Arsip Kategori: Kisah Taro – Hobiku Melayani Tante Girang

Kisah Taro – Hobiku Melayani Tante Girang

TAROSLOT Hobiku Melayani Tante Girang, Dikesempatan kali ini kami ingin membagikan sebuah cerita dari salah satu rekan kami yang pernah menjadi pemuas tante-tante. Pukul 20:00 WIB bel pintu rumah kontrakanku berdering, ketika itu aku di dapur sedang membuat mie rebus kesukaanku. Dengan berlari kecil menuju pintu depan, lalu aku membuka pintu, ternyata yang datang ke rumahku adalah Tante Rheisa berserta temannya, aku belum kenal siapa dia.

“Hi Juan.. apa kabar Sayang,” kata Tante Rheisa.
“Ooo Tante, Silakan masuk Tan,” balasku sambil mempersilakan mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu.
“Tan, maaf yach di tinggal dulu mo matiin kompor soalnya lagi masak mie nich..” kataku.
“Oh ya Juan.. silakan.” balasnya.

Seketika itu juga aku beranjak ke dapur. Dua menit kemudian aku kembali ke ruang tamu lagi. Lalu aku di kenalkan dengan temannya oleh Tante Rheisa.
“Juan, kenalin nich temen tante,” katanya.
“wulan..” katanya.
“Juan..” balasku.

Lalu terjadilah perbincangan antara kami bertiga, hingga akhirnya Tante Rheisa mengajakku untuk ML bersama-sama.
“Juan, puasin kita dong.. mau khan?” kata Tante Rheisa.
“Boleh.. kapan?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Yach sekarang dong.. masa tahun depan sich,” kata Tante Wulan.
“Juan.. Tante Rheisa udah cerita tentang kamu, dan Tante Wulan tertarik mau nyobain permainan kamu Juan,” katanya.

“Ah, Tante Wulan ini ada-ada aza,” candaku.

Kemudian aku berdiri menuju sofa, dan aku duduk di tengah-tengah mereka, tanganku mulai memegang dan meremas-remas payudara Tante Wulan dari luar bajunya, dan kulihat Tante Wulan mendesis, dan dia hanya diam saja sewaktu tanganku memainkan payudaranya.

Lalu aku mulai mencium bibirnya, bibirku dibalas oleh Tante Wulan dengan ganasnya. Lidah kami saling berpautan dan air ludah kami saling telan. Melihat aku dengan Tante Wulan sedang asyik bercumbu, tangan Tante Rheisa mulai bergerilya, meremas-remas batang kejantananku dari luar celanaku.

Tiga menit setelah aku selesai menikmati bibir dan aksi remasanku di payudara Tante Wulan, lalu aku mengajak mereka masuk ke dalam kamar tidurku. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku. Di dalam kamarku mereka berdua melepaskan pakaiannya masing-masing hingga bugil.

Alamak aku sempat tertegun melihat kedua tubuh mereka dan kedua payudara serta liang kewanitaan mereka yang indah itu. Payudara mereka sama besarnya, cuma perbedaan dari mereka adalah bulu kemaluannya, bulu kemaluan Tante Rheisa sangat lebat dan hitam, sedangkan kewanitaan Tante Wulan bersih tanpa bulu.

Setelah mereka bugil, lalu mereka melucuti seluruh pakaianku satu-persatu serta celanaku hingga bugil. Lalu aku naik ke atas tempat tidurku. Aku mengatur posisi, posisiku tiduran terlentang, Tante Wulan kusuruh naik ke atas wajahku dan berjongkok lalu aku mulai mejilat-jilat liang kewanitaannya dengan lidahku, sesekali jariku memainkan klitorisnya dan memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah itu, sedangnkan Tante Rheisa kusuruh mengerjai batang kejantananku.

Batang kejantananku di kocok-kocok, dijilat-jilat dan dikulum ke dalam mulutnya hingga semua batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat sekali ketika batang kejantananku dikenyot-kenyot oleh Tante Rheisa.

Selang 10 menit aku melihat Tante Rheisa mulai mengubah posisinya, dia berjongkok di atas selangkanganku dan batang kejantananku diarahkan ke liang kewanitaannya dengan tangannya dan.., “Bleesss.. bleesss..” masuklah batang kejantananku ke liang senggamanya dan terasa hangat dan sudah basah.

Lalu Tante Rheisa menaik-turunkan pantatnya, terdengar suara desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulut Tante Rheisa, “Hhhmm.. aaakkhh.. aaakkhh.. hmmm..” Tante Rheisa terus menaik-turunkan pantatnya dan sesekali memutar-mutar pantatnya.

Saat menikmati hangatnya liang kewanitaan Tante Rheisa, aku masih terus menjilat-jitat dan mengocok jariku ke liang kewanitaan Tante Wulan. Ketika sedang asyiknya menjilat liang kewanitaan Tante Wulan, lidahku merasakan suatu cairan kental yang keluar dari liang kewanitaan Tante Wulan, lalu kusedot dan kutelan air kenikmatan Tante Wulan itu dan kubersihkan liang kewanitaannya dengan lidahku.

Sepuluh menit kemudian kulihat Tante Rheisa sudah tidak tahan lagi dan akhirnya, “Crreeett.. crreeett..” air maninya mangalir deras membasahi batang kejantananku, seketika itu Tante Rheisa terkulai lemas di sampingku dan kini batang kejantananku sudah terlepas dari liang senggamanya.

Lalu aku mngubah posisi, kini Tante Wulan kusuruh menungging dan dari belakang kuarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, “Bleeeeesss.. bleeeeess…” aku mulai mengocok-ngocok batang kejantananku di liang kewanitaannya dari belakang, aku terus memaju-mundurkan batang kejantananku, sembari tanganku meremas-remas payudara yang menggantung dan bergoyang-goyang itu.

Rintihan nikmat pun terdengar dari mulutnya, “Aaaakhhh….. aaaakkkhhh….. terus sayang.. enak.. aaaakkkh…. hhhmmm..” Ketika batang kejantananku keluar masuk di liang kewanitaannya, di balas juga oleh Tante Wulan dangan memaju-mundurkan pantatnya.

Selang 20 menit aku merubah posisi lagi, kini kuatur posisi Tante Wulan tiduran terlentang lalu kuangkat kedua kakinya ke atas, kubuka lebar-lebar pahanya, lalu kuarahkan kembali batang kejantananku ke liang kewanitaannya dan.., “Bleeeess.. bleeeesss..” batang kenikmatanku masuk ke liang kewanitaannya lagi, aku mulai mamaju-mundurkan pinggulku.

Sepuluh menit kemudian dia sudah tidak tahan lagi ingin keluar, “Aaaakhhh…. aaaakhhh…. Say, Tante udah nggak tahan lagi pengen keluar..” rengeknya. “Juan belom mo keluar nich Tan.. kalo mo keluar keluarin aza,” kataku dan akhirnya, “Creet… creettt…. creettt…….” dia sudah mencapai puncak kenikmatannya. Dan dia pun terlihat lelah karena puas.

Karena aku belum mencapai puncak kenikmatan lalu aku merubah posisi dengan gaya “side to side”, (satu kaki Tante Wulan diangkat ke atas sedangkan kaki satunya tidak diangkat, sedangkan posisi tubuh miring).

Kukocok-kocokkan batang kejantananku dengan tempo sedang di liang senggamanya, dan 20 menit kemudian aku merasakan sepertinya aku akan menemui puncak kenikmatan, lalu aku mempercepat gerakanku, kukocok dengan tempo cepat dan agak kasar di liang kewanitaannya dan terdengar rintihan kesakitan dan rasa nikmat yang terdengar dari mulutnya.

“Ouuuw….. aaahhkkk….. aaaaaakkhhh…. aakhhh..” kemudian kucabut dan kuarahkan batang kejantananku ke wajah Tante Wulan dan, “Creet.. creett.. creeett..” spermaku muncrat di wajahnya. Lalu batang kejantananku kuarahkan ke mulutnya minta di bersihkan oleh tante Wulan dengan lidah nya dan aku pun terkulai lemas di tengah kedua tante itu.

Lima belas menit setelah mengatur nafas dan melihat kemolekan kedua tubuh tante itu, batang kejantananku sudah mulai berdiri lagi dan mengeras. Kini sasaranku adalah tante Rheisa, kuangkat tubuh tante monica dan aku menyuruhnya menungging.

Kemudian batang kejantananku kuarahkan ke lubang pantatnya dan…… ” Bleeessss……bleesssss…” Batang kejantananku sudah masuk ke dalam lubang bokongnya, aku mulai mengocok-ngocok kembali batang kejantananku di bokongnya. “aaaaaaakkkhhhhh…… aaaaahhhhh……oooohhh……hhhhhhmmm……. ” Cuma itu yang keluar dari mulut tante Rheisa saat aku menusuk-nusuk pantatnya.

Selang 5 menit aku kembali merubah posisi, aku duduk di pinggir ranjang dan tante Rheisa duduk di atas selangkanganku menghadapku. Lalu…. ” Blleeeesss……. bleeeessss…” kini batang kejantananku bukan di lubang bokongnya lagi namun sudah masuk ke liang kewanitaannya.

Tante Rheisa mulai menaik-naikkan bokongnya di atas selangkanganku dan sambil menikmati gerakan dari posisi itu, aku meremas-remas kedua payudara dan kusedot-sedot bergantian. Kugigit-gigit puting susunya dan dari payudara itu keluar suatu cairan dari putingnya.

Ternyata yang keluar itu adalah air susunya, langsung saja kusedot dan rasanya nikmat sekali. Ketika aku menyedot air susunya semakin kuat desahan yang di keluarkan tante Rheisa, setengah jam kemudian kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan dan…..” Crrrooootttt…..crrooooott…croot..”
Kami berdua keluar dan terkulai lemas di tempat tidur dengan batang kejantananku yang masih menancap di liang kewanitaannya.

Kami bertiga akhirnya tertidur kelelahan, keesokan paginya kami pun melakukan hubungan lagi bertiga di kamar tidur maupun di kamar mandi saat kami mandi bersama. Setelah permainan dan mandi bersama itu selesai, kemudian kedua tante itu pun pulang.

Keesokan harinya semakin banyak saja tante-tante girang yang ku layani, terlebih lagi karena pengalaman permainanku yang sangat memuaskan mereka dan terasa nikmat.