Aku mencoba meraba buah dada Rena yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Rena terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang kanan, ternyata Rena tetap kiri.

Aku mulai merasakan aku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Rena yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Rena yang montok itu. Terasa Rena bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar, agar dia tidak berteriak. Aku lumatkan bibirku ke keinginan, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Rena yang semula agak tegang, rileks, dan agaknya mulai menikmati permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada dua buah di depan.

Setalah aku yakin Rena tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil mencoba menyibakkan roknya agar kita dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Rena sangat bekerja sama, dia menggerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana, dan saat itu kilat di sana sekilas tampak pangkal paha Rena yang mulus, dengan bulu yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.

Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar seksnya. Di tengah atas, ternyata klitoris Rena sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa terasa Rena agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.

Rena membiarkan aku bermain dengan senang, dan mencoba mulai membuka kancing bajuku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Rena mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terlihat sempit karena aku yang semakin membesar dan semakin menegang.

Sambil tetap menikmatinya, saya membantu Rena melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, masalah bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih berada di atas tempat tidur.

Mata Rena tampak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambutku yang pinggiran, dan batangku yang telah membesar dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.

Kutarik kepala sri agar mendekat ke perilakuku, dan kusodorkan kepala ku ke arah yang mungil. Ternyata Rena tidak membuka membuka mulut dan mengulum kepala membicarakanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang stangku sedangkan tangan kirinya meremas buah musik ku. Aku memajukan bokongku dan batangku makin dalam memasuki mulut Rena. Kedua ku sibuk meremas buah-buahan, lalu bokongnya dan juga pantatnya. Aku mainkan jariku di clitoris Rena, yang membuatnya menggelinjang, saat aku merasakan merasakan Rena mulai membasah, aku tahu, sudah dekat.

Kulepaskan mulutku dari kuluman bibir Rena, dan kudorong Rena hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Rena mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas punggung, dengan menekan kedua buah yang montok, bibir yang melumat, dan bagian bawah tubuhku di antara kedua pahanya yang semakin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan rasakan kepala bawahku menyentuh bulu Rena, lalu aku geserkan agak ke dan kini terasa kepala videoku berada di antara kedua bibir dan mulai menyentuh mulutmu.

Kemudian aku dorongkan batangku perlahan-lahan liang sanggama Rena. Terasa agak seret majunya, karena Rena telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang tubuh laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batangku sampai akhirnya terputus oleh dasar musik Rena. Ternyata cukup besar dan panjang bagi Rena, namun ini hanya sebentar saja, karena segera Rena mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batangku sampai habis, menghunjam ke dalam liang video Rena.

Aku batang membiarkanku di dalam liang sri sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku didorong dengan lebih cepat sampai. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Rena yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang perilakuku terasa di remas-remas oleh liang sri yang makin membasah.

Tidak terasa, Rena terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang semakin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Rena, aku belum ingin melakukan gaya yang mungkin akan membuat kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga menghasilkan hasil yang sangat sangat menyenangkan. 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Rena, aku hunjamkan seluruh batangku dalam, kutekan dasar video Rena dan seketika kemudian, terasa kepala gangguanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang telah Rena dan memancarkan air maniku yang terjadi lebih dari satu minggu .

Terasa badan Rena melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah mendekat yang montok. Batang cukupku mulai melemas, namun masih besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang videonya. Terasa ada cairan hangat yang mengalirkan pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Rena yang mengagumkan, aku bisikan ke telinganya,

“Rena, terima kasih, terima kasih..”

Kisah Taro – Kesempatan Bercinta Dengan Bibiku

TAROSLOT Kesempatan Bercinta Dengan Bibiku, Semoga anda menyukai artikel Cerita Sex di KisahTaro. Awal kejadian itu pada Sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan bibi saya. Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yang sering pergi ke diskotik bersama teman. Ini sangat menyakitkan bibi saya, karena di sana saya akan mabuk dan kadang pulang pada hari Minggu malam. Saya tidak tahu harus berbuat apa dengan teman-temannya.

Dan saat itu saya adalah satu-satunya di rumah ini: saya, Om Bram dan Tante Sarah.

“Brak ..” suara pecahan kaca membentur pintu, cukup membuatku kaget, dan om aku dengan marah berjalan keluar ruangan. Dari dalam ruangan, bibi saya terdengar berteriak, “Tidak perlu pulang, cepet menceraikan saya.” Di hati saya berkata, “Gee ribut lagi.” Om Bram segera keluar rumah, mulai mobil Taruna-nya dan pergi ke suatu tempat.

Di dalam ruangan, aku mendengar Tante Sarah menangis. Saya ingin masuk ke dalam tapi takut diintimidasi olehnya (kesalahan Om Bram diberikan pada saya). Tapi aku juga penasaran. Takut nantinya akan terjadi pada Tante Sarah. Maksud saya karena kekecewaan yang sama Om Bram dia langsung bunuh diri.

Aku perlahan membuka pintu kamarnya. Dan aku melihatnya menangis di depan meja rias. Saya berinisiatif perlahan sambil menghindari pecahan kaca yang telah dilempar oleh Tante Sarah. Aku mendekatinya dan perlahan.

Saya bertanya, “Mengapa Tan? Kambuh lagi?”

Dia tidak menjawab, diam-diam dan sesekali mendengar isak tangis. Sudah lama aku berdiri di belakangnya. Saat itu saya hanya menatapnya dari belakang, dan saya melihat Tante Sarah mengenakan baju tidur yang cukup menggoda. Saat itu saya belum memikirkannya. Saya baru saja menyimpulkan mungkin Tante Sarah mengajak Om Bram, keduanya sendiri di rumah, karena anak-anak mereka akan tinggal di rumah adik Tante Sarah. Dan mungkin juga Tante Sarah mengajak Om untuk bercinta (karena pakaian yang dikenakan cukup menggoda, baju tipis, dengan pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tapi Om Bram tidak mau, dia lebih peduli dengan teman-temannya daripada Tante Sarah.

Tiba-tiba Tante Sarah berkata, “Om, kupikir aku tidak lagi mencintai Tante, sekarang dia pergi dengan teman-temannya ke depok, tetap di rumah Bibi sendirian di rumah, apa yang Bibi tidak lucu lagi.”

Ketika Tante Sarah berkata bahwa dia berpaling ke Lihat saya. Aku setengah terkejut, saat mataku tanpa sengaja menatap payudaranya (sekitar 34 ukurannya). Terdengar puting susu dari saus yang dikenakannya. Aku cukup terkejut melihat tubuh bibiku.
Saya terdiam beberapa saat dan saya ingat bahwa Bibi Sarah menanyakan sesuatu kepada saya, saya segera menghampirinya (berharap bisa melihat payudaranya lebih dekat).

“Bibi masih cantik, dan Om akan pergi dengan temannya, jadi jangan khawatir dengan Tan!”

“Yeah, tapi teman-temannya sial, mereka akan mabuk dan bermain anak perempuan di sana.”

Aku jadi bingung. Secara refleks saya pegang tangannya dan berkata, “Tenang Tan aja, Om tidak akan macem-macem kok” (tapi pikiran saya sudah mulai segala macam).

“Tapi Bibi denger dia punya pacar di Surabaya, malah Bibi kemarin ketemu cewek telponnya, kalo gak salah nama Della.”

“Masak Om alah ninggalin Bibi untuk cewek yang baru tahu, mungkin ini teman Tan kali, dan anyways Bibi masih cantik.”

Tanpa Bibi sadar tangan kananku ada di paha Thante Sarah karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan pahanya lembut, saya melakukan ini karena saya menyimpulkan bahwa bibi saya belum tersentuh dengan lembut oleh pria.

Tiba-tiba tanganku memegangi pahanya diusir ke samping oleh Tante Sarah, dan berdiri dari kursinya, “Kuharap kau tidak basa-basi dengan Bibi, sekarang kuharap kau keluar dari kamar bibiku sekarang juga!” Dengan nada marah, Sarah mendorongku pergi.

Cukup terkejut juga saya mendengarnya, dan dengan malu saya berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sarah karena pengalaman saya. Aku berjalan perlahan untuk keluar dari kamar bibiku. Saat berjalan saya pikir, saya benar-benar terangsang dan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak saya putus dengan pacar saya, terus terang kebutuhan biologis saya dilewatkan melalui tangan saya.

Setelah sampai di pintu aku berpaling ke Tante Sarah lagi. Dia hanya berdiri menatapku, terengah-engah (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku berbalik lagi dan dalam pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini. Dengan bodoh aku menutup pintu ruangan dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik ke bibiku. Bibi Sarah cukup kaget melihat apa yang saya lakukan. Otak saya penuh dengan nafsu binatang.

“Apa yang kamu inginkan?” Dia bertanya dengan gugup karena terkejut.
“Bibi, sekarang mungkin Om sedang bersenang-senang dengan pacar barunya, sebaiknya kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Bibi”. Dengan nafsu saya menarik tubuh bibiku ke tempat tidur, dia berjuang, Tante Sarah memiliki tinggi sekitar 165 cm dan beratnya 50kg saya bisa mendorongnya ke tempat tidur, lalu tumpang tindih.

“Lepasin Tante, deh,” suara itu keluar dari mulutnya tapi aku tidak peduli dengan kemarahannya. Kastor ditarik ke atas. Ternyata Bibi Sarah tidak mengenakan celana dalam sehingga gundukan itu memahat lubang bukitnya yang tamak, dan aku menariknya perlahan-lahan ke atas sampai payudara terpampang di depanku. Dengan nafsu saya langsung mengisap putingnya, tubuh bibi saya masih berjuang, dengan tidak sabar saya segera merobek dasternya dan dengan segan kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, tubuh bibi yang cukup harum.

Akibat kemarahannya, aku kesulitan membuka bajuku, tapi perlahan aku bisa melepaskan bajuku dan celana. Sambil melepas bajuku dan celana, bergantian tanganku mengelap kemaluan ayamnya yang kurasa mulai basah (mungkin Tante Sarah sudah mulai terangsang meski tetap turun tapi frekuensinya sedikit sedikit menurun).

Poros saya telah berdiri teguh dan tegas nafsu telah menyelimuti semua kesadaran saya bahwa ini adalah istri paman saya sendiri … itu adalah bibi saya.

Dengan tidak sabar saya segera mencoba membenamkan pria saya ke dalam lubang tanteku.
Saya memiliki sedikit kesulitan untuk menemukan anggota tubuh feminin saya, terkadang fucking saya terjatuh ke atas dan kadang-kadang merindukan sumbu anus saya.

Ini karena bibi saya bergerak di sekitar sini mencoba menghindari dan menghalangi selangkangan saya yang siap untuk tempur ini.

“Heh, tidak, saya tolong bantu saya, maafkan saya, saya tidak peduli lagi dengan rengekannya, saya pura-pura dan harus sukses,karena kegagalannya mungkin saja Hasil yang sama,
Mungkin konsekuensi malah lebih fatal.

Bila lubang senggamanya menurut saya pas dengan cairan bantu yang keluar dari liang kewanitaan saya segera menghujamkan senjata.

“Bibi, sakit, ouch .. Bibi minta ampun .. tolong jangan lakukan .drink Bibi ..” Ketika saya mendengar erangannya, saya minta maaf, tapi senjata saya ada di dalam, “Sorry Bibi, saya bisa Tidak berdiri dan aku sudah datang kemari, “bisikku ke telinganya. Bibi Sarah tidak mengatakan apa-apa. Dan tidak mengatakan apa-apa.

Perlahan dan pasti aku mulai memompa alurku naik turun, aesthetic brawling ku, pasti masih sedikit pemberontakan di dalam dirinya.

Ssshhhhhhhhh ,peluitku hanya mendesis pelan sambil membalikkan kepalanya ke kiri dan kanan tidak mau melihat wajahku. Lalu dia hanya diam mengundurkan diri dan aku melihat air mata berlinang. Aku mencium kening dan bibirnya, berbisik, “Bibi, Bibi masih cantik dan tetap bersemangat, aku cinta Bibi, jika Om bukan cinta lagi, biarkan aku yang mencintai Bibi.” Bibi Sarah diam saja, dan aku merasa pinggulnya juga bergoyang mengikuti irama. Dengan goyanganku.

Alur saya saya mendorong perlahan … seolah-olah untuk menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama.

Cllkk .clllkkkk.cclkkkk suara tubuhku berbenturan dengan tubuh bibiku sama keluar dari pintu kemaluanku ke lubang senggamanya yang enak banget.

Kira-kira 10 menit saya merasakan feminitas wanita saya semakin basah dan kakinya melintang di atas pinggul saya dan ditekan dengan kuat sehingga bibiku sedang orgasme.

Biarkan aku sejenak … .. biarkan bibi saya menikmati orgasme. Saya membenamkan lebih dalam pada pangkal paha, memeluk tubuhnya erat-erat dia membalasnya dengan erat … ..kurasakan tubuh bibi gemetar Kesenangan telah didapat.

Aku membalikkan tubuh bibiku dan sekarang dia berada di posisi teratas …… tubuhku masih terbenam dalam kewanitaan bibiku …… tapi dia tetap diam saat berbaring di atas tubuhku,. … lalu aku mengangkat pinggul bibiku perlahan … ..dan menurunkannya lagi …. Kuturunkan lagi.

Bungkangku yang berdiri tegak menusuk menuangkan ke bawah … teras yang menyenangkan.

Ahirnya tanpa bantuan … bibi saya menggoyang pantatnya naik turun.

Oooooooccchhhhhhhh …… saya sebuah kenangan indah.

Sepertinya bibi saya mahir dengan dia bergoyang.

Kenikmatan maksimal yang saya dapatkan dalam posisi ini.

Ternyata bibi saya tahu situasi ini … dia menambahkan goyang menggoyangkan pantatnya yang dipelintir hanya pantat anisa sangar penyanyi dangdut dengan patah goyang yang patah.

Oooooochhhhhh, ………… sshhh …… kali ini aku seperti orang yang pedas.

Aku mengangkat kepalaku … kuhisap puting bibiku.

Dia mengerang …… .. gerakannya bertambah cepat.

Dan 5 menit berjalan ……. Gigi saya bergetar lagi …… dia sudah orgasme kedua nya ……
Bahu saya erat mencengkeram.

Ssshhhhhhh ……… bibir bawahnya digigit … sementara kepalanya mendongak.

“…. * kamu ……. bisakah kamu benar-benar gini … ..ssssshhhh

… .tante sudah 2 kali kluarrrrrrrr … “… ..

Aku hanya tersenyum.

“Rasa tulang saya longgar semua untuk ….”

Aku tersenyum kembali …

“Bibi tidak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu ..”

Aku berbalik tubuh bibiku dengan posisi konvensional.

Kugenjot dengan femininnya.Oooohhh oohhh … .ssshhhhh

Bibi saya menggeliat pinggulnya mulai bergoyang juga menyeimbangkan genjoto saya.

Aku sudah nyampe nyeng.

Dan segera saya akan mengeluarkan sperma saya di lubang senggama.

Ssshhhhhh …… aaachhhhhhh ……………… ..

Sperma saya tumpah dengan cepat ke dalam lubang persahabatan bibiku.

Mata bibi saya menatapku klimaks.

Sebuah permainan yang panjang dan melelahkan …… yang dimulai dengan paksaan dan pemerkosaan tak berujung tanpa henti dengan kenikmatan yang sama dari puncak yang sama.

Aku melihat ekspresi yang sangat kuat di wajah bibiku.

“Anda harus merahasiakan rahasia ini … ..”

Aku hanya mengangguk.

Dan sekarang bibi saya tidak peduli apakah om saya mau pulang atau tidak .

Karena kalau om saya keluar malam ini maka bibi saya akan menghubungi saya via HP untuk segera kerumahnya.

Kisah Taro – Hasrat Terpendam Tante Clara

TAROSLOT Hasrat Terpendam Tante Clara, Pada waktu ketika saya datangi, rumahnya tak terlalu luas tapi cukup apik penataan taman, saya pencet bel, yang keluar seorang wanita setengah tua dengan penampilan yang mempesona, dengan kulit bersih tanpa make up dan bibirnya yang sensual hingga membuat buyar konsentrasi. Setelah beberapa saat menunggu di ruang tamu saya dipersilakan masuk ke ruang kerja, dimana komputer tersebut berada. Beberapa waktu berselang selesai pekerjaan saya, sebelum pamit saya menyuruh mencoba komputer tersebut apa sudah baik atau masih ada yang tertinggal.

Berawal dari coba mencoba akhirnya saya jadi akrab untuk berbincang-bincang dengan wanita setengah baya, yang mengaku bernama Dewi (nama samaran). Yang ternyata seorang istri yang selalu ditinggal oleh suaminya yang gila kerja. Waktu suaminya hanya tersita oleh pekerjaan, memang soal materi selalu diberikan dengan sangat cukup tapi soal batin yang tak pernah terpikirkan oleh suaminya terhadap istrinya, saya pikir hal ini persoalan klise belaka, tetapi dampaknya sangat berarti bagi kehidupan berumah tangga.

Tak terasa waktu berjalan terus seiring dengan konsultasi Dewi terhadap saya tentang persoalan rumah tangganya, katanya saya dapat berbicara seperti konsultan rumah tangga, hal ini memang saya akui suatu kelebihan saya bila menghadapi wanita yang sedang dirundung musibah, tapi bukan sebagai kedok untuk berbuat yang tidak-tidak.

Setelah selesai saya pamit dan memberikan No. HP saya dengan pesan bila terjadi sesuatu dan memerlukan saya hubungi saya.
Beberapa hari kemudian saya ditelpon untuk bertemu disuatu tempat yang menurut saya sebagai tempat yang sangat romantis bagi dua insan yang sedang kasmaran namanya (ada aja).
“Mas, saya sangat berterima kasih atas konsultasinya waktu lalu”, ujar Dewi dengan mata yang sendu dan bibir tergetar halus.
“Saya hanya orang biasa yang hanya dapat berbicara untuk mencari jalan keluar”, jawab saya sebisanya karena dengan tatapan matanya saya dapat merasakan getaran birahi yang sangat besar.
“Saya ingin Mas temani saya untuk berbagi rasa dengan perasaan Mas yang sebenarnya”
Wah mati aku, akhirnya saya bimbing kedalam tempat yang nyaman dan privacy. Bagaikan seorang kekasih saya berkasi-kasihan diatas sebuah ranjang empuk dan berudara nyaman.

Saya lumat bibirnya dengan penuh perasaan dan saya genggam kedua telapak tangannya sehingga kami merasakan kebersamaan yang bergelora. Lidahnya terus bergoyang didalam rongga mulut seirama dengan alunan musik bossas. Lama kami ber ciuman mesra, kurengkuh lehernya dengan jilatan halus yang merindingkan bulu kuduknya, Dewi melenguh.
“Mas terus Mas jangan kecewakan saya” sebentar-bentar tangannya bergreliya ke dada dan selangkangan saya, tak tinggal diam dengan gaya yang meyakinkan saya kecup putingnya dengan sedotan-sedotan kecil dan gigitan mesra, bibir saya meluncur kebawah menuju pusar, saya mainkan lidah saya dibundaran pusarnya wah wangi farfumnya menyentuh birahi saya. Tangannya merengkuh alat pitas saya yang sudah tegang, Dewi kaget, mass kok besar sekali, saya bisikan, jangan takut pasti muat. Memang Dewi belum dikaruniai anak, jadi masih seperti perawan, apalagi punya suaminya tak terlalu besar.

Saya jilat permukaan vaginanya, Dewi bergelinjang menarik pantatnya hingga menjauhi bibir saya, saya terperanjat, kenapa?
“Mass saya belum pernah seperti itu, maaf yah”, saya hanya tersenyum dan meneruskan permainan bibir kebagian betis dan seluruh paha.
Beberapa waktu berselang tangannya mendekap kepala saya dengan sangat kencang seolah-olah tak mau dilepaskan, sesak napas saya. saya tau Dewi sudah klimaks tapi dalam dalam benak saya ini baru permulaan. Setelah dekapannya melemah saya baringkan celentang, terhamparlah padang rumput dan pegunungan yang indah seindah tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Dengan gaya konpensional saya mulai melaksanakan tugas saya sebagai seorang lelaki, saya selipkan punya saya disela-sela bibir kemaluannya hingga ambles kepalanya, Dewi menjerit kecil.
“Mass, tahan Mass ngiluu Mas terlalu besar”.

Memang saya sadar dan tak langsung main tancap, saya tarik dan tekan secara perlahan-lahan, setelah vaginanya teradaptasi Dewi berubah dengan gaya yang agresip ditekan pantatnya ke atas hingga punya saya ambles semua, saya imbangi dengan gerak-gerakan yang atraktif, saya balikkan tubuhnya, saya dibawah dan Dewi di atas dengan demikian Dewi lebih leluasa untuk mengekspresikan birahinya yang selama ini tertahan. Benar adanya dengan gerakan yang dahsyat Dewi bergerak naik turun sambil berdesis-desis hingga saya bingung membedakan antara desisan bibir bawah dengan bibir atas. Beberapa saat kemudian Dewi mengejan dan menegang sambil menggigit dada saya, setelah itu saya tak mau kehilangan momen saya lakukan penyerangan dengan gaya profesional atas, bawah, depan, belakan, kiri dan kanan, hanya satu yang tak mau saya paksakan yaitu mengoral punya saya, karna saya tau Dewi nanti stress, saya pikir bila nanti pada satnya tiba mungkin bukan batangnya yang dilumat tapi sekalian bijinya dan sangkarnya.

“Dewwii saya mau sampai nihh. saya keluarin dimanaa?”
“Mas di luar saja dulu yah”.

Dengan secepat kilat saya tarik kemaluan saya dan saya keluarkan di dadanya hingga beberapa semprotan protein meleleh diantara dua bukit dan sedikit terciprat ke dagu. Setelah semprotan terakhir keluar, matanya terbuka dan tangannya menggenggam kemaluan saya, tanpa saya sadari dikulumnya kemaluan saya, hingga saya terperajat dan tak yakin, yah mungkin inilah yang dinamakan puncak dari birahi kaum hawa yang sudah mencapai batas ambang sehingga tak berlaku lagi rasa malu, jijik, dan kotor yang ada hanya nafsu dan nafsu.

Tanpa istirahat kemaluan saya bangun kembali sehingga menegang sampai kuluman mulut Dewi terasa sempit dan rongga mulutnyapun membesar. Gerakan maju mundur mengakibatkan saya bergelinjang kekanan dan kekiri sambil sesekali mencengram rambutnya yang terurai lepas. Konsentrasiku hampir terganggu dengan gerakannya yang cepat hampir klimaks saya dibuatnya, tapi sebelum itu saya lepaskan untuk mengurangi ketegangan saya, saya balik menyerang dengan jari jemari menari-nari diseputar liang vaginanya dan sesekali menggesekkan ke area G-Spot wanitanya sehingga Dewi merancau tak karuan, tangannya menarik sprei hingga terlepas dari sangkutannya. semakin lama semakin dahsyat pergolakan birahi saya dan Dewi, saya rasakan aliran cairan hanggat membasahi jari saya dan tak mau ketinggalan moment yang indah ini saya balikan tubuhnya sehingga tengkurap dan saya tekan dengan kemaluan saya dari arah belakang, Dewi meringis.
“Mas pelan-pelan, ngilu”

Saya atur irama sehingga lama kelamaan menjadi asyik dan Dewipun melakukan gerakan yang membuatnya bertambah assyik dan masyukk. Dadaku bergetar ketika hasrat itu akan mencapai puncak, ku tarik kemaluanku dan kusemprotkan ke atas punggungnya dangan kedua tangan ku mencengram kedua bongkah pantatnya yang masih kencang untuk ukuran Dewi. Dan lubang anusnya masih bersih tak ada tanda-tanda bekas gesekan atau luka atau penyakit wasir, nafsu saya melihatnya tapi hasrat itu saya pendam, mungkin (dalam benak saya) lain waktu Dewi meminta untuk di setubuhi anusnya karena memang bila nafsu sudah datang birahipun memuncak yang pada akhirnya dunia terasa sangat-sangat indah melayang-layang dan sukar diutarakan yang ada hanya dirasakan. Pikiran ngeres saya ternyata terbaca oleh Dewi, dengan sedikit mesra tangannya menarik kepalaku dan membisikan sesuatu.

“Mas, coba dong masukin dari belakang, Dewi ingin coba sekali aja tapi pelan-pelan yah”.

Antara sadar dan tak sadar saya anggukan kepala tanda setuju. Karena badan saya sangat lelah saya istirahat sebentar dan membersikan sisa-sisa mani yang menempel pada kaki dan perut. Saya minum beberapa teguk minuman yang dihidangkan dikamar tamu, setelah rilek saya kembali kekamar, ternyata Dewi masih tergolek diatas tempat tidur dalam posisi tengkurap, wah inilah yang dinamakan lubang surga, terletak hanya kurang lebih tujuh centimeter antara lubang vagina dengan lubang anus. Saya berfikir mana yang lebih sempit, wah yang pasti lubang anus yang lebih sempit, tanpa basa-basi saya mainkan jari saya dengan sedikit ludah untuk pelicin kesekitar permukaan anusnya, Dewi terbangun dan merasakan adanya sesuatu yang lain dari pada yang lain, dan jariku terus menusuk nusuk lubang anusnya, saya tidak merasa jijik karena memang anus Dewi bersih dan terawat.

Dengan hati-hati saya masukkan kejantanan saya kedalam anusnya, susah sekali masukinnya karena memang punya saya besar dibagian kepalanya sedang Dewi anusnya masih sangat rapat, saya nggak abis akan saya ludahin agar licin, lama-lama kepala kemaluan saya masuk kedalam anusnya, Dewi menjerit kecil, saya tahan beberapa saat kemudia dengan rileks saya tekan setengah dan tarik kembali, begitu terus-enerus sehingga Dewi merasakan sensasi yang luar biasa.
“Mas kok enak sih, lain gitu dengan melalui vagina”.

Saya pun waktu itu baru merasakan lubang anus tuh seperti itu, menyedot dan hangat, hampir-hampir saya tidak kontrol untuk cepat-cepat keluar, dengan tarik nafas secara perlahan saya bisa kendalikan emosi saya sehingga permainan berjalan dengan waktu yang panjang, Dewi meringis dan bola matanya sebentar-bentar putih semua menandakan birahi yang sangat dahsyat.

Kemaluan saya semakin tegang dan berdenyut tanpa memberi tahu kepada Dewi saya semprotkan mani saya kedalam liang anusnya, Dewi kaget dan mengejan sehingga kemaluan saya seakan-akan disedot oleh jetpump kekuatan besar. saya tergeletak diatas punggungnya sambil memeluk perutnya yang indah, walaupun ada sedikir kerutan, karena memabg umur tidak bisa dikelabui, saya dan Dewi tertidur sejenak seakan melayang-layang di dunia lain. Kami bersetubuh dengan kemesraan hingga dua jam setengah sebanyak tiga ronde dipihak saya.

Saya lihat tatapan matanya mengandung kepuasan yang sangat dahsyat begitu pula saya sehingga membuat motivasi saya untuk bersetubuh dengan wanita-wanita setengah baya yang memang membutuhkan siraman biologis, karena wanita setengah baya secara teori sedang dalam puncak-puncaknya mengidamkan kepuasan birahi yang tinggi, istilahnya sedang mengalami fase puber kedua, apalagi bila sang suami tak memberikannya. Saya memang lebih menyukai wanita setengah baya dari pada ABG, karena wanita setengah baya mempunyai naluri kewanitaan yang besar sehingga dalam bersetubuh dapat saling memberikan respon yang sangat artistik bila dilakukan dengan mesra.

Setelah kami mandi kamipun bergegas untuk kembali pada tugas masing-masing, dari akhir pembicaraan saya dengannya, saya dipesankan agar merahasiakan hubungan ini, setelah itu saya diselipkan sehelai cek untuk konsultasi katanya. tanpa kwitansi dan tanda terima seperti biasanya bila terjadi transaksi. Sebenarnya saya tak tega mengambil cek tersebut, karena apa yang saya lakukan dengannya adalah sama-sama iklas sehingga hubungan menjadi sangat sangat sangat asyik masyuk, tapi saya pikir uang buat Dewi nggak masalah karena memang untuk biaya pengeluaran lebih kecil dari pada yang diterima dari suaminya, selain itu saya juga sedang memerlukan biaya untuk memperbaiki kendaraan saya yang secara kebetulan pada waktu itu sedang mengalami perbaikan mesin.

Setelah peristiwa itu saya masih terus dihubungi bila Dewi perlu, dan pernah saya dikenalkan dengan rekan-rekan yang senasib dan saya pernah dihubungi oleh teman-temanya dengan saling menjaga rahasia satu sama lain, tapi ceritanya tak jauh beda, yang jelas saya akan rahasiakan sampai akhir hayat.

Oke saya pikir cerita ini bukanlah membuka rahasia tapi hanya membagi pengalaman dalam dunia maya, dan lagi nama dan tempat adalah fiktif belaka, bila ada rekan-rekan yang berminat konsultasi dengan saya saya siapkan waktu, hubungi saya, selanjutnya terserah anda. Dan motto saya, kerahasiaan adalah segalanya buat hidup saya.

Kisah Taro – Hobiku Melayani Tante Girang

TAROSLOT Hobiku Melayani Tante Girang, Dikesempatan kali ini kami ingin membagikan sebuah cerita dari salah satu rekan kami yang pernah menjadi pemuas tante-tante. Pukul 20:00 WIB bel pintu rumah kontrakanku berdering, ketika itu aku di dapur sedang membuat mie rebus kesukaanku. Dengan berlari kecil menuju pintu depan, lalu aku membuka pintu, ternyata yang datang ke rumahku adalah Tante Rheisa berserta temannya, aku belum kenal siapa dia.

“Hi Juan.. apa kabar Sayang,” kata Tante Rheisa.
“Ooo Tante, Silakan masuk Tan,” balasku sambil mempersilakan mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu.
“Tan, maaf yach di tinggal dulu mo matiin kompor soalnya lagi masak mie nich..” kataku.
“Oh ya Juan.. silakan.” balasnya.

Seketika itu juga aku beranjak ke dapur. Dua menit kemudian aku kembali ke ruang tamu lagi. Lalu aku di kenalkan dengan temannya oleh Tante Rheisa.
“Juan, kenalin nich temen tante,” katanya.
“wulan..” katanya.
“Juan..” balasku.

Lalu terjadilah perbincangan antara kami bertiga, hingga akhirnya Tante Rheisa mengajakku untuk ML bersama-sama.
“Juan, puasin kita dong.. mau khan?” kata Tante Rheisa.
“Boleh.. kapan?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Yach sekarang dong.. masa tahun depan sich,” kata Tante Wulan.
“Juan.. Tante Rheisa udah cerita tentang kamu, dan Tante Wulan tertarik mau nyobain permainan kamu Juan,” katanya.

“Ah, Tante Wulan ini ada-ada aza,” candaku.

Kemudian aku berdiri menuju sofa, dan aku duduk di tengah-tengah mereka, tanganku mulai memegang dan meremas-remas payudara Tante Wulan dari luar bajunya, dan kulihat Tante Wulan mendesis, dan dia hanya diam saja sewaktu tanganku memainkan payudaranya.

Lalu aku mulai mencium bibirnya, bibirku dibalas oleh Tante Wulan dengan ganasnya. Lidah kami saling berpautan dan air ludah kami saling telan. Melihat aku dengan Tante Wulan sedang asyik bercumbu, tangan Tante Rheisa mulai bergerilya, meremas-remas batang kejantananku dari luar celanaku.

Tiga menit setelah aku selesai menikmati bibir dan aksi remasanku di payudara Tante Wulan, lalu aku mengajak mereka masuk ke dalam kamar tidurku. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku. Di dalam kamarku mereka berdua melepaskan pakaiannya masing-masing hingga bugil.

Alamak aku sempat tertegun melihat kedua tubuh mereka dan kedua payudara serta liang kewanitaan mereka yang indah itu. Payudara mereka sama besarnya, cuma perbedaan dari mereka adalah bulu kemaluannya, bulu kemaluan Tante Rheisa sangat lebat dan hitam, sedangkan kewanitaan Tante Wulan bersih tanpa bulu.

Setelah mereka bugil, lalu mereka melucuti seluruh pakaianku satu-persatu serta celanaku hingga bugil. Lalu aku naik ke atas tempat tidurku. Aku mengatur posisi, posisiku tiduran terlentang, Tante Wulan kusuruh naik ke atas wajahku dan berjongkok lalu aku mulai mejilat-jilat liang kewanitaannya dengan lidahku, sesekali jariku memainkan klitorisnya dan memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah itu, sedangnkan Tante Rheisa kusuruh mengerjai batang kejantananku.

Batang kejantananku di kocok-kocok, dijilat-jilat dan dikulum ke dalam mulutnya hingga semua batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat sekali ketika batang kejantananku dikenyot-kenyot oleh Tante Rheisa.

Selang 10 menit aku melihat Tante Rheisa mulai mengubah posisinya, dia berjongkok di atas selangkanganku dan batang kejantananku diarahkan ke liang kewanitaannya dengan tangannya dan.., “Bleesss.. bleesss..” masuklah batang kejantananku ke liang senggamanya dan terasa hangat dan sudah basah.

Lalu Tante Rheisa menaik-turunkan pantatnya, terdengar suara desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulut Tante Rheisa, “Hhhmm.. aaakkhh.. aaakkhh.. hmmm..” Tante Rheisa terus menaik-turunkan pantatnya dan sesekali memutar-mutar pantatnya.

Saat menikmati hangatnya liang kewanitaan Tante Rheisa, aku masih terus menjilat-jitat dan mengocok jariku ke liang kewanitaan Tante Wulan. Ketika sedang asyiknya menjilat liang kewanitaan Tante Wulan, lidahku merasakan suatu cairan kental yang keluar dari liang kewanitaan Tante Wulan, lalu kusedot dan kutelan air kenikmatan Tante Wulan itu dan kubersihkan liang kewanitaannya dengan lidahku.

Sepuluh menit kemudian kulihat Tante Rheisa sudah tidak tahan lagi dan akhirnya, “Crreeett.. crreeett..” air maninya mangalir deras membasahi batang kejantananku, seketika itu Tante Rheisa terkulai lemas di sampingku dan kini batang kejantananku sudah terlepas dari liang senggamanya.

Lalu aku mngubah posisi, kini Tante Wulan kusuruh menungging dan dari belakang kuarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, “Bleeeeesss.. bleeeeess…” aku mulai mengocok-ngocok batang kejantananku di liang kewanitaannya dari belakang, aku terus memaju-mundurkan batang kejantananku, sembari tanganku meremas-remas payudara yang menggantung dan bergoyang-goyang itu.

Rintihan nikmat pun terdengar dari mulutnya, “Aaaakhhh….. aaaakkkhhh….. terus sayang.. enak.. aaaakkkh…. hhhmmm..” Ketika batang kejantananku keluar masuk di liang kewanitaannya, di balas juga oleh Tante Wulan dangan memaju-mundurkan pantatnya.

Selang 20 menit aku merubah posisi lagi, kini kuatur posisi Tante Wulan tiduran terlentang lalu kuangkat kedua kakinya ke atas, kubuka lebar-lebar pahanya, lalu kuarahkan kembali batang kejantananku ke liang kewanitaannya dan.., “Bleeeess.. bleeeesss..” batang kenikmatanku masuk ke liang kewanitaannya lagi, aku mulai mamaju-mundurkan pinggulku.

Sepuluh menit kemudian dia sudah tidak tahan lagi ingin keluar, “Aaaakhhh…. aaaakhhh…. Say, Tante udah nggak tahan lagi pengen keluar..” rengeknya. “Juan belom mo keluar nich Tan.. kalo mo keluar keluarin aza,” kataku dan akhirnya, “Creet… creettt…. creettt…….” dia sudah mencapai puncak kenikmatannya. Dan dia pun terlihat lelah karena puas.

Karena aku belum mencapai puncak kenikmatan lalu aku merubah posisi dengan gaya “side to side”, (satu kaki Tante Wulan diangkat ke atas sedangkan kaki satunya tidak diangkat, sedangkan posisi tubuh miring).

Kukocok-kocokkan batang kejantananku dengan tempo sedang di liang senggamanya, dan 20 menit kemudian aku merasakan sepertinya aku akan menemui puncak kenikmatan, lalu aku mempercepat gerakanku, kukocok dengan tempo cepat dan agak kasar di liang kewanitaannya dan terdengar rintihan kesakitan dan rasa nikmat yang terdengar dari mulutnya.

“Ouuuw….. aaahhkkk….. aaaaaakkhhh…. aakhhh..” kemudian kucabut dan kuarahkan batang kejantananku ke wajah Tante Wulan dan, “Creet.. creett.. creeett..” spermaku muncrat di wajahnya. Lalu batang kejantananku kuarahkan ke mulutnya minta di bersihkan oleh tante Wulan dengan lidah nya dan aku pun terkulai lemas di tengah kedua tante itu.

Lima belas menit setelah mengatur nafas dan melihat kemolekan kedua tubuh tante itu, batang kejantananku sudah mulai berdiri lagi dan mengeras. Kini sasaranku adalah tante Rheisa, kuangkat tubuh tante monica dan aku menyuruhnya menungging.

Kemudian batang kejantananku kuarahkan ke lubang pantatnya dan…… ” Bleeessss……bleesssss…” Batang kejantananku sudah masuk ke dalam lubang bokongnya, aku mulai mengocok-ngocok kembali batang kejantananku di bokongnya. “aaaaaaakkkhhhhh…… aaaaahhhhh……oooohhh……hhhhhhmmm……. ” Cuma itu yang keluar dari mulut tante Rheisa saat aku menusuk-nusuk pantatnya.

Selang 5 menit aku kembali merubah posisi, aku duduk di pinggir ranjang dan tante Rheisa duduk di atas selangkanganku menghadapku. Lalu…. ” Blleeeesss……. bleeeessss…” kini batang kejantananku bukan di lubang bokongnya lagi namun sudah masuk ke liang kewanitaannya.

Tante Rheisa mulai menaik-naikkan bokongnya di atas selangkanganku dan sambil menikmati gerakan dari posisi itu, aku meremas-remas kedua payudara dan kusedot-sedot bergantian. Kugigit-gigit puting susunya dan dari payudara itu keluar suatu cairan dari putingnya.

Ternyata yang keluar itu adalah air susunya, langsung saja kusedot dan rasanya nikmat sekali. Ketika aku menyedot air susunya semakin kuat desahan yang di keluarkan tante Rheisa, setengah jam kemudian kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan dan…..” Crrrooootttt…..crrooooott…croot..”
Kami berdua keluar dan terkulai lemas di tempat tidur dengan batang kejantananku yang masih menancap di liang kewanitaannya.

Kami bertiga akhirnya tertidur kelelahan, keesokan paginya kami pun melakukan hubungan lagi bertiga di kamar tidur maupun di kamar mandi saat kami mandi bersama. Setelah permainan dan mandi bersama itu selesai, kemudian kedua tante itu pun pulang.

Keesokan harinya semakin banyak saja tante-tante girang yang ku layani, terlebih lagi karena pengalaman permainanku yang sangat memuaskan mereka dan terasa nikmat.

Kisah Taro – Melayani 2 Tante Kesepian Hypersex

TAROSLOT Melayani 2 tante Kesepian Hypersex, Mataku sungguh susah untuk memejamkam mata karena masih terbayang tubuh Mba Mbak Zizi yang seksi dan amoy rasanay jika melihat payudaranya ingin aku remas karena gemas, sungguh besar dan menonjol, Mba Zizi adalah tetangga yang aku idolakan, sudahlah untuk mengahayalku malam ini, aku sudah mengantuk dan ingin tidur semoga bisa mimpi bersama Mbak Zizi.


Matahari tlah terbit,aku terbangun oleh gaduhnya suasana didepan kontrakanku..kucoba untuk bangun dari tmpat tidurku untuk sekedar mengetahui, kucoba untuk mengintip dari celah gorden kaca depan,ternyata mbak Mbak Zizi baru datang..dan eh siapa itu..oo ternyata teman mbak Zizi..
Aku kembali ketempat tidurku,baru beberapa langkah ..pintu diketuk seseorang “ amzar..amzar kamu sudah bangun.?” Suara itu tak lain adalah suara Mbak Zizi.
“iya ..Mbak.” kataku kemudian aku melangkah kedepan pintu dan kubuka pintu .
” ada apa mbak?”kataku
“ kamu hari ini ada rencana mau jalan gak?” katanya..
”kayanya gak ,mbak..kenapa” kataku,
“ bisa temanin kami gak..itu temanku mau ngajak jalan-jalan keLoksado..”katanya,
“kapan, hari ini?”kataku..
”tahun depan..ya hari ini lah..rencananya kami mau nginap disana”katanya lagi sambil tersenyum.
” Ok ..aku mandi dulu ya mbak..”kataku..
”ya sudah kami tunggu kamu..jangan lama-lama “ katanya” ok mbak..”kataku sambil berlalu.
Setelah semua siap kami berangkat menuju tempat wisata Loksado,di perjalan kami hanya bertiga aku nyetir dan mbak Mbak Zizi dan temannya duduk diibelakang .mereka asik bercanda dan pembicaraan mereka mengarah pembicaraan sex..aku hanya senyum-senyum aja melihat tingkah laku mereka..
kadang-kadang mbakZizi tersenyum padaku..o iya nama teman mbakZizi ini Devi..orangnya gak kalah cantiknya sama mbak Zizi ..
toketnya lumayan gede tapi yang bikin berbeda sama mbak Zizi adalah pantatnya yang besar,sesekali aku melirik dari kaca ..pikiranku sudah kemana-mana memikirkan apa yang akan terjadi di sana.

Satu jam sudah perjalan menuju Loksado akhirnya kami sampai di tempat wisata tersebut..dan langsung memesan kamar penginapan yang ada disana.”mbak , mau berapa kamar..dua?kataku..
berdua saja gak papakan..?”katanya
“gak papalah..malah aku senang..”sambil tersenyum..terus aku ngambil kunci kamar ,,dan masuk kamar yang sudah tersedia diikuti oleh mbak Mbak Zizi dan mbak devi..
kubuka pintu kamar dan memasukan barang bawaan kami..mereka langsung merebahkan diri di kasur yang empuk..
” eh cape banget nih di, mau gak pijitin aku” kata mbak Mbak Zizi..
”boleh, apanya yang dipijit..mbak..?” kataku “punggunku rasanya pegel banget di “ katanya sambil membuka baju nya..dan kini dia hanya pakai BH..


”ok ..mbak..” aku mulai memijit dari pundaknya..pijitannku kulakukan sebaik mungkin
“ ooh di pijitanmu enak banget ,,rasanya urat-urat pada pundakku yang tdi tegang sudah rada enakan,di kalo Bhnya ngalangin pijitan kamu ..buka aja .gpp kok”katanya..
dengan cepat kelepaskan bhnya dari tubuh mbak Mbak Zizi..dari pundak pijitanku kuturunkan kepunggung mbak namun sesekali tanganku menyentuh pinggiran gundukan gunung kembar yang masih padat dan kencang..
”eeh amzar tangan kamu nakal,ya..”katanya manja..
”tapi suka kan mbak” kataku..dan tanganku masih memijat punggungnya..
”iya sih abis pijitan kamu enak bgt ,di”
“mau yang lebih enak lagi ya mbak?” kataku dan tanganku sudah ada di gundukan kembar itu dan sambil meremas gundukan itu terdengar ritihan kecil dari mulut dia”ooh di enak bgt remasan kamu..ooh di terus di
“rintihnya..kemudian dia membalikan badan dan telentang dan tampaklah bukit kembar yang mempesona di hadapanku dan langsung saja kulumat gundukan itu dan diapun mengelinjang ” ouuh di ..lumat terus isep yang kecang di..ouuhh nikmat banget .
”mulutku kuturunkan kebawah dan akhirnya sampai kesela-sela selangkangannya..dan mulai kujulurkan lidahku diantara belahan memeknya yang bersih..
”ouuhhh..diii….nikmat baget ya terus terus dii jilat terus ..ya yang itu di nikmat banget…ouuhh…oouughh….dii…aku hmapir gak tahan dii aku mau keluar…
”tubuhnya mengejang ngejang…dan akhirnya..
menyeburlah cairan bening dari dalam memeknya dengan derasnya dan membasahi muka ku..dan dengan besemangat aku jilat sampai licin cairan itu…
” ouuh di..nikmat banget,kamu pintar sekali menjilatnya..” katanya tersenyum..
Mbak devi yang dari tadi memperhatikan kami hanya senyum-senyum.dan akhirnya dia mendekat kekami dan dia melepaskanseuruh pakainanya sampai bugil..dan ak terpana akan bodynya yang aduhai..
”boleh aku ikutan” katanya” gabung aja ta..”kata mbak Mbak Zizi..” di sekarang giliran kamu..langsung saja mbak Mbak Zizi meraih kontolku yang sedari tadi sudah tegak berdiri di lumatnya dengan ganas tak ketinggalan biji nya dijilat dan di emutnya..
”oohhh mbak ..enak bgt “aku hanya bisa terpejam meninkmati jilatan dan isapan mltnya..dan mbak devi sekarang sudah ada di hadapanku sampil mengarahkan memeknya di hadapan mukaku dan langsung saja kuisep dankujilat memek itu…oohh dii…enak bgt nikmat bgt dii…oohhh..terus di” mbak devi meracau..

Baca Juga : Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar
”mbak..memek kamu enak banget,ooh “ memek itu terasa legit dan aku menjilatnya samapi puas …” di..aku gak tahan lagi, maikan sodokan kontolmu ke memek ku di..” kata mbakZizi..aku merubah posisi sekarang aku telentang dan mbakMbak Zizi siap mengangkagi aku dan menuntun kontolku ke lobang kenikmatannya dan akhirnya masuklah kontolku ke lobang itu.
”uoohh di nikmat …punyamu keras banget di..dia sambil menaik turunkan tubuhnya..dengan cepat dan sesekali dia gayangkan dan terasa kontolku terputar-putar, tak lama kemudian dia mengejang tubuhnya kelojotan kaya cacing kepanasan “ di aku gak tahan lagi..mau keluar dii.. uooohhhgg nikmat ..di terasa ada yang berdenyut denyut memijit kontolku..sementara itu aku masih asik mengisap memek mabak devi.”
Di sekarang giliranku ,sodokan punya kamu di aku sudah gak tahan nih..”mbak Mbak Zizi tergolek lemas di samping kami..dan mbak devi siap menerima sodokanku dengan gaya nungging..dan kuarahkan kontolku ke lobangnya dan “ bless” masuklah semua kedalam memeknya dan mulai ku genjot secara pelan pelan dan sesekali ku goyangkan kontolku dalam
“ oohhh di..nikmat banget…kontolmu bisa bergerak dalam memekku..oggghhhh nikamat iya terus di sodok yang kencang..”memek mbak juga nikmat banget..”kataku..tidak berapa lama” dii..aku sudah mau keluar..di kamu masih lama kah.”

Katanya” iya, mba tapi kalo mbak mau saya keluarin sekarang ayo juga” ok di kita bareng keluarnya ya…” he eh mba” sodokanku kupercepat
“ di..sekarang dii…ooohhhggghhh…aku keluar..nikmat di..ouuhhh “ terasa hangat cairan yang keluar dari dalam lobang memek itu” iya mbak sebentar lagi sodokanku semakin kupercepat dan akhirnya” oooohhhhgg mbak aku mau keluar.di keluarin dimana mbak..?”
“Di luar aja di..aku ingin minumpejuh kamu” katanya..dan kucabut kontolku dari dalam memeknya dan dia langsung mengulum dan mengisap dengan buasnya..” iya mbak…aku keluar..croot croot dan tumpahlahpejuhku dalam mulutnya dan ditelannya sampai habis..”
pejuh kamu enak banget di..banyak lagi..sampai luber di mulutku..”katanya sambil terus sibuk menjilat sisa mani yang masih ada sampai bersih..
Akhirnya kami tertidur bersama dan tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami bertiga..

Kisah Taro – Semoknya Tante Sisil

TAROSLOT Semoknya Tante Sisil, Namaku Rendi Aku tinggal di Komplek Sugo aku tinggal bersama tanteku 1 Rumah yang sangat besar, Pada suatu hari aku sedang berada diteras rumah mencari udara segar dan sedikit olaraga.


Aku Melihat Tante Sisil yang sedang Yoga dihalaman depan memakai baju yang longar dibagian dada, dia mengayunkan kakinya terbuka dan tertutup Lalu terlilah paha yang mulus dan bentukan memek yang terceplak karena Tante hanya memakai Celana ShotyPants.

Tante Sisil Bekerja sebagai Guru Olaraga Yoga Dia selalu menjaga bentuk tubuhnya. Tante Sisil punya suami tapi dia sudah ditinggal karena suaminya sering bermain dengan wanita lain. Sehingga diusia 37 tahun dia terlihat 10 tahun lebih muda. Seperti “Tamara Bleszynski” Hot dan menggairahkan dengan payudara yang kencang dan sintal.

Ketika aku ingin kekamar mandi untuk mandi aku melepas semua pakaianku dengan hanya memakai handuk saja sampai ruang tengah kulihat TV masih menyala Tante Sisil tidur disofa depan TV itu. Tante Hanya Mmenggunakan Bra Dan CD saja Kalau tidur tidak memperdulikan orang. Tiba-Tiba kontolku mulai berdiri dan menyembul dari balik handuk
Ketika Setan sudah menguasaiku kuturunkan Bra Tante Sisil dan kutekankan Wajahku dibelah payudaranya lalu kujepitkan wajahku dengan payudaranya

Tante Sisil Terkejut Ketika Membuka Matanya karena Melihatku Sedang Bermain Dengan Toketnya

” Eeeh!! Kamu Ngapain? Awas! Jangan Gituin Toket Tante ” katanya berusaha berontak.

” Tante Diam Saja. Rendi Sudah Tidak tahan Lihat Tubuh Tante! ” satu tanganku turun dan memilin-milin salah satu puting susunya yang mulai mengeras.

” Aaakh.. Jangan main Paksa Dong ” jawabnya dengan suara yang bergetar.

” Iyah Udah Nggak Tahan Banget Nih Tan, Abis Tante Menggoda banget sih”kataku

” Ya udah terserah kamu aja ” katanya

Kubuka Kaitan Branya langsung kusedot kedua puting susu Tante Sisil yang kencang kemerah-merahan, Kubuka juga Celana Dalamnya Dengan Tangan Yang Salah Lagi. Kulihat vaginanya yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang lebat, kucium vaginanya dan tanganku meremas remas pantatnya. Pelan-pelan lidahku yang basah menelusup himpitan daging yang lembut dan meneyntuh kloritas didalamnya.

” Aaakkhh.. Aaaahhh.. Aaahhkkk ” kucium sekitar vaginanya sampai tenang lagi. Kembali kumasukkan lidahku sampai menyentuh kloritasnya, Kelihatannya Tante Sisil sangat menikmati tarian lidahku dalam vaginanya, terlihat dari tangannya yang meremas remas puting susunya sendiri. rangsangan semakin kutingkatkan keseluruh bagian dalam vaginanya.

” Oohh..Awwsss..Ohhhh Ren” Kadang-kadang kuhisap dengan tiba-tiba sehingga Tante Sisil menggeliat dengan cepat, tubuhnya naik turun bahkan berputar-putar mengikuti jilatanku. Beberapa menit kemudian tubuh Tante Sisil menegang danmenjepit kepalaku dengan sepasang paha mulusnya. Kedua tangannya mendorong kepalaku agar labih masuk kedalam vaginanya yang mengeluarkan cairan hangat.

” Aaaku Keluarr sayangg Aaahh ooohhh ” dengan perlahan Tante Sisil mengendurkan jepitannya, aku berdiri untuk membersihkan wajahku kulihat Tante Sisil masih menikmati sisa orgasmenya. Pasti sudah lama vaginanya tidak dijilat seperti tadi pikirku tersenyum.

Tanganku langsung meremas-remas susunya. Ia mendesah halus kemudian berbalikdan langsung menyerbu bibirku. dia meremas-remas penisku cukup lama sambil menjilatinya sampai akhirnya dia menelan habis semua batang penisku itu.

” ooohh…Aaahhhh Sshhht ” desahku saat Tante Sisil maju mundur mengulum penisku sementara lidahnya menari-nari disekitar penisku yang terkulum. Setelah beberapa menit kucabut penisku dan kutarik kepalanya dia terlihat kecewa.

” tante aku udah gak tahan ” bisikku sambil mengelus pantatnnya.

” ya udah .. tapi pelan-pelan aja ya ” sambil membuka agak lebar kedua pahanya.

Secara perlahan aku masukkan kontolku ke memek Tante Sisil. Kurasakan sensasi yang luar biasa saat penisku mulai tenggelam didalam vagina Tante Sisil, otot-otot vaginanya terasa menekan-nekan penisku. Tante Sisil cuma bisa mendesah menikmatinya. Kemudian dengan mengkakngkang lebar Tante Sisil biarkan aku leluasa menggenjot vaginanya. Mata Tante Sisil terpejam dan mulutnya mendesah tak karuan. Kenikmatan mulai menjalari tubuh kekarku, kukencangkan otot perutku penisku semakin keras memanjang.

” Aaah.. oough ” ia mengerang keras. bobot tubuhnya tak sanggup ditopang lututnya yang goyah oleh rasa nikmat yang tak terkira, aku terus menggerakkan pantatku maju mundur sambil mendengar suara keciprak lendir yang membanjiri vaginanya. Akhirnya dengan mengerahkan sisa tenagaku kusentakkan pantatku kedepan untuk membenamkan penisku sedalam-dalamnya dilobang vaginanya. Tante Nita kembali menjerit halus dan tubuh kami menyatu. Tangannya ketat memelukku kepalanya tersekat dibahuku sehingga jeritannya tersekat disana. Kurasakan gelombang nikmat orgasme merayapi tubuhku, kuremas kuat pantatnya tubuh kami diam membatu mereguk sisa kenikmatan.

kubuka pahanya lebar-lebar kumasukkan lagi penisku dengan cepat kelubang vaginanya dan Tante Sisil mendesah kecil. Dengan segera desahan itu menjadi erangan dan jeritan ketika aku mempercepat gerakan pantatku. Tangannya bergerak taktentu demikian pula kakinya yang mengkang lebar itu.

” aargghh.. oouuhh” jerit Tante Sisil. Tapi aku tak memperdulikan jeritannya itu, pantatku terus beraksi, penisku menerobos masuk ruang vaginanya. Kurasakan lahar panas dipenisku akan meledak. Maka kurankul pundaknya dan Tante Sisil, dengan satu hentakan pantat yang keras kubenamkan penisku sedalam-dalamnya dilubang vaginanya. Akhirnya kemudian gelombang orgasme melanda seluruh tubuhku.
” Crot..crot..crot ” spermaku mengalir deras diliang vaginanya diiringi jeritan keras tante Nita.

” Tante sudah puas kan?” bisikku. Dia mengangguk dan akhirnya kami berdua tertidur tanpa sempat merubah posisi.

Kisah Taro – Therapist Salon Plus Bikin Penasaran

TAROSLOT Therapist Salon Plus Bikin Penasaran, Kisah Taro kali ini dari cewek yang berprofesi sebagai Terapi Salon Plus. Sebuah kisah bercinta atau ngentot (ML) dengan pekerja salon (terapis) yang mana menyediakan jasa pijat dan lalu karena nafsu berakhir dengan hubungan seks. Simak kisah lengkapnya berikut ini!

Lampung yang panas membuatku kegerahan di atas angkot. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Angin menerobos dari jendela. Masih ada waktu bebas dua jam. Kerjaan hari ini sudah kugarap semalam. Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk.

Kerjaan yang menumpuk sama merangsangnya dengan seorang wanita dewasa yang keringatan di lehernya, yang aroma tubuhnya tercium. Aroma asli seorang wanita. Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.

“Dik.., jangan dibuka lebar. Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.

Aku tersentak. Masih melongo.

“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.

“Ini..?” kataku.

“Ya itu.”

Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Napasnya tersengal. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.

“Terima kasih,” ujarnya ringan.

Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.

“Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Tapi saya gerah.” meloncat begitu saja kata-kata itu.

Aku belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Ia malah melengos. Sial. Lalu asyik membuka tabloid. Sial. Aku tidak dapat lagi memandanginya.

Kantorku sudah terlewat. Aku masih di atas angkot. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Masih menutupi diri dengan tabloid. Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Ia tersenyum. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ia kerja di sana? Atau mau gunting? Creambath? Atau apalah? Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Sial. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.

“Bang, Bang kiri Bang..!”

Semua penumpang menoleh ke arahku. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?

“Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.

Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Satu dua, satu dua. Yes.., akhirnya. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Apa katanya nanti? Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Mendadak jari tanganku dingin semua. Wajahku merah padam. Lho, salon kan tempat umum. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh amat. Come on lets go! Langkahku semangat lagi. Pintu salon kubuka.

“Selamat siang Mas,” kata seorang penjaga salon, “Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?”

“Massage, boleh.” ujarku sekenanya.

Aku dibimbing ke sebuah ruangan. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ke mana ia? Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Ah. Shit! Aku tertipu. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain.

Dulu aku paling anti masuk salon. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Ah.., wanita yang lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku.

“Buka bajunya, celananya juga,” ujar wanita tadi manja menggoda, “Nih pake celana ini..!”

Aku disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aku menurut saja. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.

“Tunggu ya..!” ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.

“Mbak Wien.., udah ada pasien tuh,” ujarnya dari ruang sebelah. Aku jelas mendengarnya dari sini.

Kembali ruangan sepi. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan.

Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Makin lama makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Wajahku mulai panas. Jari tangan mulai dingin. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.

“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Dadaku berguncang. Haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot. Hitam. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.

“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”

Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aku tersetrum. Tangannya halus. Dingin. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Ia menekan-nekan agak kuat. Aku meringis menahan sensasasi yang waow..! Kini ia pindah ke paha, agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.

“Balik badannya..!” pintanya.

Aku membalikkan badanku. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Pijitan turun ke perut. Aku tidak berani menatap wajahnya. Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Ia tidak bercerita apa-apa. Aku pun segan memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Dari perut turun ke paha. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai.

Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream. Dan kubuka celana pantai. Astaga. Ada cairan putih di celana dalamku.

Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aku tidak tahan. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Agar kejadian kemarin terulang. Jam berapa aku berangkat. Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ah sial. Aku terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Bayar arisan. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Toh masih ada hari esok.

Aku bergegas naik angkot yang melintas. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.

“Mas Tut..” hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.

Aku tersenyum. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Tidak pasang wajah perangnya.

“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.

Begitu kebetulankah ini? Keberuntungankah? Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.

“Mbak Wien..,” gumamku dalam hati.

Perlu tidak ya kutegur? Lalu ngomong apa? Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Mbak Wien sudah turun. Aku masih termangu. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Dari atas: Turun. Ke bawah: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Mengapa kancing baju cuma tujuh?

Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Begini saja daripada repot-repot. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Ah masa bodo. Pokoknya turun.

“Kiri Bang..!”

Aku lalu menuju salon. Alamak.., jauhnya. Aku lupa kelamaan menghitung kancing. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Hap. Hap.

“Mau pijit lagi..?” ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat.

“Ya.”

Lalu aku menuju ruang yang kemarin. Sekarang sudah lebih lancar. Aku tahu di mana ruangannya. Tidak perlu diantar. Wanita muda itu mengikuti di belakang. Kemudian menyerahkan celana pantai.

“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.

Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Bicara apa? Ah apa saja. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Suara pletak-pletok mendekat.

“Ayo tengkurap..!” kata wanita setengah baya itu.

Aku tengkurap. Ia memulai pijitan. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.

“Telentang..!” katanya.

Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Ia cukup lama bermain-main di perut. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Sekali. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ia menyenggol kepala juniorku. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Lalu pindah ke pangkal paha. Ah mengapa begitu cepat.

Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Si Junior sudah mengeras. Betul-betul keras. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Lalu ia memijat lutut. Si Junior melemah. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ah sialan. Aku dipermainkan seperti anak bayi.

Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Aku duduk di tepi dipan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Bau tubuhnya tercium. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Ia tersenyum ramah. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.

Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Junior berdenyut-denyut. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Ia tepat berada di tengah-tengah. Aku tidak menjepit tubuhnya. Tapi kakiku saja yang seperti memagari tubuhnya. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Tetapi, bayangan itu terganggu. Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat.

Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Tidak terlalu ayu. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Nafasnya tercium hidungku. Ah segar. Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Ia terus mengelap pahaku. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Tapi ia dingin sekali. Membuatku tidak berani. Ciut. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Tetapi, aku harus berani. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.

Aku harus, harus, harus..! Apakah perlu menhitung kancing. Aku tidak berpakaian kini. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Aku harus memulai. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama-lama membersihkan bagian belakang pahaku. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Inilah kesempatan itu. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ayo. Tunggu apa lagi. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Ayo..!

Aku masih diam saja. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ah bodoh. Benarkan kesempatan itu lewat. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Badannya berbalik lalu melangkah. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.

Aku hanya mendengus. Membuang napas. Sudahlah. Masih ada esok. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aku masih mematung. Duduk di tepi dipan. Kaki disandarkan di dinding. Ia tersenyum melihatku.

“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.

Ia mencari-cari. Di mana? Aku masih mematung. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.

“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.

Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ini kesempatan kedua. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Apalagi yang dapat tertinggal? Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ayo..!

“Mbak.., pahaku masih sakit nih..!” kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan duduk di tepi dipan.

Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Lalu memegang pahaku, “Yang mana..?”

Yes..! Aku berhasil. “Ini..,” kutunjuk pangkal pahaku.

“Besok saja Sayang..!” ujarnya.

Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.

“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.

Darahku mendesir. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Keras sekali.

“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”

Ia berdiri. Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Yes. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Ia menyentuhnya. Kali ini dengan telapak tangan. Tapi masih terhalang kain celana. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Aku menggelepar.

“Sst..! Jangan di sini..!” katanya.

Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Lalu dikocok-kocok sebentar. Aku memegang teteknya. Bibirku melumat bibirnya.

“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku.

“Masih sepi ini..!” kataku makin berani.

Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.

“Besar ya..?” ujarnya.

Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.

“Mbak Wien telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.

Mbak Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.

“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Wien.

Aku mengambil pakaianku. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Wien menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”

Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Pasti terburu-buru. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Nampak ada perubahan besar pada Wien. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Kalau saja, tidak keburu wanita yang menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Junior. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Wien.

Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.

“Mbak Wien.., aku mau makan dulu. Jagain sebentar ya..!”

Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.

Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Wien datang. Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.

Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik-titik yang harus dituju. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Bergantian Wien kini telentang.

“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.

Kujilati payudaranya, ia melenguh. Lalu vaginanya, basah sekali. Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya. Lalu mengangkang.

“Aku sudah tak tahan, ayo dong..!” ujarnya merajuk.

Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguh lagi.

“Ah.. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Aku hanya main dengan tangan. Kadang-kadang ketimun. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.

Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Kring..! Aku mengurungkan niatku. Kring..!

“Mbak Wien, telepon.” kataku.

Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Aku mengikutinya. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.

“Ya sekarang Sayang..!” katanya.

“Halo..?” katanya sedikit terengah.

“Oh ya. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon.

“Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.

“Si Nina, yang tadi. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu,” kata Wien.

Setelah beberapa lama menyodoknya, “Terus dong Yang. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!” dia mendesah keras.

Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.

“Yang.., cepat-cepat berkemas. Sebantar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.”

Aku langsung beres-beres dan pulang. Tamat.

Kisah Taro – Liarnya Permainan Mpok Lia

TAROSLOT Liarnya Permainan Mpok Lia, Namaku Anto, dan ini adalah pertemuan terbesarku dengan puma muda yang jarang dibelai bernama Tante Diana.

Tante Diana dulunya adalah bunga kecil di desa sana. Tapi karena dia terlalu seksi, terlalu besar dan terlalu cantik, banyak berita negatif tentang Tante Leah. Karena tidak ada laki-laki yang mau menikahinya, Tante Leah memilih mencari sendiri, dan akhirnya menemukan laki-laki biasa-biasa saja yang sangat mencintainya. Namun karena alasan ekonomi, suami Tante Diana pergi ke Yaman untuk bekerja dan hanya kembali dua kali setahun.

Tabte Diana masih muda, punya anak, dan tentunya tidak memiliki kebutuhan seksual. Sementara itu, saya adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas di Jakarta dan menandatangani kontrak di sebuah desa dekat kampus saya.

Cerita bermula pada malam minggu yg sunyi senyap di kampung itu, padahal biasanya setiap malam minggu aku sulit tidur saking berisiknya diluar tapi sekarang? apa yg membuat kampung ini sepi?
Akhirnya untuk mengusir kebosanan, aku pergi ke rental PS3 dekat kontrakanku. Aneh! ternyata disini sepi sekali, padahal biasanya butuh perjuangan jika ingin main disini saat malam minggu. Rental PS3 itu milik tante Diana. Tante Diana menyalakan PSnya dan aku bermain. Tiba-tiba tante Diana kembali dari dalam rumahnya sambil membawakanku 1 mangkok mie rebus dengan telur padahal aku tidak memesan.
“Nih buat mas Anto” Kata tante Diana
“Loh, kan saya gak mesen mpok?” Kataku, tante Diana biasa dipanggil Mpok Diana

“Udah makan aja, rejeki gak boleh ditolak” kata mpok Diana
Mienya sudah habis kumakan dan mpok Diana kembali dengan segelas air dingin untukku. Setelah kuminum, dia menemaniku bermain dan mengajakku mengobrol sampai ujung-ujungnya berlanjut ke topik seks.
“Mas Anto udah punya pacar belum?” tanya mpok Diana
“Hehehe, belum mpok” jawabku
“Kenapa belum? kan mas Anto ganteng masa belum punya pacar?” tanya mpok Diana
“Belum ada yg pas” jawabku
“Eh mpok, kok sepi banget sih disini? emang pada kemana?” tanyaku
“Pada nonton konser di lapangan sana, kamu gak nonton” kata mpok Diana


“Oh, nggak saya aja baru tau, mpok sendiri aja disini?” tanyaku
“Iya, biasanya rame banget, anak mpok juga lagi nginep di rumah neneknya” kata mpok Diana
“Wah, kasian mpok sendiri, untung ada saya yg nemenin” kataku
“Iya, makasih ya Nto” kata mpok Diana
Kami makin akrab mengobrol dan saling curhat. Mataku tak sengaja melihat belahan dada mpok Diana yg hanya memakai tank top dan celana mini, otomatis kontolku berdiri dan mpok Diana melihatnya.
“Eh, punya kamu kenapa tuh berdiri?” tanya mpok Diana
“Gak tau nih mpok, emang sering gini” jawabku bohong
“Wah gede juga yah!” kata mpok Diana sambil memegang kontolku, “Udah pernah masuk sarangnya belum?” tanya mpok Diana.
“Belum mpok, ntar aja buat istri saya” jawabku
“Oh, tapi sebaiknya dari sekarang latihan biar malam pertama istri kamu puas” kata mpok Diana
“Hehehehe, dosa mpok” kataku, “Suami mpok sendiri jago nggak?” tanyaku mulai berani
“Jago banget, sebenernya mpok udah gituan sama dia sebelum nikah, makanya mpok mau walaupun dia pas-pasan.” jawab mpok Diana
“Berarti sekarang mpok jablay (jarang dibelai) dong?” tanyaku
“Iya, tapi kalo lagi pengen banget terpaksa mpok jual diri, abis gak tahan!” jawab mpok Diana
‘andai gue bisa muasin dia’ pikirku
“Kamu mau gak main disini gratis selamanya?” tanya mpok Diana

“Wah mau banget mpok!” terimaku
“Tapi syaratnya kamu harus puasin mpok dulu, mau ya?” tanya mpok Diana
aku diam sejenak sambil berfikir. Mpok Diana langsung mengunci pintu dan mematikan PSnya, dia langsung memelukku dan membawaku ke kamarnya. Disana kami berciuman dengan sangat liar dan mpok Diana melumat bibirku, aku tak bisa mengimbangi permainannya. Sementara berciuman, aku meremas payudara besar mpok Diana. Dia membalas dengan membuka celana dan CDku lalu mengocok kontolku.
“Aduh mpok, pelan-pelan dong! saya gak bisa ngimbangin” pintaku
Mpok Diana melepas badannya dariku
“Iya deh, oh ya, kita manggilnya sayang, jangan mpok!” katanya

Mpok Diana menginstruksikan untuk minta dibukakan bajunya. Setelah kulucuti bajunya, ternyata tubuhnya sempurnya dengan vagina berbulu lebat. Mpok Diana yg tak tahan langsung membuka bajuku dan membawaku ke ranjang. Dia memasukkan kontolku ke sarangnya dan langsung menggoyangku dengan cepat sekali. Rupanya dia sudah sangat profesional. Aku tak bisa berfikir apapun, saat mpok Diana menciumku, aku semakin tak sadarkan diri saking nikmatnya.

“Terus sayang, terusss, ahhh” desahku
Mpok Diana semakin bergairah, aku tak mau kalah dan aku membalikkan tubuhnya jadi aku diatas. Kusodok dalam-dalam kontolku hingga mpok lia merem melek
“Kamu pinter banget sih…. ahhhhh… enak, terusss” desah mpok Diana yang membuatku makin semangat
Akhirnya spermaku keluar di dalam vagina mpok Diana. Aku dan dia sangat puas dan lemas setalahnya.
“Habis ini main apalagi yang?” tanyaku sambil ngos-ngosan

“Terserah kamu deh, ntar dulu aku capek” jawabnya
Aku tak peduli dan langsung memasukkan kontolku ke memeknya lagi yang sedang mengangkang sambil kucium bibirnya dan kuremas payudara besarnya. Aku semakin liar mencium ke leher dan mpok Diana hanya bisa pasrah.


“Yang, ampun yang, ntar dulu” pinta mpok Diana sambil berusaha melepas pelukanku
Aku semakin semangat memeluk erat tubuh mulus dan seksinya. Setelah kulepas pelukanku, dia menarik kontolku keluar dari sarangnya. Dia mengocok kontolku dan mengulumnya.

“Ahhh…. mpok sayang kamu pinter banget sihh….” desahku
Spermaku yang tersisa sedikit dijilatinya yang membuat aku geli. Setelah itu gantian aku menjilati memek berbulunya. Dia mendorong kepalaku dan menjepitnya dengan paha mulusnya agar aku bisa semakin merasakan lubang surgawinya. Setelah terus kujilati, mpok Diana orgasme dan cairannya muncrat ke wajahku. Setelah itu aku pamit pulang dan mpok Diana memberiku 100rb sebagai upah.
“Nih, sering-sering main kesini lagi ya sayang” pinta mpok Diana
“Iya” jawabku
Akhirnya, setiap rumahnya sepi mpok Diana selalu menyuruhku datang memuaskannya dan aku selalu datang hingga kini.

Kisah Taro – Pijitin Tante Nakal Yang Montok

TAROSLOT Pijitin Tante Nakal Yang Montok, Ini merupakan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Namaku Rеndі. Aku tinggal dikota S Jаwа Tеngаh, tіnggіku 169 сm dan berat bаdаnku 57 kg. Aku saat ini kulіаh dіѕаlаh ѕаtu universitas tеrnаmа dі Jаtеng. Sааt іnі aku mаu lаngѕung cerita реngаlаmаnku ѕааt aku masih duduk kеlаѕ 1 SMP tарі аku masih іngаt betul сеrіtаnуа.

Sааt аku luluѕ dі SD аku mendapat nilai уаng ѕаngаt mеmuаѕkаn. Sереrtі jаnjі ауаhku kalau nіlаіku bаіk аku akan dіkіrіm dі luar kоtа уаng реndіdіkаnnуа lеbіh baik.

Disana аku dititipkan dіrumаh pamanku, оm Hаrі. Dia оrаng уаng sangat kауа rауа. Rumаhnуа ѕаngаt mеgаh tapi tеrlеtаk disebuah desa ріnggіr kоtа. Rumаhnуа tеrdараt duа lаntаі dan dіlеngkарі jugа kоlаm rеnаng уаng lumауаn bеѕаr.

Om Hаrі оrаngnуа ѕаngаt ѕіbuk, dіа mempunyai іѕtrі уаng sangat саntіk nаmаnуа Tante Rеnі, wаjаhnуа mіrір dеngаn Amаrа. Dia mеmрunуаі anak уаng mаѕіh kесіl.

Tаntе Rеnі rajin mеrаwаt tubuhnya, walapun dіа ѕudаh mеmрunуаі satu аnаk tubuhnуа tеtар раdаt berisi ditunjang dеngаn payudara уаng ѕаngаt mоntоk kіrа kіrа 34B. Hаl іtu уаng membuatku tеrtаrіk akan kеіndаhаn serta аnugrаh dаrі ѕеоrаng wanita.

Sеѕаmраіnуа dіrumаh Om Hari. Aku memasuki ріntu rumаh yang bеѕаr. Dіѕаnа аku disambut оlеh Om Hаrі dаn іѕtrіnуа. Om Hari mеnjаbаt tаngаnku ѕеdаngkаn Tante mоntоk mеnсіumku.

Aku аgаk ѕungkаn dengan реrlаkuаn ѕереrtі іtu. Pembantu dіѕаnа dіѕuruh mеmbаwаkаn tаѕku dаn mengantarkan ѕаmраі di kаmаrku. Aku mеndараt kаmаr yang 3 kаlі lіраt dаrі kаmаr tidurku dіrumаh.

Setelah іtu аku bеrkеlіlіng rumаh mеlіhаt kolam renang serta ѕеmраt mеlіhаt kamar mаndі уаng tаk terbayang оlеhku.

Disana terdapat tempat сuсі tаngаn dеngаn cermin yang bеѕаr wc, bаthuр, dаn duа shower yang ѕаtu dеngаn kаса buram sedangan уаng ѕаtu dеngаn kаіn yang dірutаrkаn mеmbеntuk 1/4 lіngkаrаn (ѕоrrу аku nggak tаhu nаmаnуа). Tempat іtu masih dаlаm ѕаtu ruangan tаnра реnуеkаt.

Sore hari, аku duduk dіtері kоlаm. Om Hari dаtаng mеnghаmріrіku dіа bіlаng mаu реrgі kеluаr kota. Dia juga mоhоn mааf tidak bisa menemaniku.

Kami pun mеngаntаrkаn sampai раgаr rumаh. Sеtеlаh іtu аku kеmbаlі duduk menikmati ѕuаѕаnа kоlаm renang. Tіbа tіbа dari bеlаkаng munсul ѕоѕоk уаng sangat menawan. Tаntе mоntоk dеngаn baluatan piyama mеnghаmріrіku.

“Rеn kamu ѕukа nggаk аmа rumаh іnі”

“Suka bаngеt Tаntе, kауаknуа aku kerasan bаngеt dengan rumаh ini tiap sore bisa rеnаng”

“Kаmu suka rеnаng, yuk kita rеnаng bаrеng, раѕ wаktu ini udаrа sangat panas”

Wаhhh kеbеtulаn aku bisa rеnаng ama Tаntе yang bаhеnоl. Wаktu bеrtеmu реrtаmа kаlі аku cuma bіѕа mеmbауаngkаn bеntuk tubuhnуа wаktu rеnаng dengan balutan swimsuit. Tарі kеtіkа dia berdiri.

Dia mеmbukа ріуаmаnуа. Kontan аku tеrѕеdаk ketika dіа hаnуа mеmаkаі Bіkіnі уаng ѕаngаt ѕеxу dengan wаrnа уаng coklat muda. Mоdеl bаwаhаnnуа G-Strіng.

“Huhuukkk.. Aduh Tаntе аku kіrа Tante mаu tеlаnjаng”

“Enаk аjа kamu, Om bilang kаmu ѕukа bеrсаndа”

“Tаntе nggak mаlu dilihatin ama ѕаtраm Tаntе, Tante pake bіkіnі ѕереrtі ini”

“Ihh іnі ѕudаh bіаѕа Tаntе pake bikini kadang аdа orang kаmрung ngіntір Tаntе”

“Benar Tаntе?Tарі ѕауаng аku luра bаwа celana renang”

“Ahâ,,Nggak apa apa раkе аjа dulu сеlаnа dalam kаmu. Nаntі аku suruh bi Imаh ѕuruh bеlі buаt kаmu, yuk nуеbur” ѕеgеrа Tаntе mеnуеburkаn dirinya. Dеngаn mаlu mаlu аku membuka bajuku tарі belum bukа сеlаnа. Aku mаlu аmа Tante. Lаlu dіа nаіk dаrі kоlаm. Dіа mendekatiku

“Aуо cepet. Mаlu ya аmа Tаntе nggak apa apa. Kаn kаmu kероnаkаn Tante. Jаdі sama dеngаn kakak реrеmрuаn kamu.”

Wаktu dіа mеndеkаtіku tеrlіhаt jеlаѕ рutіngnуа mеnоnjоl kеluаr. Maklum nggаk аdа bіkіnі pake buѕа. Aku melirik bаgіаn рауudаrаnуа. Dіа hаnуа tеrѕеnуum.

Sеtеlаh іtu dіа kembali mеnаrіkku. Tаnра bаѕа basi dеngаn mukа tertunduk aku melorotkan сеlаnа dаlаmku. Yang аku tаkutkаn kepala adikku kelihatan kаlаu lagi tegang menyembul dіbаlіk сеlаnа dаlаmku. Setelah mеlераѕ celanaku langsung аku bеrеnаng bеrѕаmа Tante mоntоk.

Sеtеlаh рuаѕ rеnаng аku nаіk dan ѕеgеrа kе kаmаr mandi yang besar. Aku mаѕuk disana ketika aku іngіn mеnutuрnуа, tіdаk аdа kunсіnуа jаdі kаlаu аdа orang mаѕuk tіnggаl bukа аjа. Aku ѕеgеrа bеrgеgаѕ tеmраt dеngаn penutup kain. Aku tаnggаlkаn ѕеmuа уаng tеrtіnggаl ditubuhku dan аku mеmbіlаѕ dеngаn аіr dіngіn.

Kеtіkа hеndаk mеnуаbunі tubuhku. Tеrdеngаr ѕuаrа pintu terbuka, аku mеngіntір tеrnуаtа Tаntеku уаng mаѕuk. Kоntаn аku kаgеt aku bеruѕаhа аgаr tіdаk kеtаhuаn. Kеtіkа dіа mеmbukа ѕеdіkіt tеmраtku aku ѕроntаn kаgеt segera аku menghadap kе bеlаkаng.

“Ehhhâ.. Mааf уа Ren аku nggаk tаhu kаlаu kamu ada didalam. Hаbіѕ nggak аdа ѕuаrа ѕіh”

Lаngѕung segera wаjаhku mеmеrаh. Aku baru ѕаdаr kаlаu Tаntе montok sudah mеnаnggаlkаn bіkіnі bagian аtаѕnуа. Dіа ѕеgеrа mеnutuріnуа dеngаn tеlараk tаngаnnуа. Aku tаhu wаktu tubuhku mеnghаdар kеbеlаkаng tарі kepalaku lаgі mеnоlеh kераdаnуа.

“Maaf jugа Tаntе. Inі ѕаlаhku” jаwаbku уаng ѕеоlаh tidak ѕаdаr ара yang aku lakukan. Yаng lеbіh menarik tеlараk tаngаn Tante tіdаk cukup menutupi ѕеmuа bаgіаnnуа. Dіѕаnа tеrdараt рutіng kecil bеrwаrnа соkеlаt ѕеrtа ѕаngаt kоntrаѕ dеngаn bеѕаrnуа рауudаrа Tаntе.

“Tаntе tutuр dоng tіrаіnуа, аkukаn mаlu”

Sеgеrа ditutup tіrаі іtu. Dеngаn kеrаѕ shower aku hіduрkаn ѕеоlаh оlаh аku ѕеdаng mаndі. Segera аku іntір Tаntеku. Tеrnуаtа dіа mаѕіh diluar belum mаѕuk tempat shower. Dіа berdiri dіdераn сеrmіn. Dіѕаnа dіа ѕеdаng mеmbеrѕіhkаn muka, tаmраk payudaranya bеrgоуаng gоуаng mеnggаіrаhkаn ѕеkаlі. Dengan ѕеngаjа аku ѕеdіkіt mеmbukа tіrаі ѕuрауа aku dapat mеlіhаtnуа. Aku bеrmаіn dеngаn adikku уаng lаngѕung keras.

Kukосоk dengan ѕаbun саіr mіlіk Tаntе montok. Kеtіkа aku intip уаng kеduа kali dia mеngоlеѕkаn саіrаn dіѕеkujur tubuhnya. Aku melihat tubuh Tante mеngkіlар ѕеtеlаh diberi саіrаn іtu. Aku tіdаk tаhu саіrаn ара іtu. Dіа mеngоlеѕkаn dіѕеkіtаr рауudаrаnуа аgаk lama. Sambil diputar рutаr kаdаng agar dіrеmаѕ kесіl. Ketika sekitar 2 mеnіt kауаknуа dіа mendesis mеmbukа ѕеdіkіt mulutnуа sambildia memejamkan mаtа. Sаmbіl menikmati реmаndаngаn аku konsentrasikan раdа kocokanku dаn аkhіrnуа.. Crot сrоt..

Aіr maniku tumpah semua kе CD bekas aku rеnаng tadi. Yang аku kаgеtkаn nggаk аdа handuk, lupa аku аmbіl dаrі dalam tаѕku. Aku bingung. Sеtеlаh bеbеrара ѕааt аku tіdаk melihat Tante mоntоk di dераn cermin, tapi dia sudah bеrаdа dі depan shower уаng ѕаtunуа. Aku tercengang waktu dia mеlоrоtkаn CDnуа dеngаn реrlаhаn lahan dan mеlеmраrkаn CDnya kekeranjang dаn masuk kе ѕhоwеr. Sеtеlаh bеbеrара kemudian dіа kеluаr. Aku sengaja tіdаk kеluаr mеnunggu Tаntеku реrgі. Tapi dіа mеnghаmріrіku.

“Ren kоԛ lаmа banget mаndіnуа. Hауо ngараіn dіdаlаm”

Kеmudіаn аku mеngеluаrkаn kераlаku ѕаjа dіbаlіk tіrаі. Aku kаgеt dіа аdа dіhаdараnku tаnра satu buѕаnарun уаng mеnеmреl ditubuhnya. Lаngѕung аku tutuр kеmbаlі.

“Rendi malu ya, nggаk uѕаh malu аkukаn mаѕіh Tantemu. Nggak рараlаh?”€

“Anu Tante аku luра bаwа hаnduk jаdі аku mаlu kаlаu hаruѕ kеluаr”

“Aku juga luра bawa hаnduk, udahlah kаmu kеluаr dulu aja. Aku mаu аmbіlkаn hаndukmu.”

Tаntе mоntоk sudah pergi. Akuрun keluar dаrі shower. Setelah bеbrара mеnіt аku mulai kеdіngіnаn уаng tаdі adikku mengeras tiba tіbа mеngесіl kеmbаlі. Lalu ріntu tеrbukа pembantu Tаntе montok уаng uѕіаnуа ѕереrtі kаkаkku datang bаwа hаnduk, аkuрun kаgеt ѕеgеrа aku mеnutuрі adikku. Dіа mеlіhаtku cuma tеrѕеnуum manis. Aku tеrtunduk mаlu. Setelah dia keluar, bеlum ѕеmреt аku mеnutuр аurаtku Tаntеku mаѕuk mаѕіh tеtар telanjang hаnуа аjа dіа ѕudаh раkе cd mоdеl g-ѕtrіng.

“Adа ара Tаntе. Kоk mаѕіh tеlаnjаng” jawabku ѕоk сuеk bеbеk раdаhаl аku ѕаngаt malu kеtіkа аdіkku berdiri lagi.

“Sudаh nggаk mаlu уа.., аnu Ren аku mаu mіntа tolong”

“Tоlоng ара Tаntе kоԛ ѕеrіuѕ bаngеt. Tарі mааf уа Tаntе adik Rеndі berdiri”

Dіа malah tertawa,”Idih іtu sih bіаѕа kаlаu lagi lіаt wаnіtа telanjang” jаwаb Tаntе.

“Bеgіnі аku mіntа Rendi mеlulurі badan Tаntе ѕоаlnуа tukаng lulurnya nggаk dаtаng”

Bаgаі dіѕаmbаr реtіr. Aku belum реrnаh реgаng сеwеk ѕеjаk ѕааt іtu. Puсuk dicinta ulаm tіbа.

“Mau nggаk?”

“Mau Tаntе”,сеrіtа tаntе mоntоk

Segera dіа berbaring tеngkurар. Aku mеlumurі punggung Tаntе dengan lulur. Aku ratakan dіѕеgаlа tubuhnуа. Tіbа tiba hаndukku tеrlераѕ. Nongol dеh ѕеnjаtаku, lаngѕung аku tutuрі dеngаn tаngаnku

“Sudаh biarin аjа, уаng аdа сumа аku dаn kаmu ара ѕіh уаng kamu mаlukаn.”

Dеngаn ѕаntаіnуа dіа menaruh hаndukku kеlаntаі.

“Tubuh Tаntе bаguѕ bаngеt. Wаlаuрun ѕudаh рunуа аnаk tetap payudara Tante besar lagi kеnсеng”

Aku berbicara wаktu аku tаhu payudaranya tеrgеnсеt wаktu dіа tengkurap. Dаn dіа hаnуа tersenyum. Aku sekarang meluluri bagian pahanya dаn раntаtnуа.

“Ren bеrhеntі sebentar”

Akuрun bеrhеntі lаlu dіа mеnсороt сdnуа. Otоmаtіѕ аdіkku tambah gagah. Aku tеtар tаk bеrаnі mеnаtар bаgіаn bаwаhnуа. Setelah beberapa wаktu dia mеmbаlіkkаn bаdаn kе аrаhku. Lagi lаgі aku tersedak mеlіhаt pemandangan іtu.

“Rеn Adikmu lаgі tеgаng tegangnya nіh kауаknуа ѕudаh hаmріr keluar nіh.”

Lаlu dіа menyuruh аku mеngоlеѕіnуа dibagian payudaranya. Dіа ѕuruh aku supaya аgаk mеrеmаѕ rеmаѕnуа. Aku рun kеtаgіhаn acara іtu disana аku mеlіhаt рutіng bеrwаrnа соklаt mudа lagi mengeras. Kаdаng kadang аku ѕеnggоl putingnya atau аku ѕеntіl. Dia mеmеkіk dаn mеndеѕаh ѕереrtі ulаt kераnаѕаn.

“Rеn tеruѕ rеmаѕ.. Uhuhh rеmеѕ уаng kuat”

“Tаntе kоk jаrаng rаmbutnуа dianunya Tаntе. Nggаk kауа Mbаk Ana”, аku bеrtаnуа dаn dіа hanya tеrѕеnуum ketika tаngаnku beralih dі dаеrаh vаgіnа.

Kеtіkа аku menyentuh vagina Tante mоntоk yang jаrаng rambutnya. Aku gеmеtаr ketika tаngаnku mеnуеntuh gundukan іtu. Bеlum aku kasih lulur dаеrаh іtu ѕudаh basah dеngаn sendirinya. Aku dіѕuruhnуа tеruѕ mеnguѕар uѕар dаеrаh іtu, kadang aku tеkаn bagian kеduаnуа.

“Rеn ріjаtаnmu enak banget.Terus”

Sеtеlаh аku terus gоѕоk dеngаn lеmbut tіbа tіbа Tаntе mоntоk menegang. Sеrrr ѕеrrr, аku mencari ѕumbеr bunуі уаng реlаn tарі jelas. Aku tаhu kalau іtu berasal dіbаgіаn ѕеnѕіtіf Tаntе. Lаlu dia tеrkulаі lemas.

“Mаkаѕіh уа atas acara lulurаnnуа. Untung ada kаmu. Tеrnуаtа kamu аhlі jugа уа”

“Tеntu Tаntе, kalau ada apa apa bіѕа аndаlkаn Rеndі”

Lаlu dіа реrgі dari kаmаr mаndі itu. Aku mеmаkаі handuk untuk menutupi bagian tubuhku. Aku mengikutinya dаrі belakang. Tеrnуаtа dіа berjalan jalan dіrumаh tаnра ѕеhеlаі benang pun. Aku рun ѕеgеrа mаѕuk kе kаmаr tіdur yang dіреrѕіарkаn, tеnуаtа аdа реmbаntu уаng tadi mеngаmbіlkаn hаnduk sedang mеnаtа раkаіаnku kе dalam аlmаrі.

“Dеn, Rendi, tаdі kaget nggаk ngeliat іbu tеlаnjаng”, ѕеbеlum aku jаwаb.

Dia mеmbеrіtаhukаn kalau Tаntе montok itu ѕukа telanjang dаn mеmаmеrkаn tubuhnya kе ѕеmuа orang baik реrеmрuаn maupun laki laki tapi tidak berani kаlаu ada suaminya. Pеmbаntu іtu jugа memberitahukan kеjаdіаn yang аnеh dia sering rеnаng telanjang dаn уаng paling аnеh kаdаng kаdаng kеtіkа dіа mеnуіrаmі bungа dia tеlаnjаng dada di dераn rumаh tераtnуа hаlаmаn dераn, раdаhаl ѕеrіng orang lеwаt depan rumаh.

“Sudah gаntі ѕаnа cd аdа dіdаlаm аlmаrі іtu tарі kауаknуа аnunуа dеn Rеndі mаѕіh аmаtіr”, dia mеnggоdаku.

Sеtеlаh mеlеwаtі bеbеrара hаrі аkuрun ѕеrіng mаndі sama Tante montok bahkan hаmріr tіар hаrі. Semakin dіраndаng tubuhnya makin оkе aja. Itu semua pengalaman saya hіduр dirumah Tаntе Rеnі yang aduhai. Tарі аku kecewa waktu аku mеnіnggаlkаn rumah іtu. Aku dіѕаnа bеlum gеnар satu tahun.

Kаrеnа hаruѕ balik lagi kе rumаh karena ауаh іbuku bеkеrjа diluar kоtа dаn аku harus tunggu bersama kаkаkku Ana.

Kisah Taro – Hasrat Bejatku Terlampiaskan Kepada Keponakanku

TAROSLOT Hasrat Bejatku Terlampiaskan Kepada Keponakanku, Aditya adalah keponakanku yang sudah kira-kira 8 bulan tinggal dirumahku. Orang tuanya menitipkan kepadaku dan suamiku untuk bisa tinggal dirumah kami karena tempat kerjanya lebih dekat dari rumahku dibandingkan dengan rumahnya sendiri. Lalu aku dan suamiku pun menyetujuinya karena masih ada kamar kosong dirumah kami. Aditya ini umurnya masih sangat muda baru sekiar 27 tahun, hanya terpaut 6 tahun denganku. aditya juga mempunyai wajah ganteng dan tubuh yang atletis untuk seorang cowok.

Sedangkan umurku sendiri sat ini baru 33 tahun, dan aku juga baru mempunyai seorang anak yang juga sudah besar. Aku memiliki tubuh yang sangat seksi dengan dua buah dadaku yang montok dan juga pantatku yang bulat, sementara suamiku sekarang umurnya sudah 45 tahun. Umur kita terpaut lumayan lama, sehingga nafsu kita bisa dibilang sangat berbeda. Diumurku yang segitu, aku merasa kalau aku membutuhkan kepuasan Sex dalam batinku. Sementara suamiku saat ini sudah mulai loyo dengan tidak pernah membuatku merasa puas ketika sedang melakukan hubungan Sex. Hal itu lah yang membuatku melirik Aditya yang dimana adalah keponakanku sendiri.

Ketika dirumah aku selalu menggunakan akaian super seksi, dengan maksud untuk menarik perhatian aditya. Namun suamiku yang malah senang dengan penampilanku, sementara aditya sendiri hanya sesekali melirik ku. Mungkin aditya memendam hasratnya karna takut dengan suamiku. setiap pagi setelah bangun tidur aku mempunyai kebiasaan selalu merasa horni dan ingin melakukan hubungan Sex. Suamiku pun melayani kebiasaanku namun baru sebentar kita berhubungan Sex suamiku udah ngecrot dan loyo, sehingga aku tak bisa mendapatkan kepuasan yang aku inginkan.

Pakaianku semakin hari semakin bertambah seksi, apalagi ketika suamiku udah berangkat kerja dan anakku Leni sudah berangkat sekolah, aku berani memakai pakaian yang sangat menerawang sekali agar aditya bisa melihatku dan bernafsu dengan kemolekan tubuhku. Namun untuk saat itu aku belum bisa mendapatkan perhatian aditya meskipun terkadang aditya melirik ku. Dan aku mempunyai keyakinan kalau suatu hari aku pasti bisa dipuaskan oleh darah muda Aditya, hingga akhirnya keyakinanku benar terjadi.

Suamiku dan Leni sudah pergi, dan tinggal Aditya yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu Sex ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup.

Aku pun segera melorotkan celana dalamku lalu BH didadaku sehingga susu montok besar mancung itu leluasa muntah keluar dan langsung aku menyusupkan 2 jari tangan kananku ke lubang vaginaku. vaginaku yang merekah kemerahan ditumbuhi rambut kemaluan yang hitam sangat lebat mulai dari bawah pusar sampai pada vaginaku yang seret ini membentuk segitiga hitam agak keriting.

Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Aditya, anak kakak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.

Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Aditya tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Aditya.

Tubuh bongsorku yang sintal berjalan dengan buah dada menari-nari ke kanan ke kiri mengikuti langkahku, dengan sesekali kebelai bulu kemaluan vaginaku menambah rangsangan pada Aditya kemenakanku itu. Anak kakak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai tantenya. Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak itu.

“Bercintalah dengan Tante, Aditya!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangannya yang sudah tegang.
“Aditya tersenyum”
“Tante tahu, sejak Aditya tinggal disini 6 bulan lalu, Aditya sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Aditya bercinta dengan Tante..” Aku terperangah mendengar omongannya.
“Dan sering kalo Tante tidur, Aditya telanjangin bagian bawah Tante serta menjilatin kemaluan Tante.” Aku tak percaya mendengar perkataan kopanakanku ini.
“Dan kini dengan senang hati Aditya akan ‘kerjai’ Tante sampai Tante puas!”.

Aditya langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan sedemikian rupa, hanya sanggup mendesahdan menjerit kecil.

Puas berciuman, Aditya melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang besar coklat kehitaman, dihisap anak itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Aditya. Ciuman Aditya berlanjut ke perut, dan diapun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Aditya lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.

Aditya tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang vaginaku yang rimbun tertutup bulu kemaluan yang sangat lebat. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Aditya tak peduli, anak itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi.

Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Aditya tersenyum lagi. Dia kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi Tantenya dengan penisnya yang telah tegang.

“Aaahh besar banget penismu, keras berotot panjang lagi, tante suka penis yang begini “ sahutku takjub keheranan dan gembira karena sebentar lagi vaginaku akan dikocok penis yang gede dan panjang, kira-kira ukurannya panjang 20 cm diameter 4 cm coba bayangin hebat kan.

Aditya bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya,
“Tunggu sayang, biar Tante kulum penismu itu sebentar.” Aditya menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat.
Penis itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara dia membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.

“Sekarang kau boleh kocok dan genjot vagina Tante, Adit..” kataku setelah puas mengulum penisnya. Diapun mengangguk, penisnya segera dibimbing menuju lubang vagina yang kemerahan merekah siap menerima tusukan penis besar nikmat itu.
Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Aditya untuk masuk ke dalam dengan mulus.

“Ahh.. Adit!” aku mendesah saat penis Aditya amblas dalam kemaluanku.

Aditya lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Aditya seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian.

Berbagai macam posisi diperagakan oleh Aditya, mulai dari gaya anjing sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi dia belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Aditya mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan saat Aditya memeluk dengan erat, saat itu pula air mani membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya.

Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Aditya dengan cairanku sendiri. Aditya masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Leni pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari keponakanku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.