Arsip Tag: Cerita Sex Tante

Kisah Taro – Liarnya Pengalaman Seks dengan Istri Teman

TAROSLOT Liarnya Pengalaman Seks dengan Istri Teman, Kisah Seks Liarnya Pengalaman Aku (sebut saja Rio), umur hanpir 40 tahun, postur tubuh biasa saja, seperti rata-rata orang Indonesia, tinggi 168 cm, berat 58 kg, wajah lumayan (kata ibuku), kulit agak kuning, seorang suami dan bapak satu anak kelas satu Sekolah Dasar. Selamat mengikuti pengalamanku yang aku paparkan berikut ini terjadi hari Senin.

Hari itu aku berangkat kerja naik bis kota (kadang-kadang aku bawa mobil sendiri). Seperti hari Senin pada umumnya bis kota terasa sulit. Entah karena armada bis yang berkurang, atau karena setiap Senin orang jarang membolos dan berangkat serentak pagi-pagi. Setelah hampir satu jam berlari ke sana ke mari, akhirnya aku mendapatkan bis.

Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana kemari, akhirnya aku mendapat tempat duduk di bangku dua yang sudah terisi seorang wanita. Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah sebelumnya aku menganggukkan kepala pada teman dudukku. Karena lalu lintas macet dan aku lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu dari pada bengong, aku ingin menegur wanita di sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup dan kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak melihat ke luar jendela atau sesekali menunduk.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam tangannya.
“Mmacet sekali ya?” katanya yang tentu ditujukan kepadaku.
“Biasa Mbak, setiap Senin begini. Mau kemana?” sambutku sekaligus membuka percakapan.
“Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok Indah,” jawabnya.
Belum sempat aku buka mulut, ia sudah melanjutkan pembicaraan,
“Kerja dimana Mas?”
“Daerah Sudirman,” jawabku.

Obrolan terus berlanjut sambil sesekali aku perhatikan wajahnya. Bibirnya tipis, pipinya halus, dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah, dadanya tampak menonjol, kenyal menantang.

Aku menelan ludah.

Kuperhatikan jarinya yang sedang memegang tempat duduk di depan kami, lentik, bersih terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh panjang. Dari obrolannya keketahui ia (sebut saja Mamah) seorang wanita yang kawin muda dengan seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya umurnya hanya dua tahun lebih muda darinya. Masa remajanya tidak sempat pacaran. Karena waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan setelah lulus dipaksa kawin dengan seorang duda oleh orang tuanya. Sambil bercerita, kadang berbisik ke telingaku yang otomatis dadanya yang keras meneyentuh lengan kiriku dan di dadaku terasa seer! Sesekali ia memegangi lenganku sambil terus cerita tentang dirinya dan keluarganya.

“Pacaran asyik ya Mas?” tanyanya sambil memandangiku dan mempererat genggaman ke lenganku. Lalu, karena genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan kiriku, otakku mulai berpikiran jorok. “Kepingin ya?” jawabku berbisik sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Ia tidak menjawab, tapi mencubit pahaku.

Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M, berarti kantorku sudah terlewatkan. Kami turun. Aku bawakan tasnya yang berisi pakaian menuju kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi goreng. Kebetulan aku belum sarapan dan lapar. Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel. Setelah menelepon kantor untuk minta cuti sehari, kami berangkat.

Sesampai di kamar hotel, aku langsung mengunci pintu dan menutup rapat kain horden jendela. Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu dan menghempaskan badan di kasur yang empuk. Kulihat si Mamah tak tampak, ia di kamar mandi. Kupandangi langit-langit kamar, dadaku berdetak lebih kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan. Senang, takut (kalau-kalau ada yang lihat) terus berganti. Tiba-tiba terdengar suara tanda kamar mandi dibuka. Mamah keluar, sudah tanpa blaser dan sepatunya. Kini tampak di hadapanku pemandangan yang menggetarkan jiwaku. Hanya memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas di dalamnya BH hitam yang tak mampu menampung isinya, sehingga dua gundukan besar dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. Aku hanya bisa memandangi, menarik nafas serta menelan ludah.

Mungkin ia tahu kalau aku terpesona dengan gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke ranjang, melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan mukanya ke mukaku, “Mas..” katanya tanpa melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan badan di bantal yang sudah kusiapkan. Aku yang sudah menahan nafsu sejak tadi, langsung mendekatkan bibirku ke bibirnya.

Kami larut dalam lumat-lumatan bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling, sehingga posisi kami bergantian atas-bawah. Kudekap erat dan kuelus punggungnya terasa halus dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku, karena aku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini tanpa dilepas sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. Aku melepas bajuku, takut kusut atau terkena lipstik. Kini aku hanya memakai CD. Ia tampak bengong memandangi CD-ku yang menonjol.

“Lepas aja bajumu, nanti kusut,” kataku. “Malu ah..” katanya. “Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita berdua,” kataku sambil meraih kancing paling atas di punggungnya. Dia menutup dada dengan kedua tangannya tapi membiarkan aku membuka semua kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat ranjang. Kini tinggal BH dan celana panjang yang dia kenakan. Karena malu, akhirnya dia mendekapku erat-erat. Dadaku terasa penuh dan empuk oleh susunya, nafsuku naik lagi satu tingkat, “burung”-ku tambah mengencang.

Dalam posisi begini, aku cium dan jilati leher dan bagian kuping yang tepat di depan bibirku. “Ach.. uh..” hanya itu yang keluar dari mulutnya. Mulai terangsang, pikirku. Setelah puas dengan leher dan kuping kanannya, kepalanya kuangkat dan kupindahkan ke dada kiriku.

Kuulangi gerakan jilat leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang kulakukan tadi. Kini erangannya semakin sering dan keras. “Mas.. Mas.. geli Mas, enak Mas..” Sambil membelai rambutnya yang sebahu dan harum, kuteruskan elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke pantatnya yang bahenol, naik-turun.

Selanjutnya gerilyaku pindah ke leher depan. Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal di dadanya. Sengaja aku belum melepas BH, karena aku sangat menikmati wanita yang ber-BH hitam, apalagi susunya besar dan keras seperti ini. Jilatanku kini sampai di lipatan susu itu dan lidahku menguas-nguas di situ sambil sesekali aku gigit lembut. Kudengar ia terus melenguh keenakan.

Kini tanganku meraih tali BH, saatnya kulepas, ia mengeluh, “Mas.. jangan, aku malu, soalnya susuku kegedean,” sambil kedua tangannya menahan BH yang talinya sudah kelepas. “Coba aku lihat sayang..” Kataku memindahkan kedua tangannya sehingga BH jatuh, dan mataku terpana melihat susu yang kencang dan besar.

“Mah.. susumu bagus sekali, aku sukaa banget,” pujiku sambil mengelus susu besar menantang itu. Putingnya hitam-kemerahan, sudah keras.

Kini aku bisa memainkan gunung kembar sesukaku. Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu kugesek-gesek dengan kumisku,

Mamah kelojotan, merem melek, “Uh.. uh.. ahh..” Setelah puas di daerah dada, kini tanganku kuturunkan di daerah selangkangan, sementara mulut masih agresif di sana.

Kuusap perlahan dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa kali, Mamah terus mengaduh sambil membuka tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku. Semua ini kulakukan tahap demi tahap dengan perlahan.

Pertimbanganku, aku akan kasih servis yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati dengan tujuan agar Mamah punya kesan berbeda dengan yang pernah dialaminya. Kuplorotkan celananya. Mamah sudah telanjang bulat, kedua pahanya dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu.

Kupikir dia sama saja denganku, pengalaman pertama dengan orang lain. Aku semakin bernafsu. Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi profesional. Kini jari tengahku mulai mengelus perlahan, turun-naik di bibir vaginanya. Perlahan dan mengambang.

Kurasakan di sana sudah mulai basah meski belum becek sekali. Ketika jari tengahku mulai masuk, Mamah mengaduh, “Mas.. Mas.. geli.. enak.. terus..!” Kuraih tangan Mamah ke arah selangkanganku (ini kulakukan karena dia agak pasif. Mungkin terbiasa dengan suami hanya melakukan apa yang diperintahkan saja). “Mas.. keras amat.. Gede amat?” katanya dengan nada manja setelah meraba burungku.

“Mas.. Mamah udah nggak tahan nikh, masukin ya..?” pintanya setengah memaksa, karena kini batangku sudah dalam genggamannya dan dia menariknya ke arah vagina. Aku bangkit berdiri dengan dengkul di kasur, sementara Mamah sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan mengangkang. Kupandangi susunya keras tegak menantang.

Ketika kurapatkan “senjataku” ke vaginanya, reflek tangan kirinya menangkap dan kedua kakinya diangkat. “Mas.. pelan-pelan ya..” Sambil memejamkan mata, dibimbingnya burungku masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja dikenal. Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa amblas masuk.

Terasa sempit. Perlahan kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini kuulangi hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya. “Sret.. sret..” Mamah mengaduh, “Uh.. pelan Mas.. sakit..” Kutarik mundur sedikit lagi, kumasukkan lebih dalam, akhirnya.. “Bles.. bles..” barangku masuk semua. Mamah langsung mendekapku erat-erat sambil berbisik, “Mas.. enak, Mas enak.. enak sekali.. kamu sekarang suamiku..” Begitu berulang-ulang sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti apa maksud kata “suami”.

Mamah tiba-tiba badannya mengejang, kulihat matanya putih, “Aduuh.. Mas.. aku.. enak.. keluaar..” tangannya mencengkeram rambutku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Aku hentikan sementara tarik-tusukku dan kurasakan pijatan otot vaginanya mengurut ujung burungku, sementara kuperhatikan Mamah merasakan hal yang sama, bahkan tampak seperti orang menggigil. Setelah nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di sisi ranjang, kulap burungku, juga bibir vaginanya.

Lantas kutancapkan lagi. Kembali kuulangi kenikmatan tusuk-tarik, kadang aku agak meninggikan posisiku sehingga burungku menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Mamah, mungkin senggamanya selama ini tak menyentuh bagian ini.

Setiap kali gerakan ini kulakukan, dia langsung teriak, “Enak.. terus, enak terus.. terus..” begitu sambil tangannya mencengkeram bantal dan memejamkan mata. “Aduuhm Mas.. Mamah keluar lagi niikh..” teriaknya yang kusambut dengan mempercepat kocokanku.

Tampak dia sangat puas dan aku merasa perkasa. Memang begitu adanya. Karena kalau di rumah, dengan istri aku tidak seperkasa ini, padahal aku tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada sesuatu yang luar biasa. Kulirik jam tanganku, hampir satu jam aku lakukan adegan ranjang ini. Akhirnya aku putuskan untuk terus mempercepat kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir.

Tekan, tarik, posisi pantatku kadang naik kadang turun dengan tujuan agar semua dinding vaginanya tersentung barangku yang masih keras. Kepala penisku terasa senut-senut,
“Mah.. aku mau keluar nikh..” kataku.
“He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Mamah juga.. Mas.. terus.. terus..”
“Crot.. crot..” maniku menyemprot beberapa kali, terasa penuh vaginanya dengan maniku dan cairannya. Kami akhiri ronde pertama ini dengan klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Satu untukku dan tiga untuk Mamah.

Setelah bersih-bersih badan, istirahat sebentar, minum kopi, dan makan makanan ringan sambil ngobrol tentang keluarganya lebih jauh. Mamah semakin manja dan tampak lebih rileks.

Merebahkan kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung kembarnya menyentuh badanku dan tangannya mengusap-usap pahaku akhirnya burungku bangun lagi. Kesempatan ini dipergunakan dengan Mamah.

Dia menurunkan kepalanya, dari dadaku, perut, dan akhirnya burungku yang sudah tegang dijilatinya dengan rakus. “Enak Mas.. asin gimana gitu. Aku baru sekali ini ngrasain begini,” katanya terus terang. Tampak jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya sudah tidak beraturan.

“Ah..” lenguhnya sambil melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri dengan dengkul sebagai tumpuan.

Tiba-tiba kepalaku yang sedang menyandar di sisi ranjang direbahkan hingga melitang, lalu Mamah mengangkangiku.

Posisi menjadi dia persis di atas badanku. Aku terlentang dan dia jongkok di atas perutku. Burungku tegak berdiri tepat di bawah selangkangannya.

Dengan memejamkan mata, “Mas.. Mamah gak tahaan..” Digenggamnya burungku dengan tangan kirinya, lalu dia menurunkan pantatnya.

Kini ujung kemaluanku sudah menyentuh bibir vaginanya. Perlahan dan akhirnya masuk.

Dengan posisi ini kurasakan, benar-benar kurasakan kalau barang Mamah masih sempit.

Vagina terasa penuh dan terasa gesekan dindingnya. Mungkin karena lendir vaginanya tidak terlalu banyak, aku makin menikmati ronde kedua ini. “Aduuh.. Mas, enak sekali Mas. Aku nggak pernah sepuas ini.

Aduuh.. kita suami istri kan?” lalu.. “Aduuh.. Mamah enak Mas.. mau keluar nikh.. aduuh..” katanya sambil meraih tanganku diarahkan ke susunya.

Kuelus, lalu kuremas dan kuremas lagi semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun pantatnya yang semakin cepat pula menuju orgasme.

Akhirnya Mamah menjerit lagi pertanda klimaks telah dicapai. Dengan posisi aku di bawah, aku lebih santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks.

Sedangkan Mamah sebaliknya, dia leluasa menggerakkan pantat sesuai keinginannya.

Adegan aku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30 menit. Dan dalam waktu itu Mamah sempat klimaks dua kali.

Sebagai penutup, setelah klimaks dua kali dan tampak kelelahan dengan keringat sekujur tubuhnya, lalu aku rebahkan dia dengan mencopot burungku.

Setelah kami masing-masing melap “barang”, kumasukkan senjataku ke liang kenikmatannya. Posisinya aku berdiri di samping ranjang.

Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua kakinya di pundakku.

Aku sudah siap memulai acara penutupan ronde kedua. Kumulai dengan memasukkan burungku secara perlahan. “Uuh..” hanya itu suara yang kudengar. Kumaju-mundurkan, cabut-tekan, burungku.

Makin lama makin cepat, lalu perlahan lagi sambil aku ambil nafas, lalu cepat lagi.

Begitu naik-turun, diikuti suara Mamah, “Hgh.. hgh.. ” seirama dengan pompaanku.

Setiap kali aku tekan mulutnya berbunyi, “Uhgh..” Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.

“Mah.. aku mau keluar nikh..” Agen Judi Online

“Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Mamah juga Mas.. Kita bareng ya.. ya.. terus..” Dan akhirnya jeritan..

“Aaauh..” menandai klimaksnya, dan kubalas dengan genjotan penutup yang lebih kuat merapat di bibir vagina,

“Crot.. crott..” Aku rebah di atas badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali lagi. Persis seperti ronde kedua tadi.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Pembaca, ini adalah pengalaman yang luar biasa buat saya.

Luar biasa karena sebelumnya aku tak pernah merasakan sensasi se-luar biasa dan senikmat ini.

Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi, meski aku tahu alamatnya.

Kejadian ini membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa selingkuh yang paling nikmat dan akan membawa kesan mendalam adalah yang dilakukan sekali saja dengan orang yang sama.

Jangan ulangi lagi (dengan orang yang sama), sensasinya atau getarannya akan berkurang. Aku kadang merindukan saat-saat seperti ini. Selingkuh yang aman seperti ini.

Kisah Taro – Reni Mahasiswi Bringas

TAROSLOT Reni Mahasiswi Bringas, Kisah Seks Mahasiswi ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Semuanya bermula ketika penerimaan mahasiswa baru di kampusku. O iya, aku adalah salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di kotaku. Saat itu, maklumlah namanya juga senior, maka semua mahasiswa baru baik itu mahasiswa baru cowok maupun cewek tunduk atas semua perintahku.

Pada hari kedua orientasi pengenalan kampus, aku berkenalan dengan seorang mahasiswa baru yang bernama Reny dan berasal dari luar pulau. Anaknya imut-imut, manis dan lucu, membuatku sangat tertarik kepadanya. Berbagai cara pun kucoba untuk melakukan pendekatan, sehingga berhasil menjadikannya pacar.

Singkat cerita, setelah dua bulan pacaran aku mengajak dia jalan-jalan ke rumahku yang kebetulan lagi kosong. Setelah sampai di rumah, kami bercerita sebentar, mulai dari hal-hal yang berbau kampus hingga menyentuh masalah seks. Ternyata ia melayaniku dengan semangat, sampai pikiranku pun melayang ke hal-hal yang tidak-tidak. Aku berusaha memancingnya terus dengan menambah bumbu-bumbu cerita, dan dia pun terangsang. Perlahan-lahan kudekatkan tubuhku padanya dengan hati-hati, takut siapa tahu dia menolak. Diluar dugaan, dia tidak menghindar, maka kucoba lebih jauh lagi dengan cara menciumnya. Ternyata dia membalas kecupanku dengan penuh nafsu. Aku menjadi lebih berani lagi.

Aku berusaha untuk membuka baju dan celana panjang yang ia pakai. Ohh betapa indahnya bentuk tubuhnya ketika kulihat hanya menggunakan penutup buah dada dan celana dalam putihnya. Aku pun tidak tahan lagi, sambil mengulum bibirnya yang basah, aku pun membuka seluruh pakaianku. Dia terkejut dan takjub ketika melihat batang kemaluanku yang besar telah tegang.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar
Dia membuka penutup dada dan celana dalamnya dan memegang batang kemaluanku sambil berkata, “Kak, besar sekali punyamu, aku kok ingin mencobanya..!”
Sambil menahan nafsu, aku membaringkan Reny ke lantai.

Awalnya kami hanya bergelut dengan saling berpelukan saja, tetapi keinginan untuk melakukan yang lebih dari itu pun tidak dapat kami bendung lagi. Hingga pikiran sehat dan rasa ingin memeperlakukan Reny selayaknya wanita yang baik pun sirna saat itu. Kami saat itu sudah dilingkupi oleh keinginan birahi yang sangat tinggi.
“Ren.., aku ingin mencium milikmu, boleh kan..?” tanyaku merayunya.
“Oh.., Kak.. Lakukan saja, aku sudah tidak tahan lagi..!” jawabnya sambil tangannya mencoba memegang batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak itu.

Kami saling melakukan oral seks dengan posisi 69. Kegiatan kami yang satu itu berlangsung hingga 10 menit, dan kami pun terhenti bersamaan karena rupanya sama-sama menginginkan hal yang lebih lagi.

Setelah itu aku mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang keperawanannya secara perlahan-lahan. Dia meringis menahan sakit yang teramat sangat, tapi tidak berusaha untuk menolakku. Aku pun bertambah semangat untuk mengocok liang keperawanannya dengan cepat sambil menggoyangkan pinggulku.

Setelah 15 menit kami bermain cinta, aku mengajaknya terbang ke alam nikmat.
Aku mendengarnya mendesis, “Ssshh.. ahh.. Kak.., nikmat sekali.., teruuss.. Kaak.. sepertinya ada yang mau keluaarr..”
Aku berpikir bahwa dia sudah mencapai orgasme yang pertama, terus saja aku mengocoknya dan tiba-tiba, “Kakk.. aku keluar..!” dan memuncratlah cairan kental berwarna putih kemerah-merahan, tanda bahwa keperawanannya telah kutembus.

Sampai empat kali dia mengalami orgasme. Dia kulihat mengalami lemas lunglai, sedangkan aku sendiri belum. Lama-kelamaan daya tahanku mulai berkurang juga. Sambil menahan rintihan kenikamatan, aku merasa spermaku sudah saatnya dikeluarkan. Aku pun mengeluarkan batang kemaluanku dari dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.

“Aaahh.. Reny.. kamu betul-betul hebat sayang..!” dan cairan putih kental dari dalam batang kemaluanku tertumpah di wajahnya.
Dia kemudian menjilati batang kemaluanku yang besar itu sambil tersenyum puas.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Setelah bersih dari cairan sperma dan cairan kewanitaannya, aku pun mengecup bibirnya dengan hangat. Kami kembali melakukan percintaan sambil berpelukan di bawah lantai. Tidak terasa kami pun tertidur pulas.

Setelah terbangun, aku melihat Reny masih tertidur pulas di lantai. Aku duduk sebentar di sofa. Tiba-tiba aku teringat pengalaman masa lalu saat aku berumur 15 tahun. Aku mempunyai seorang tante yang bernama persis dengan nama pacarku ini. Ya, nama tanteku juga Reny. Waktu itu aku dan tante tinggal serumah, karena ayah dan ibuku lagi keluar kota untuk mengurus pernikahanpamanku.

Karena takut tidur sendiri, maka tanteku minta tolong agar aku menemaninya di kamarnya, kebetulan di kamar tanteku ada dua buah tempat tidur yang letaknya bersampingan. Malam itu entah karena kelelahan, aku dan tanteku lupa memasang anti nyamuk elektrik, dan bisa ditebak seluruh badanku diserbu nyamuk yang memang tidak tahu diri.

Tengah malam aku terbangun karena tidak tahan akan serangan nyamuk yang tidak tahu diri itu. Aku berbalik ke arah tanteku dan melihat dia tertidur pulas sekali. Karena kamar itu hanya diterangi lampu pijar 10 watt, maka samar-samar aku dapat melihat tubuh molek tanteku yang terbaring merangsang. O ya, walaupun sudah berumur 26 tahun, tanteku mempunyai wajah yang masih sangat muda dan cantik. Entah karena nafsu, aku memberanikan diri menghampiri tanteku. Kulihat daster yang dipakainya tersibak di bagian selangkangannya.

Aku mencoba mengintip dan melihat gundukan kecil dari balik celana dalamnya. Ah, betapa aku ingin melihat yang ada di balik celana dalam itu.
Tiba-tiba tanteku terbangun, “Hei.., apa yang kamu lakukan..?”
Karena terkejut, aku pun menjawab asal-asalan, “Tadi aku melihat tikus tante..”
Tante Reny menjerit sambil memelukku, “Ahh.., dimana tikusnya..?”
Sambil terbata-bata karena gugup, aku menjawab bahwa tikusnya sudah lari. Aku pun kembali ke tempat tidur dan akhirnya tertidur pulas hingga pagi hari.

Keesokan harinya, saat sarapan aku lihat tanteku tersenyum-senyum sendiri, tapi aku takut untukmenanyakannya. Aku merasa, kalau tanteku itu sepertinya mengetahui kelakuanku tadi malam, tapi karena memang aku masih merasa tidak enak dengan tanteku, maka aku pun diam saja.

Malam harinya aku sengaja tidak tidur agar bisa mengambil kesempatan seperti malam sebelumnya. Dan saat itu pun tiba. Tepat tengah malam, saat kulihat tanteku tertidur pulas, aku mengendap ke tempat tidurnya dan mencoba mengintip. Astaga, yang kulihat bukan lagi celana dalam putih yang biasa dipakainya, melainkan gundukan kecil yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Sambil membayangkan yang tidak-tidak, aku tidak menyadari bahwa celanaku sudah merosot turun. Ya, tanteku ternyata tidak tidur.
“Masih belum tidur, De..?” tanyanya.
Aku pun sadar karena tenyata tante Reny memegang batang kemaluanku dan berkata, “Wah.., sudah besar yaa..?”

“Ihh.., geli tante..!” jawabku mencoba menghindari pegangan tangannya di kemaluanku.

Tidak hanya itu saja, karena kemudian tanteku bagun dari tempat tidurnya dan langsung mengulum kemaluanku yang sudah jelas berdiri dengan tegaknya. Dia mengulum, hingga aku meringis menahan rasa nikmat dan sedikit kesakitan, karena memang tanteku terlalu bernafsu mengulum kemaluaku, hingga sempat giginya menyentuh batang rudalku. Tante Reny kemudian membuka seluruh pakaiannya dan menyuruhku untuk naik ke atas. Dia membimbingku untuk menindihnya.

“De.., ayo naik..! Tante tahu kok kamu juga ingin kan..?” katanya manis mencoba membujukku.
Aku pun naik dan tanteku membimbing batang kemaluanku yang saat itu masih belum terlalu besar masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.
“Ayo.. De.., kamu pasti bisa. Jangan diam begitu dong..! Gerakkan maju mundur. Ayoo, yahh.. begitu.., ahh enak De..!” katanya kesetanan.
Benar-benar aku mencoba mengerahkan segala kekuatan dan keahlian yang kudapat dari beberapa kali menonton film porno untuk menerapkannya pada perbuatan kami itu.

“Terus De.., terus.., tante merasa enak..!” katanya memuji goyangan tubuhku dan rudalku yang mencoba memuaskan gairah kenikmatan tanteku.
Aku pun merasa keenakan dan akhirnya, “Crutt.. crutt.. crutt..!” air maniku pun keluar.
“Wah.., belum apa-apa sudah keluar. Tapi tidak apa-apa.., wajar kok bagi pemula..”
“O ya.. tante.., normalnya berapa lama baru air mani keluar..?” tanyaku tanpa malu-malu lagi.
“Satu jam..” katanya sambil tersenyum simpul.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Kami terus saja melakukan hal itu dalam berbagai macam gaya. Aku tentu saja menikmatinya, karena itu merupakan pengalaman seks pertamaku. Agen Judi Online

Setelah malam itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks sampai daya tahanku betul-betul teruji. Kami melakukan diantaranya di kamar mandi, sofa dan tentu saja kamar tanteku. Memang saat-saat bersama tanteku dulu, merupakan kenangan yang indah untuk kehidupan seksku.

Aku terus saja melamun sampai kudengar suara Reny menegurku, ” Kak.., antarkan aku pulang..!” katanya sambil merangkul diriku.
“Eh, Reny.., kamu sudah bangun..?” tanyaku terbata-bata karena kaget.
“Kak.., lain kali kita bikin lagi yaa..?” pintanya manja.
“Iyalah.., nanti. Enakkan..?” tanyaku lagi.
“Iya.. Kakak hebat mainnya, Reny sampai ketagihan..!” katanya sambil merangkul tubuhku dengan erat dan kemudian mencium pipi kananku.
“Iya dong.., siapa dulu..!” balasku juga sambil mencim keningnya.
Hanya sebentar setelah percumbuan kami yang indah itu, kami berpakaian kembali dan membersihkan ruangan itu yang sempat agak berantakan. Kemudian aku pun mengantar Reny pulang dan tersenyum puas.

Kisah Taro – Di Buat Melayang-Layang Bersama Nyai

TAROSLOT Di Buat Melayang-Layang Bersama Nyai, Kisah Seks Enak Terus terang, semuanya terjadi secara tidak sengaja. Pada waktu itu aku membeli buku tentang indera ke-enam atau “bawah sadar”, tadinya sekedar iseng waktu berada di suatu toko buku. Inti buku itu mengajarkan begini. Kalau kita menginginkan sesuatu maka kita harus mencoba menvisualisasikannya.

Suatu saat apa yang kita visualisasikan itu akan terjadi, akan terlaksana. Mimpi? Bukan. Sebab untuk mencapai indera ke-enam seseorang justru tidak boleh tertidur, tetapi perlu menurunkan gelombang listrik di-otaknya dari gelombang beta menjadi alfa. Caranya? Gampang sekali.. Kita cukup memejamkan mata, membayangkan menuruni tangga spiral dengan minimal 10 gigi.

Saat anda membayangkan ini, gelombang listrik di otak anda akan menurun frekuensinga dari 13 cycle atau lebih perdetik, menjadi 8-13 cycle per detik. Kelihatannya mudah tetapi butuh latihan, jadinya ya sukar.. He. He.. Nah di saat itulah kita memasuki bawah sadar (unconsciousness)

Apa keinginnan saya? Lha ini yang kurang ajar. Aku ingin nangkring di tubuh Nyai Rara (waktu muda panggilannya Neng Rara). Nyai Rara adalah ibu kostku. Kenapa Nyai? Pertama, kemungkinan hamil nol persen. Pada usia 48 tahun biasanya wanita sudah masuk masa menopause. Yang kedua, ditanggung bersih, sehat tak mungkin kena penyakit “kotor” seperti gonorrhoe, syphilis, HIV dsb. Yang ketiga, gratis tidak perlu bayar, karena sama-sama menikmati. Untuk wanita, bersebadan dengan orang usia lebih muda akan menambah hormon estrogen, hormon khas wanita. Kalau wanita kekurangan hormon ini akan menderita osteoporosis, yaitu tulang menjadi rapuh, mudah patah.

Meskipun sudah kepala empat, tapi jangan meremehkan kecantikannya. Wajah Nyai masih terlihat ayu. Kulit kuning langsat, tubuh langsing semampai. Secara legendaris, wanita sunda sangat rajin memelihara wajah dan tubuhnya. Mandi lulur sudah seperti prosedur tetap mingguan. Membedaki wajah dengan berbagai ramuan menjadi rutinitas harian. Itu sebabnya tidak hanya wajah dan tubuhnya yang mengesankan. Bau badannya juga sedap dengan aroma lembut. Lalu kalau mau tahu seperti siapa? Seperti siapa ya..? Nah kira-kira seperti itu.. Diana Lorenza, janda beranak satu dari Heru Kusuma.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Sudah tiga tahun aku tinggal di kost milik keluarga Padmadireja (suami Nyai Rara), pensiunan wedana di salah satu kabupaten di Jawa Barat. Keluarga Pak Padma-Nyai Rara ini mempunyai putera dua orang, semua sudah berkeluarga dan tinggal di Jakarta. Tinggalah Bapak–Ibu semang kostku ini dibantu seorang PRT dan seorang supir. Semua karyawan ini pulang sore.

Sudah seminggu aku latihan meditasi, belum ada hasil. Tambah tiga hari lagi, meskipun hampir putus asa. Tiba-tiba.., pada hari ke sebelas..

Malam itu sudah pukul 10, pintu kamarku diketuk orang.

“Mas Agus.. Mas Agus”
“Ya.. Nyai”
“Tolong kerokin ibu sebentar ya..”

Pucuk dicinta, ulam tiba, burung dahaga, apem menganga.., hatiku berjingkrak bukan main.

“Sebentar Bu, saya ganti pakaian dulu”

Kamar-kamar yang dipakai kost letaknya di belakang rumah utama, dipisahkan oleh satu kebun kecil. Ada enam kamar, membentuk huruf U mengelilingi kebun. Masing-masing kamar berpenghuni satu orang. Kebetulan waktu itu masa liburan, namun karena aku harus mengejar “deadline” penyelesaian skripsi, terpaksa aku tidak dapat mudik. Hiya khan, masak sudah jadi mahasiswa PTN terkenal seantero dunia rela di-DO.

Singkat cerita aku sudah duduk di tepi tempat tidur di kamar Nyai. Duduk dengan bersimpuh, ya.. seperti “pengerok” professional itu. Badan Nyai dalam posisi tengkurap di depan saya. Punggungnya yang putih, mulus tanpa penutup apapun. Hanya tali BH sudah dilepas, tetapi buah dadanya masih sedikit terlihat, tergencet di bawahnya.. Leher Nyai terlihat jenjang, putih, dengan rambut yang panjang sampai ke pinggang, disibakkan ke samping.

Punggung ke bawah ada sejenis kain sarung yang diikatkan sekenanya secara longgar. Ke bawah, kain itu hanya menutupi sampai lipatan lutut. Di bawahnya betis yang halus, kencang.

Wajah Nyai menghadap ke samping di mana saya duduk. Sesekali meraba lutut saya, entah apa maksudnya. Pemandangan ini mampu dan makin mengeraskan burungku yang sejak dari kamar tidurku mulai melongok, eh.. bangun menggeliat (Jawa: ngaceng). Dalam waktu 15 menit seluruh punggung Nyai sudah aku keroki. Suasana sekitar kamar hening, hanya degub jantungku yang makin mengeras.

Burungku, pelan tapi pasti makin menegang juga. Aku diam, Nyai juga demikian. Mau ngomong apa aku? Bicara tentang Pak Padma..? Ah sama aja bicara tentang kompetitor. Toh malam ini aku yang akan menjadi “Mas Padma”, akan menumbuk padi di lumbung Nyai. Mau ngomong anak-anak Nyai? Yang akan ditengok Pak Padma yang sore tadi berangkat? Ngapain toh sebentar lagi aku akan menganggap Nyai ini ibarat pacarku.

“Pinggangnya juga ya Mas..”
“Ya.. Ya.. Bu..”, jawabku seperti terbangun dari lamunan berahi.

Aku tarik kain yang menutupi pinggang Nyai. Ya ampun.. Rupanya Nyai sudah melepas celana dalamnya. Kini di depan mataku ada pemandangan yang.. Waduh.. Ada gambaran parit sempit di tengah tulang pinggang memanjang ke bawah.. Terus.. Ke bawah, berujung di satu celah sempit di antara dua bukit pantat yang putih padat.. Menggemaskan.. Aku bayangkan.. Apa yang ada di depan pantat itu..

Tiba-tiba Nyai membalikkan badannya..

“Depan ya Mas..”

Dengan mata terbelalak kaget, kini aku melihat pemandangan yang luar biasa, yang belum pernah kulihat selama 24 tahun berada di kolong langit. Seorang wanita dengan kulit langsat telanjang bulat, dengan lingkaran perut pinggang ramping, buah dada masih lumayan besar, meskipun sudah rebah ke samping.

Di tengan buah dada yang ber “pola” tempurung, terlihat puting besar warna hitam dikelilingi area hitam kecoklatan..

Di bawah pusar ada rambut yang mula-mula jarang tetapi semakin ke bawah semakin lebat, sepeti gambaran menara “Eiffel” dengan ujung runcingnya menuju pusar..

Di pangkal tumbuhnya rambut terdapat gundukan vagina yang pinggir kiri dan kanannya tumbuh rambut, bak gambaran hutan kecil.. Ampun mana tahan.. Mau pecah rasanya penisku menahan tekanan akumulasi cairan di pembuluh darah penisku.

“Nyai Aku nggak tahan lihat begini..?”
“Maksudnya, Mas Agus sudah capai..?”
“Enggak Nyai.. Burung saya sudah.. Nggak bisa.. Nggak bisa.. Saya nggak tahan lagi..!”
“Lho, kok baru bilang sekarang.. Ayo naik..”, sambil berkata demikian tangan kanannya melambai, mempersilakanku menaiki perutnya..

Seperti kucing kelaparan, aku segera mengangkangi perut Nyai, aku mau mencium pipinya, lehernya, mau melumat bibirnya. Tetapi gerakanku membungkuk terganjal burungku yang keras dan sakit waktu tertekuk. Malah ketika kupaksakan dan terus tertindih perutku, pertahanan katupnya jebol. Karena tiba-tiba.., crut.. crut.. crut.. Dari burungku tersembur, memancar air mani, yang disertai rasa nikmat. Ejakulasi!! Semburan air maniku mengenai dada Nyai, leher dan perutnya.

Setelah menyembur, burungku sedikit kendur, aku peluk leher Nyai, aku kulum dengan berapi-api bibirnya. Rupanya Nyai merespons dengan penuh gairah juga. Aku gigit dengan lembut bibirnya, sesekali aku sedot lidahnya. Lima menit lamanya, baru aku tersadar.

“Maaf Nyai, air mani saya tadi..”
“Ah, nggak apa-apa, itu tandanya Mas Agus masih “jejaka ting-ting”, nanti sebentar juga bangun lagi.”, sambil berkata demikian, Nyai mencium lagi bibirku. Tentu saja aku membalasnya dengan lebih bernafsu.

Kecuali bibirku melumat bibir Nyai, tanganku juga meraba buah dada Nyai. Memang sudah tidak gempal, tapi masih “berisi” 80 persen. Kedua tanganku masing-masing meraba, memeras-meras, memilin-milin puting Nyai. Kadang saking gemasnya cengkeraman tanganku ke buah dadanya agak keras, menyebabkan Nyai meringis menggeliat. Begitu juga bila puting Nyai aku pilin agak kuat, nyai bereaksi..

“Enak, enak.. Tapi sakit Mas.. Jangan keras-keras.. Yang (maksudnya Sayang)..”

Tanpa terasa saat aku menggulati tubuh Nyai, mendekami dada, perut, menekan vagina Nyai dengan penisku, terasa burungku mulai menggeliat lagi. Makin lama makin keras.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Nyai.. Burung saya.. Nyai mau.. Lagi..?”
“Nah, apa khan.. saya bilang, ayo.. lagi, tapi ‘ntar.. Yang, aku bersihkan badanku dulu ya.. ya..”

Nyai masuk ke kamar mandi dalam di ruang tidur. Keluar dari kamar rambutnya terlihat sedikit basah, sebagian terjurai di lengan. Ya.. Tuhan.. Cantik sekali dewi ini..

Aku pun juga masuk juga ke kamar mandi, membersihkan bagian badan yang terkena air mani. Keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat, terlihat burungku tegak, keras mendongak ke atas membentuk sudut 45 derajat dengan garis horizontal. Batangnya besar, warna kehitaman dengan tonjolan pembuluh darah membujur, sebagian melintang. Seperti tongkat ukiran. Ujungnya, gland penis, besar, kemerahan, membentuk topi baja yang mengkilat. Antara gland penis dan batang terlihat leher penis yang dangkal. Rasanya aku mau berkelahi dengan membawa senjata golok.

Waktu Nyai melihat aku dan memperhatikan penisku..

“Hei.. Gede buanget.. Hebat buanget.. Pasti nikmat buanget..” Aku menyahuti tiruan iklan itu, dengan meletakkan ibu jari tangan kananku di depan bibirku..
“Sssstt..” Tentu saja Nyai senyum atas jawaban spontanku. Agen Judi Online

Langsung akau naiki perut Nyai. Dengan lutut menahan badan, aku sedikit menunduk, memegang penisku. Segera kumasukkan ke liang vagina Nyai. Aku takut kalau nanti terlambat masuk ke vagina, maninya tersembur lagi keluar. Nyai maklum juga kelihatannya. Kupegang penisku, kepalanya kuhadapkan di depan vagina Nyai, lalu kudorong masuk. Bless.. Lega sekali rasanya. Kalau nanti muncrat, ada di dalam liang vagina Nyai..

Lalu aku rebahkan tubuhku ke depan dengan bertumpu pada kedua sikuku. Bertemulah dadaku dengan buah dada Nyai, bibirku dengan bibir Nyai. Kedua tanganku memegang pipi Nyai, Nyai kucium mesra, lalu kucucuk-cucukkan bibirku pada bibirnya, eh.. menirukan burung yang bercumbu. Sesekali tanganku meremas buah dadanya, memilin putingnya, terkadang mulutku turun ke bawah, menghisap puting buah dada Nyai, bergantian kanan dan kiri

Akan halnya penisku waktu kumasukkan ke liang vaginanya, rasanya memasuki ruang kosong, berongga. Tetapi setelah itu rasanya ada kantong yang menyelimuti. Permukaan kantong itu bergerigi melintang, pelan-pelan kantong itu “meremas “penisku. Tak ingin cepat berejakulasi maka kutarik penisku, kantong vagina itu tidak “mengejar”nya. Kumasukkan lagi seperti tadi, terasa masuk ruang kosong, sebentar liang vagina mulai meremas, kutarik lagi. Begitu beberapa kali. Terkadang penisku agak lama kutarik keluar, sampai tinggal “topi bajanya” yang ada di antara ‘labia mayora’-nya. Terus begini Nyai mencubitku..

“Masukkan lagi Yang..”

Gerakkan in-out ini makin cepat, “pengejaran” penis oleh sekapan kantong vagina juga makin cepat.

Di samping itu di pintu masuk, bibir luar (labia mayora) dan bibir dalam (labia minora) juga ikut “mencegat” penisku.

Makin cepat aku keluar-masukkan penisku, Nyai terlihat makin menikmati, demikian juga aku sendiri. Ibarat mendaki gunung hampir tiba di puncaknya.

Kecepatan penisku memompa vaginanya semakin bertambah cepat, denyut nadiku semakin bertambah, nafas juga semakin cepat. Terlihat juga wajah Nyai semakin tegang menanti puncak orgasme, nafasnya terlihat juga semakin kencang.

Cairan di liang vagina Nyai juga terasa semakin banyak, ibarat oli untuk melicinkan gesekan penisku. Peluhku mulai menetes, jatuh bercampur peluh Nyai yang tercium sedap dan wangi.

Makin cepat, makin tinggi.., tiba-tiba penisku terasa disekap rongga vaginanya dengan kuat.. Kuat sekali dengan denyutan yang cepat tetapi dengan amplitudo yang rendah.

Orgasme! Nyai mencapai orgasme. Di saat itu lengan Nyai memeluk leherku kuat sekali, sedang tungkainya memeluk pantatku dengan kencang.

“Aihh..”, terdengar desah kepuasan keluar dari bibir Nyai.

Beberapa menit kemudian lubang penisku terasa jebol, cairan menyemprot keluar entah berapa cc. Nikmat.., nikmat sekali.. Nikmat luar biasa.

Orgasme Nyai terjadi lebih dulu dari ejakulasiku. Kalau saja Nyai masih bisa hamil, kata dokter anak yang lahir nanti adalah pria.

Saya masih tetap memeluk Nyai sambil mengendurkan nafas.

Pelan-pelan penisku mulai mengendur, mengkerut. Tapi rupanya Nyai merespons.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Paha dan tungkainya diselonjorkan (diluruskan). Maksudnya memberi jalan agar penisku keluar.

“Terima kasih Yang, terima kasih Mas Agus.. Mas hebat sekali..”, bisiknya.
“Kau cantik sekali Nyai, secantik bidadari..”, balasku

Badanku kurebahkan di samping badan Nyai, memeluk Nyai yang tidur telentang. Kami tidur dalam keadaan telanjang, hanya ditutupi selimut.

Nikmatnya Nyai, nikmatnya wanita, nikmatnya dunia.

Kisah Taro – Perselingkuhan Rini

TAROSLOT Perselingkuhan Rini, Kisah Seks Dewasa Perselingkuhan Rini Kali mengisahkan seorang cewek abg bernama Rini yang terenggut keperawanannya oleh seorang pria dewasa yang sudah beristri. Benar kata orang “love is blind”, karena cinta buta Rini merelakan keperawanannya untuk orang yang dicintainya. Seperti apa cerita dewasa dan kisah pengalaman pertama Rini hilang keperawanan, berikut ceritanya…

Sebelumnya perkenalkan, namaku Rini… pertama kali aku mengenal cinta, dunia ini menjadi terasa indah bagiku. Hanya sayangnya cinta pertamaku ini jatuh tidak pada orang yang tepat. Dia seorang pria beristri dan berkeluarga. Jadilah cinta kami berjalan sembunyi-bunyi. Aku mengenal pria tersebut ketika datang pada acara ulang tahun temenku. Dia saat itu menjadi event organizer acara tersebut.

Pertama melihatnya aku sudah jatuh hati padanya. Selain dia pria yang ganteng badannya juga atletis, siapapun cewek pasti akan jatuh hati kepadanya.

“Rini, ini MAS, dia yang nyelenggaraan pesta ini, asik kan pestanya. Kamu nemenin MAS ngobrol ya”. Temanku itu tau kalo aku suka dengan pria yang umurnya jauh lebih tua dari aku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Kami jadi asik ngobrol ngalor ngidul. Dia sangat humoris sehingga aku selalu terpingkal-pingkal mendengar guyonannya. Makin lama guyonannya makin mengarah yang vulgar, aku sih ok aja. Ketika acara makan, dia menemani aku menikmati hidangan yang tersedia. Ketika acara dansa, dia mengajak aku turun, ketika itu lagunya slow. Aku larut dalam dekapannya yang sangat mesra. Dia berbisik:

“Rini, kamu cantik sekali, kamu yang paling cantik dari semua prempuan yang dateng ke pesta ini. Aku suka kamu Rin”. “Mas kan dah punya keluarga, masak sih suka ma abg kaya aku”.
“Justru karena kamu masih abg, kecantikan kamu masih sangat alami, bukan polesan make up yang tebal”.

Memang sih dandananku biasa saja, tanpa make up yang tebal. Perempuan mana sih yang gak suka dipuji lelaki yang kebetulan dikaguminya. Ketika pulang dia mengantarkan aku pulang, sebelum aku turun dari mobil, pipiku dikecupnya,

“Kapan-kapan kita ketemuan lagi ya Rin, ni nomer hpku”. Kami bertukaran nomer hp.

Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa di mal, di bioskop atau ditempat fitnes.

Karena dia tau aku suka fitnes, makanya diapun mendaftar menjadi member ditempat aku biasa fitnes. Karena sering ketemu, hubungan kami makin lama makin akrab. Dia adalah lelaki pertama yang mencium bibirku. Itu kejadiannya ketika kami sedang dibioskop. Karena bukan weekend, jumlah penontonnya sedikit, sehingga dia milih tempat duduk yang jauh dari penonton lain. Dia berbisik:

“Rin, aku sayang banget ma kamu. Kamu?’
“Aku juga sayang ma Mas, sayangnya ma dah keluarga ya”.
“Kita jalani aja dulu Rin, gak apa kan kalo backstreet kaya gini. Pokoknya aku akan berusaha untuk ketemu kamu sesering mungkin, sayang”. Dia meluncurkan rayuan mutnya, sehingga aku makin berbung-bunga.
“Rin..”, panggilnya lagi. aku menoleh karahnya.

Karena duduk kami berdempetan, dia langusng merangkul pundaknya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.

aku memejamkan mataku, terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku, kemudian terasa bibirnya mulai mengisap bibirku. aku pasrah ketika dia cukup lama mengecup bibirku.

“Mas”, desahku ketika dia melepas bibirnya, seakan aku gak rela dia melepaskan bibirku.

Diapun mengecup bibirku lagi, kali ini lebih lama lagi.

Demikianlah sepanjang film itu kami tidak menikmati filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya mengulum-ngulu bibirku.

“Mas, aku sayang sekali ma mas, aku mau jadi pacar mas”.

Sejak kejadian dibioskop itu, kami menjadi rutin berciuman kalo ketemu, paling tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku.

Temenku mengingatkan aku agar jangan terlalu larut dalam berhubungan dengan Mas, karena dia dah berkeluarga.

“Nanti kamu yang nyesel lo kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan dia”. Tapi aku tidak mengindahkan himbauan temanku. Aku seakan buta tertutup cinta yang makin lama makin berkobar-kobar.

Sampai suatu weekend, dia mengajakku ke satu vila diluar kota, katanya dia mau survei tempat itu karena akan diadakan perhelatan disana.

“Temenin aku yuk, mumpung bisa keluar kota ma kamu. Mau ya sayang”. Karena aku dah lama pengen berdua dia seharian, aku turuti saja ajakannya.

Ke ortu, aku pamit mo jalan ma temen2 ke vila mereka. Aku seneng sekali ketika dah duduk disebelahnya dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota. Saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga.

Atasannya aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat jelas, kaosku yang cukup tipis membuat braku yang berwarna putih terpampang jelas sekali.

“Rin, kamu seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”.
“Mas suka kan”. “Suka banget, palagi kalo amu gak pake baju Rin”.
“Ih mas, mulai deh genit, aku turun disini aja deh”, aku pura-pura merajuk, padahal dalam hati seneng sekali mendengar pujiannya.
“Ya udah turun aja he he”, tertawanya berderai ketika dia mengatakan hal itu, tetpi mobil tetap melaju kencang. “Katanya disuruh turun, kok gak minggir”.
“Loncat aja kalo berani”.
“mas, iih”, kataku sambil mencubit pinggangnya, mesra.

Dia menggeliat kegelian,

“Jangan diklitikin dong, nanti nabrak lo”.
“abis mas sih mulai duluan”. Sepanjang jalan kami bercanda rian, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku, sehingga aku menggelinjang.

Kadang tangannya mendarat di pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku. aku menjadi merinding karena rabaannya. Maklum deh dia pria pertama yang melakukan hal ini.

“Maas”, aku hanya melenguh ketika pahaku dielus-elus begitu.

Karena aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. aku menjadi gelisah, dudukku gak bisa diam, ada rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing.

“Mas maih jauh ya”.
“Napa Rin”.
“aku pengen pipis”.
“Bentar lagi juga sampe. Itu bukan pengen pipis biasa Rin”.
“abis apaan?”
“Pasti kamu terangsang ya karena aku ngelus2 paha kamu”.
“Ih”, kucubit lagi pinggangnya.

Mobilnya sudah masuk ke satu vila. Ada seorang bapak-bapak yang menyambut di gerbang vila. Dia orang yang ditugaskan pemilik vila untuk menunggui vila itu. Aku keluar dari mobil, ikut dengan dia melihat lokasi.

Vilanya tidak terlalu besar tetapi halamannya luas. Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di buku catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku tentang satu hal. Aku menjawab setauku saja.

“Setelah selesai, dia berkata kepada si bapak,
“Pak kami mo menginap di vila ini”.
“Iya, yang punya dah kasi tau bapak, ya silahkan saja pak. sudah saya sediakan makanan secukupnya di lemari es, kalo mo makan ya silahkan dihangatkan dulu. soalnya bapak mo pulang”. Si bapak meninggalkan kami berdua.
“Rin, kita honimun ya”, katanya sambil tersenyum.

aku jadi berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku.

Aku sering mendengar cerita teman2ku ang sudah pernah berhubungan sex dengan cowo2nya, mendengar betapa nikmatnya kalo memek kemasukan kontol.

Aku jadi merinding sendiri, aku pengen juga mengalami kenikmatan itu.

Aku menghempaskan pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku,

“Rini sayang” katanya sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku.

Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku, dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut.

Hidung kami bersentuhan lembut.

Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit.

Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat kukecup tadi memejamkan mata,

“Aku pengen melakukan itu ma kamu, sayang. Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut.

Dia berusaha mengecup bibirku lagi, namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut.

“Mass” bisikku lirih. “Rini sayang, mau ya”, rayunya lagi.
“Tapi mass, aku takut Mas”, jawabku.
“Takut apa sayang, katakanlah”, bisiknya kembali sambil meraih tanganku.
“Aku takut Mas nanti meninggalkan aku”, bisikku.

Dia menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku.

“Rini sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”, bujuknya untuk lebih meyakinkanku.
“Tapi Mas” bisikku masih ragu.
“Rin, percayalah, apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa bulan kenal sayang, tapi percayalah, yakinlah sayang, kalau Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi.
“Lalu kalau aku sampai hamil gimana mass?” ujarku sembari menatapnya.
”Aah, jangan khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, bagaimana sayang?” bisiknya.

Rasioku sudah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh rayuan mautnya dan rasa ingin merasakan kenikmatan yang makin menggebu.

Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu diremasnya dengan lembut.

Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat,

“Mas harus janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku.

“Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisiknya tak sabar.

Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas.

“aahh… Mas”, aku merintih pelan.
“Mas aah mmas.. aku rela menyerahkan semuanya asal Mas mau bertanggung jawab nantinya”, aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit memekku.

Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku itu telah berada dalam genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat jemari tangannya mulai meremas perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak mencium, namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku,

“eeehh Mas..berjanjilah dulu Mas”, bisikku di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu.
“Oooh Rini sayang, aku berjanji untuk bertanggung jawab, aahh aku menginginkan keperawananmu sayang”, ucapnya.

Sementara jemari tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu meremas gundukan memekku lagi.

“Ba.. baiklah Mas, aku percaya sama Mas”, bisikku.
“Jadi?” tanyanya.
“hh. lakukanlah mass, aku milik Mas seutuhnya.. hh..” jawabku.
“Benarkah? ooh..Rini sayanggg.” Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot.

Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama.

DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku mulai berani membalas cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup. “aah Rinisayang, kamu pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?” tanyanya curiga.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Mm aku belum pernah punya pacar Mas, kan Mas yang selama ini ngajari aku ciuman”, sahutku.
“Wah kamu belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film porno yaa?” godanya.

Aku tersenyum malu, dan wajahku pun tiba-tiba bersemu merah, aku menundukkan mukaku, malu.

“I…iya Mas, beberapa kali”, sahutku terus terang sambil tetap menundukkan muka.
“Rini

sayang, kamu nggak kecewa khan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang?” tanyanya. “Aku serahkan apa yang bisa aku persembahkan buat Mas, aku ikhlas, lakukanlah Mas kalau Mas benar-benar menginginkannya”, sahutku lirih.

Jemari tangan kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke gundukan memekku yang masih perawan, lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara wajahku nampak sedikit berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku.

“Oooh masss”, bisikku lirih.
“Enaak sayang diusap-usap begini”, tanyanya.
“hh… iiyyaa mass”, bisikku polos.

Jemarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat gemas.

“sakit Mas aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras.

Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.

Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jemarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri. Dia mengelus perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya, “aawww… Mas sakitt, jangan keras-keras dong meremasnya”, protesku. Kini secara bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.

“Auuggghh..” tiba-tiba dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget.
“Eeehh kenapa Mas?”
“Aahh anu sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku.

Aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka sekalian CDku dan “Tooiiing”, kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .

“aawww… Mas jorok”, aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke samping dan menutup mukaku dengan tangan. “He…he…” dia terkekeh geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di
permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua.

Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar. Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara, dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya,

“Uuuaahh…nikmatnya”.
“Rin sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya sambil ngibrit ke belakang, kontolnya yang sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia berlari.

Aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun. “aawww…” teriakku kembali sembari menutup mukaku dengan kedua jemari tanganku.

“Iiihh… Rin… takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli.
“Itu Mas, kontol Mas”, sahutku lirih.
“Lhoo… katanya sudah sering nonton BF kok masih takut, kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok itu bentuknya gini”, sahutnya geli.
“Iya…m..Mas, tapi kontol Mas mm besar sekalii”, sahutku masih sambil menutup muka.
“Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, kontol mereka jauh lebih gueedhee… kalau kontolku kan ukuran orang Indonesia sayang, ayo sini dong kontolku kamu pegang sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya nakal.
“Iiih… malu aah Mas, jorok.”
“Alaa.. malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang kontol Mas dipegang biar kamu bisa merasakan milik kamu sendiri”, sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku mau juga.

kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih kupejamkan rapat.

Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng.

Mulanya jemari tanganku hendak kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu, akhirnya aku hanya menurut saja.

Pertama kali aku hanya mau memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayunya penuh nafsu.

“Iiih… keras sekali Mas”, bisikku sambil tetap memejamkan mata.

“Iya sayang, itu tandanya aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” dia mengerang nikmat saat tiba-tiba saja aku bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat.

Aku terpekik kaget, “Iiih sakit mass…” tanyaku.

Aku menatapnya gugup.

“Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi lekas sayang oohh…” erangnya lirih.

Aku yang semula agak gugup, menjadi mengerti lalu jemari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini bergerak dan meremas kontolnya seperti tadi.

Dia melenguh nikmat.

Aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas, jemari kedua tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya.

Jemari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan meremas kontolnya. .dia hanya bisa melenguh panjang pendek.

Cerita Lainnya: Cerita Sex Kenikmatan Ngentot Dengan Pacar Kakak
“.sshh…Rin… terusss sayang, yaahh… ohh…ssshh”, lenguhnya keenakan.

Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu maju mundur.

“Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat.

Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali,

“Rin… aahhgghh… sshh…awas pejuku mau keluarr” teriaknya keras.

aku meloncat berdiri begitu dia mengatakan kalimat itu, aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok.

“Kamu kok lari sih…” bisiknya lirih disisiku.
“Tadi katanya pejunya mau keluar mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos.

Rupanya dia gak mau ngecret karena aku kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar.

Dia meraih tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang bundar montok menekan dadanya yang bidang.

Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan mesra, kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan napas.

Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku.

Sementara bibir kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku.

Diremasnya dengan gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku.

Aku merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya.

Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu menghadap ke atas.

Aku tak memberontak dan diam saja.

Sementara itu dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku.

Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil,

“Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran.

“Abisnya… Mas sih, kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku sambil terus tertawa kecil.

Dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi. Segera jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat.

“aagghh… Rin… terus sayang…” bisiknya mesra.

Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat.

“Enaak ya mass…” bisikku mesra. Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi.

Dia melepaskan kecupan dan pelukanku.

“Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping.

Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur.

“Sayang… kau suka yaa sama kontolku”, katanya.

Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos.

“suka sih Mas… habis kontol Mas lucu juga, keras banget Mas kayak kayu”, ujarku tanpa malu-malu lagi.
“Lucu apanya sih?” tanyanya.

Aku memandangnya sambil tersenyum

“pokoknya lucu saja”, bisikku lirih tanpa penjelasan.
“Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya.

Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari kontolnya.

Cerita Seks Dewasa Perselingkuhan Rini
Cerita Seks Dewasa Perselingkuhan Rini
“Mas jorok ahh…” sahutku malu-malu. “Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi.

Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya pasrah dan mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu.

Mukanya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku. Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan ritsluitingku segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah. Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya. Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman, jembutku. Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum.

“Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya.

Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas.

“Oooh…Masss” aku merintih kecil.

kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.

Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku. Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat.

“Oohh.. Rin, indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu.

Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya. Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu.

Toketku berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan.

“kamu cantik sekali sayang”, bisiknya lirih.

Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri lagi.

“Mass… aku sudah siap, aku sayang sama Mas, aku akan serahkan semuanya seperti yang Mas inginkan”, bisikku mesra.

Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang,

“Aahh.. Rin kita ngentot di kamar yuk, aku sudah kepingin ngen tot sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi.

Aku hanya tersenyum dalam pelukannya. “Terserah Mas saja, mau ngentotnya dimana”, sahutku mesra.

Dengan penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang. Dia segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi kamar.

Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum. Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku.

“Buka pahamu sayang, aku ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu.
“Mass…” aku hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku.
“Sayang, aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan.”
“Pelan-pelan Mas”, bisikku pasrah.

Lalu dengan jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu.

“Agak ke bawah Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww pelan-pelan Mas sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.

Akhirnya dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit. Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali.

“Tahan sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.
“aawwww…. masss sakiit…” teriakku memelas, tubuhku menggeliat kesakitan.

Dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan. Lalu,

“tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaah”, bisiknya.

Tiba-tiba dia mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan.

“Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering sayang.”
“memekku sakit Mas”, erangku lirih.
“Yahh… aku tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu.

Segera dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang,

“Rin… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra. Aku memandangnya dan tertawa renyah.
“mm… aku bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos.
“Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal.
“Iih.. Mas, Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku.

Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas. Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit memekku.

Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi. Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil,

“Aawwww… Mas saakiit”, erangku.
“Aahh.. Rin… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan.

Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok. Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat.

“Mass, geli”, erangku lirih.

Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya. Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut.

” Mas…” aku semakin mendesah tak karuan.

Secara bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu.

“Aawww…Mas”, aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat.

Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan. Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya.

Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya. Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku.

“Buka pahamu Rin..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu.
“Oooh… masss”, aku hanya merintih lirih.

Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali.

“Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”, katanya mesra.
“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau IRin merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya.

Sambil memejamkan mata aku berkata lirih.

“Iya mass eenaak sih mass”, kataku polos.

Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada diantara kedua bibir memekku itu tertutup rapat.

“MAs… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut dan berkeringat.
”abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal.
“Iiihh… jahat”, Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.

Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas. Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah.

Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku. Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya.

Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang diciptakannya pada memekku. Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan.

Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan kanannya, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula. Dia mencoba untuk membuka bibir memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit.

“aawww mass.. sakiit”, pekikku kesakitan.
“maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir.

Dia mengusap dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek wanita. Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah.

Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku.

Begitu singkat karena tak sampai 1 menit aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering,

“Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku tersenyum bahagia.
“Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.

Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku.

Aku menggeliat manja dan tertawa kecil,

“Mas… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja.
“Sayaang, kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu.
“Iiihh… jangan kasar ya mass… pelan-pelan saja masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan.

Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit. Dia mulai menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya.

“Tahan sayang…” bisiknya bernafsu.

Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei. Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku robek.

Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam, Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku yang luar biasa.

Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya sayu.

“Mass… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih.

Kami sama-sama tersenyum.

Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan dadanya. Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima tusukan kontolnya.

“Mas… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menahan sakit. “Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”, bisiknya.
“MAs, bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum.”Oke…nanti setelah ngentot kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas.
“Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali mencubit pipinya.
“Biariin…”
“Maasss…” aku agak berteriak.
“Apaan sih…” tanyanya kaget.

Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih.

“dienjot dong…” bisikku hampir tak terdengar.
“Iiih kamu kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya.
“Pokoknya, dienjot dong Mas…” sahutku manja.

Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya. Tapi dia tak peduli, dia sedang menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya.

Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya.

“Awww… aduuh Mass… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan.
“Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya.
“pejuku mau keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku.

Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.

Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri. Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.

“Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya.

Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik.

“Mas, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku.
“Ya udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya. .

Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.

Dia membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah disiapkannya.

“Rin, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot lagi”, katanya sambil membelai pipiku.
“Aku nurut aja apa yang mas mau, aku kan udah punyanya mas”, jawabku pasrah.

Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya. Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat.

“Mas enak sekali..” nafasku terengah2.

Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas.

Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku.

Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal.

“buat apa mas, kok diganjel bantal segala”, tanyaku.
“biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya sambil menelungkup diatasku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan.

“Ayo Mas cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu.
“Wah kamu sudah napsu ya Rin, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya.

Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku.

“Pelan2 ya mas, biar gak sakit”, lenguhku sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku yang masih sempit.

Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali.

“Mas enjot yang cepat, Mas, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi”, lenguhku.
“Aku juga mau keluar, yang”, jawabnya.

Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.

Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi.

“Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” yanyanya.
“Boleh mas, aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya.

Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia mengerang kenikmatan,

“Enak banget Rin emutanmu. Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2?. Aku diam tidak menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku.
“Rin, aku udah mau ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku nungging.
“MAu ngapain mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti.
“udah kamu nungging aja, mas mau ngen totin kamu dari belakang”, jawabnya.

Sambil nungging aku bertanya lagi,

“Mau dimasukkin di pantat ya mas, aku gak mau ah”.
“Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya.

dengan pelan diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal. Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku. Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Aku mulai merasakan nikmatnya dien tot, sakit sudah tidak terasa lagi.

“Mas, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah mau nyampe lagi”, erangku.

Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia melenguh,

“Rin aku ngecret, aah”, erangnya.
“Mas, aku nyampe juga mas, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan.

Ketika aku terbangun, hari udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang. Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku.

” Mass, geli!” aku menggeliat manja.

Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku. Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan.

Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut toketku. Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya.

“Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir. Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu.

Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga menekan toketku.

“Oh…mas”, lenguhku ketika ia menciumi telingaku.
“Kakimu dibelitkan di pinggangku Rin”, pintanya sambil terus mencium bibirku.

Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya. Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya. Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat aku meringis.

“Sakit yang”, tanyanya.
“Tahan sedikit ya”. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2.

Dia terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak merasa sakit.

“Rin, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya.

Dia mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan jempol dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.

Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku. Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku. Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya.

”Akh mas”, lenguhku ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya.
“Masih sakit Rin”, tanyanya.
“Enak mas”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku.

Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya. Dia juga mendesah setiap kali mendorong kontolnya masuk semua,

“Rin, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ngentot dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya dienjot masuk.

“Mas”, erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya. Agen Judi Online

Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk.

“Rin, aku udah mau ngecrot”, erangnya lagi.

Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Mas, aku nyampe juga mas”, aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dien tot itu mendatangkan kenikmatan luar biasa.

Kisah Taro – Jeritan Tante Jenita

TAROSLOT Jeritan Tante Jenita, Kisah Seks Jeritan Tante Aq mendapat kisah yang asyik dan tak bisa terlupakan padahal kisah itu terjadi kira kira 1 tahun yang lalu tapi rasanya baru kemarin aq rasakan, cerita ini berkisah tentang istri dari pamanku dimana pamanku baru saja melangsungkan pernikahannya walaupun bisa dikata telat, karena umurnya suah rada tua.

Pamanku terbilang orang sukses karena dalam bisnisnya lancer semua, mungkin sebab itu pamanku sibuk ke bisnisnya sampai lupa pendamping hidupnya, sudah disarankan kepada keluarganya dan dipilihakn wanita tapi selalu saja ada pertimbangan yang khusus dari paman sendiri, minta ini minta itu dan pada suatu saat paman membawa wanita yang sangat cantik.

Namanya Jenita seperti namanya dia juga cantik, tak cantik pula dia juga supel kepada kami, dia berusia 24 tahun dan saat itu ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan teman pamanku itu.

Kemudian kami bercakap-cakap, ternyata Jenita memang enak untuk diajak ngobrol. Dan aq melihat sepertinya pamanku tertarik sekali dengannya, karena aq tahu matanya tidak pernah lepas memandang wajah Jenita.

Tapi tidak demikian halnya dengan Jenita. Ia lebih sering memandangku, terutama ketika aq berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aq mulai berpikir jangan-jangan Jenita lebih menyukaiku.

Tapi aq tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aq yang hendak dijodohkan. Tapi aq tetap saja memandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aq tidak terlalu memikirkannya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebkamum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketika sampai di restorant tersebut, aq langsung pergi ke wc dulu karena aq sudah kebelet. Sebkamum aq menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Jenita.

“Eh, ada apa nit?”

“Enggak, aq pengen kasih kartu nama aq, besok jangan lupa telpon aq, ada yang mau aq omongin, oke?”

“Kenapa enggak sekarang aja?”

“Jangan, ada paman kamu, pokoknya besok jangan lupa.”

Setelah acara makan malam itu, aq pun pulang ke rumah dengan seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang mau diomongin sama Jenita sih.

Tapi aq tidak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aq bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.

Besoknya saat istirahat makan siang, aq meneleponnya dan bertanya langsung padanya.

“Eh, apa sih yang mau kamu omongin, aq penasaran banget?”

“Eeee, penasaran ya, Ton?”

“Iya lah, ayo dong buruan!”

“Eh, slow aja lagi, napsu amet sih kamu.”

“Baru tahu yah, napsu aq emang tinggi.”

“Napsu yang mana nih?” Jenita sepertinya memancingku.

“Napsu makan dong, aq kan bkamum sempat makan siang!”

Aq sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aq ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aq sambil makan dapat sekaligus main internet di tempat kerjaq, karena saat itu pasti bosku pergi makan kkamuar, jadi aq bebas surfing di internet, gratis lagi.

“Yah udah, aq cuma mau bilang bisa enggak kamu ke apartment aq sore ini abis pulang kerja, soalnya aq pengen ngobrol banyak sama kamu.”

Aq tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja.

Lalu kataq, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?”

“Karena aq mau kasih surprise buat kamu.” katanya manja.

“Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar aq ke tempat kamu, kira-kira jam 6, alamat kamu di mana?”

Lalu Jenita bilang, “Nih catet yah, apartment XXX (edited), lantai XX (edited), pintu no. XXX (edited), jangan lupa yah!””Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”

“Bye-bye Ton.”

Setelah telepon terputus, lalu aq mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu pikiran nakalku mulai bekerja.

Apa bisa aq menyentuhnya nanti, tetapi langsung aq berpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dengan pamanku. Lalu aq pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.

Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aq pun mulai mengendarai motorku ke tempatnya.

Lumayan dekat dari tempat kerjaq di Roxymas. Sesampainya di sana, aq pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di lantai tersebut, aq pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.

Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah, nit..”

Jenita tersentak kaget, “Wah aq kira siapa, pake tepuk segala.”

“Kamu khan kasih surprise buat aq, jadi aq juga mesti kasih surprise juga buat kamu.”

Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal kamu yah, awas nanti!”

Kujawab saja, “Siapa taqt, emang aq pikirin!”

“Ayo masuk Ton, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.

Ketika aq masuk, aq langsung terpana dengan apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya berbeda dengan tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dengan gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku.

Sambil aq berkeliling, Jenita berkata, “Mau minum apa Ton?”

“Apa saja lah, asal bukan racun.” kataq bercanda.

“Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Jenita sambil tertawa.

Sementara ia sedang membuat minuman, mataq secara tidak sengaja tertuju pada rak VCD-nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. Aq tidak sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Ton, kalo kamu mau nonton, setel aja langsung..!”

Aq tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa aq enggak salah denger nih..?”

Lalu katanya, “Kalo kamu merasa salah denger, yah aq setelin aja sekarang deh..!”

Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa ia tidak tahu kalau aq ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberani ini.

“Duduk sini Ton, jangan bengong aja, khan udah aq bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Jenita sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.

Kemudian aq pun duduk dan nonton di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aq pun buka mulut, “Eh nit, tadi di telpon kamu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?”

Jenita tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian menggenggam jemariku, aq tidak menyangka akan tindakannya itu, tapi aq pun tidak berusaha untuk melepaskannya.

Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali, “Kamu tau Ton, sejak kemarin bertemu, kayaknya aq merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Ton, aq suka sama kamu.”

“Tapi khan kemarin kamu dikenalkan ke Paman aq, apa kamu enggak merasa kalo kamu itu dijodohin ke Paman aq, apa kamu enggak lihat reaksi Paman aq ke kamu..?”

“Iya, tapi aq enggak mau dijodohin sama Paman kamu, soalnya umurnya aja beda jauh, aq pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin ke aq..?” kata Jenita sambil mendesah.

Aq pun menjawab, “Aq sebenarnya juga suka sama kamu, tapi aq enggak enak sama Paman aq, entar dikiranya aq kurang ajar sama yang lebih tua.”

Jenita diam saja, demikian juga aq, sementara itu film semakin bertambah panas, tapi Jenita tidak melepaskan genggamannya.

Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaq, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dengan pelan, “Jenita, aq cinta kamu.”

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Jenita pun lalu membalasnya sambil memkamukku erat-erat.

Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya, ternyata agak besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Jenita menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada buah dadanya.

Kemudian aq berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudara yang masih terbungkus BRA itu.

“Aaaaahhh, buka aja BH-nya Ton, cepat.., oohh..!”

Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.

“Esshh.. ouww.. aduhh.. Ton.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”

Setelah bosan dengan payudaranya, lalu kubuka skamuruh pakaiannya sampai bugil total.

Ia juga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan.

Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aq melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dengan kedua tanganku.

“Aouww Ton, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggelayut manja melingkari leherku.

Kemudian kuletakkan Jenita pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aq menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dengan mesranya sambil berpkamukan erat.

Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dengan lembut, Jenita mendesah-desah nikmat. Tidak lama aq bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke perutnya, Jenita menggeliat kegelian.

“Aduh Ton, kamu ngerjain aq yah, awas kamu nanti..!”

“Tapi kamu suka khan? Geli-geli nikmat..!”

“Udah ah, jilati aja memek aq Ton..!”

“Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”

Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele.

Jenita menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar seakan-akan tidak mau kalah dengan permainan lidahku ini.

“Oohh esshhh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohhh.. nikmat sekali..!”

Agak lama juga aq bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.

“Ton, masukkin aja titit kamu ke lobang aq, aq udah enggak tahan lagi..!”

Dengan segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aq baru tahu ternyata dia masih perawan.

“Jenita, apa kamu tidak menyesal perawan kamu aq tembus..?”

“Ton, aq rela kalau kamu yang ngambil perawan aq, bagi aq di dunia ini cuma ada kita berdua aja.”

Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.

“Aduh sakit Ton, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.

Aq pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.

“Pelan-pelan Ton, masih sakit nih..!” katanya meringis.

Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Jenita sangat menikmati sekali permainan ini.

Tidak lama kemudian ia mengejang, “Ton, aa.. aqu.. mau kkamuarr.., teruss.. terus.., aahh..!”

Aq pun mulai merasakan hal yang sama, “nit, aq juga mau kkamuar, di dalam atau di luar..?”

“Kkamuarin di dalem aja Sayang… ohhh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.

Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh… sshh… sshh… sshh…”

Ternyata dia sudah kkamuar, aq terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.

“Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”

Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan kkamuarlah spermaq ke dalam liang surganya.

Saat terakhir air maniku kkamuar, aq pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aq dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya.

“Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlaqanku itu.

Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpkamukan selama kira-kira satu jam sambil meraba-raba.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Lalu ia berkata kepadaq, “Ton, mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Ton, aq sangat sayang pada kamu.”

Aq diam sejenak, lalu kubilang begini, “Aq juga sayang kamu, tapi kamu mesti janji tidak boleh meladeni paman aq kalo dia nyari-nyari kamu.”

“Oke bossss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memkamukku lebih erat.

Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aq datang ke tempat kerjanya dan melaqkannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang.

Kadang ia juga ke tempat kerjaq untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Jenita ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu tak pernah dibalas Jenita, mungkin akhirnya pamanku jadi bosan sendiri.

Aq Dengan Calon Istri Pamanku sering jalan-jalan ke Mal-Mal, untungnya tidak pernah bertemu dengan pamanku itu. Sampai saat ini aq masih jalan bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau begini, ia tidak menjawabnya. Aq ingin sekali menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek yang ingin punya kkamuarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aq dapat enaknya juga.

Kisah Taro – Skandal Perselingkuhan Majikanku

TAROSLOT Skandal Perselingkuhan Majikanku, Kisah Seks Skandal Perselingkuhan Majikanku Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak Rahadi. Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD.

Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota Surabaya, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.

Sering terkadang aku mendengar kisah tentang nasib beberapa orang pembantu rumah tangga di kompleks perumahan.

Ada yang pernah ditampar majikannya, atau malah bekerja seperti seekor sapi perahan saja.

Ibu Rahadi pernah bilang bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumahtangganya lantaran usiaku yang relatif masih muda.

Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota metropolis ini. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tak bertanggungjawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku.

Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang cantik, berbeda dengan para gadis desa asalku.

Pantas saja jika Ibu Rahadi berkata begitu terhadapku.

Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan Mas Doni terhadapku.

Mas Doni adalah anak bungsu keluarga Bapak Rahadi. Dia masih kuliah di semester 6, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga.

Mas Doni baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi rikuh bila berada di dekatnya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di tubuhku. Jika aku ke pasar, Mas Doni tak segan untuk mengantarkanku.

Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Ahh.. Aku selalu jadi merasa tak nikmat.

Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas Doni hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku.

Tetapi yang terjadi Mas Doni justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Santi. Biar aku saja, agak apa-apa kok..”

“Nggak.. nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.

Tiba-tiba Mas Doni menyentuh pundakku.

Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Santi. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan..”

Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa.

Mas Doni kemudian melanjutkan memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur.

Hingga kembali Mas Doni menegurku.

“Santi, kenapa belum masuk ke kamarmu.

Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”

Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Rahadi sedang tidak berada di rumah.

Entah kenapa tiba-tiba Mas Doni memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.

“Kamu cantik, Santi.”
Aku cuma tersipu dan berucap,

“Teman-teman Mas Doni di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.”

“Tapi kamu lain, Santi. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumahtangganya sendiri?”

“Ah.. Mas Doni ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu”, jawabku.

“Kalau kenyataannya ada, bagaimana?”

“Iya.. nggak tahu deh, Mas.”

Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Doni bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.

Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat.

Mobil Mas Doni memasuki garasi.

Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah.

Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya.

“Bapak belum pulang?” tanyanya padaku.

“Belum, Mas.”

“Ibu.. pergi..?”

“Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang.”

Mas Doni yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah.

Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya.

Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas Doni memanggilku.

Kembali aku menghampirinya.

“Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Doni sembari bangkit dari tempat duduknya.

“Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.”

“Maksud Mas Doni bagaimana?”

“Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas rizal padaku.

Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Doni dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat.

Mas Doni meraih kedua tanganku untuk digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya.

Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi.

Demikian pula Mas Doni yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi bundarnya bola mataku dan mungilnya hidungku.

Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati.

Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang seperti apa dan bagaimana bibir Mas Doni menciumi setiap lekuk mukaku yang segera setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Kurasakan tangan Mas Doni merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit lembut.

Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya.

Namun campuran rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya, aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku berikut setiap lekuk yang ada di dadaku dijilatinya.

Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.

Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas Doni.

Semakin saja Mas Doni memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya, diciuminya, bahkan ia menggigitnya.

Golak dan getaran yang tak pernah kurasa sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.

Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan memuntahkan isi kawahnya.

Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya, kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini.

Pagutan dan rabaan Mas Doni ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang kurasakan.

Tangan Mas Doni mulai mereteli pakaian yang dikenakan, ia telanjang bulat kini.

Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku.

Kemudian pada saat tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan, dibagian bawah tubuhnya.

Mas Doni terdengar merintih.

Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Doni.

Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Doni menggeliat-liat seperti cacing kepanasan. Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda permainan ini telah usai.

Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat berserakan dimana-mana.

Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.

Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Doni.

Kami duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal yang masing-masing berkecamuk dalam hati. “Aku tidak akan mempermainkan kamu, Santi.

Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Santi. Kamu mau mencintaiku kan..?” Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.

Mas Doni menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Cerita Seks Skandal Perselingkuhan

Seolah dia menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu membuatku yakin akan ketulusannya.

Meski aku tetap bertanya dalam sesalku, “Mungkinkah Mas Doni akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu rumahtangga?”

Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin.

Bapak dan Ibu Rahadi seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas Doni mendekam di kamarnya.

Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi di ruang tengah itu.

Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Doni, waktu yang berjalanpun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan indahnya permainan cinta tersebut.

Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri.

Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam permainan cinta denga gejolak nafsu birahi.

Selalu saja setiap kali aku membayangkan sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut.

Kadang aku pun melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Doni.

Bahkan ketika di rumah sedang ada Ibu Rahadi namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar mandi dan memberi isyarat pada Mas Doni untuk menyusulnya.

Untung kamar mandi bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah.

Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.

Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Doni, aku selalu dihantui oleh sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku:

“Bagaimana jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Doni malu mengakuinya, apakah keluarga Bapak Rahadi mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku sebagai menantu? Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini? Atau juga pasti aku disuruh untuk menggugurkan kandungan ini?” Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah gila dan ingin menjerit sekeras mungkin.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Apalagi Mas Doni selama ini hanya berucap: “Aku mencintaimu, Santi.” Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Doni, tidak akan berarti apa-apa jika Mas Doni tetap diam tak berterus terang dengan keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua.

Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan muntah, yah.. aku hamil! Mas Doni mulai gugup dan panik atas kejadian ini.

“Kenapa kamu bisa hamil sih?” Aku hanya diam tak menjawab.

“Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang repot juga..”

“Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Doni sudah berjanji akan menikahi Santi?”

“Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Santi. Aku masih mencintaimu, dan aku pasti akan menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintaimu..”

Yah.. setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari dan berganti dengan minggu, Mas Doni selalu kebingungan sendiri dan tak pernah mendapatkan jalan keluar.

Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang tentunya kian membesar.

Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Bapak Rahadi.

Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka yang selama ini kuperoleh di rumah ini.

Aku tidak akan menyalahkan Mas Doni.

Ini semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.

Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah terhadap keluarga Bapak Rahadi.

Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak Rahadi, Aku kini telah menikmati kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia.

Hingga pada suatu pagi aku membaca surat pembaca di tabloid terkenal.

Surat itu isinya bahwa seorang pemuda Doni mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Santi untuk segera pulang.

Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon isterinya karena dia begitu mencintainya.

Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya.

Namun aku sudah tidak ingin lagi dan pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda bernama Doni itu.

Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini.

Andai saja Mas Doni suka pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu.

Mas Doni pasti akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya.

Agar Mas Doni pun mengerti bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan terakhir bagiku.

Kisah Taro – Nafsuku Sulit ditahan

TAROSLOT Nafsuku Sulit ditahan, Kisah Seks Nafsuku Sulit ditahan saat Aku sedang menonton tv dikamar, saat itu juga Zira baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian baju tidur, dan dia sebelum tidur selalu menyempatkan diri untuk cuci muka, kamar tidur kami memang dilengkapi dengan kamar madni dalam dan TV, sehingga kami bisa tidur sambil tiduran, saat ini Zira sedang berbaring disampingku dan dia mau memejamkan mata untuk tidur.

“Zira! Kok langsung tidur sih?”

“Mm..?”
Zira membuka matanya.

Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum manis. Woow.. burungku semakin mengeras.

Zira mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Tangannya yang lembut halus membelai wajahku.

Jantungku berdetak cepat.

Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat.

Terasa nyaman sekali. Zira mencium pipiku. “Cupp..!”

“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.

Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial benar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.

“Zira! Faayy..!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.

“Umm.. udah maleem.. Zira ngantuk niih..”

Kalau sudah begitu, percuma saja.

Dia tidak akan bangun. Padahal aku sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Si “ujang” masih tegang dan penasaran minta jatah.

Begitulah Zira. Sebagai istri, dia hampir sempurna.

Wajah dan fisiknya enak dilihat, sifatnya baik dan menarik.

Perhatiannya pada kebutuhanku sehari-hari sangat cukup.

Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat “hemat”.

Nafsuku terbilang tinggi.

Sedangkan Zira, entah kenapa (menurutku) hampir tidak punya nafsu seks.

Tidak heran meskipun sudah lebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak.

Untuk pelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain.

Zira bukannya tidak tahu.

Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.

Nafsuku sulit ditahan.

Rasanya ingin kupaksa saja Zira untuk melayaniku.

Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega.

Kuciumrambutnya.

Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Zira.

Siapa tahu dalam mimpi, Zira mau memuaskanku? Hehehe.. Agen Judi Online

Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di Citraland Mall.

Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Ami, sahabatku dan Zira semasa kuliah dahulu.

Kulihat Ami bersama dengan seorang wanita yang mirip dengannya.

Seingatku, Ami tidak punya adik.

Ternyata setelah kami diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Ami. Fita namanya.

Heranjuga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya kami makan satu meja.

Sambil makan, kami mengobrol.

Ternyata Fita seperti juga Ami, tipe yangmudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol denganku.

Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Ami, sahabatku semasa kuliah), Ami bilang bahwa Joe sedang pergi ke Surabaya sekitar duaminggu yang lalu untuk suatu keperluan.

“Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Ami.

Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan halyang aneh kalau Joe ada main dengan wanita lain disana.

Saat Fita permisi untuk ke toilet, Ami langsung bertanya padaku. “Van, loe ama Zira gimana?”

“Baek. Kenapa?”

“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akur ama Zira?” Aku diam saja.

Aku dan Zira memang lumayan akur.

Tapi di ranjang jelas ada masalah. Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari aku minta jatah dari Zira.

Tapi kalau Zira dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali!

Itu juga harus main paksa.

Seingatku pernah terjadi dalam sebulan aku hanya dua kali dijatah Zira.

Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?

“Kok diem, Van?” pertanyaan Ami membuyarkan lamunanku.

“Nggak kok..”

“Loe lagi punya masalah ya?”

“Nggaak..”

“Jujur aja deh..” Ami mendesak.

Kulirik Ami.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumah Joe.

Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun hilang.

“Cerita doong..!” Ami kembali mendesak.

“Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Ami kelihatan kaget.

“Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Ami. Aduh.., kelihatannya dia marah.

“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” aku sedikit panik.

Tiba-tiba Ami tertawa kecil.

“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemulagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”

Saat itu Fita kembali dari toilet.

Kami melanjutkan mengobrol sebentar, setelah itu aku kembali ke kantor.

Jam 5 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang dijanjikan.

Sekitar sepuluh menit aku menunggu sebelum akhirnya telepon genggamku berdering.

Dari Ami, menanyakan dimana aku berada.

Setelahbertemu, Ami langsung mengajakku naik ke mobilnya.

Mobilku kutinggalkan disana.

Di jalan Ami langsung menanyaiku tanpa basa-basi.

“Van, loe lagi butuh seks ya?”

Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?”

“Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Zira kenapa?”

Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.

“Mi.. Zira itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu.

Loe bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak pernah ngerespon.

Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh enyaluran dong!

Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”

Ami tertawa. “Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri diperkosa sih?”

“Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”

“Mana ada perkosa nggak kasar?” Ami tertawa lagi. “Dan kalo dia nggak marah, perkosa aja dia tiap hari.”

“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”

“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”

“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Zira lagi ya?”

“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”

Aku heran. Ternyata Ami menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat. Dari tadi aku tidak menyadarinya.

“Mi, apartemen siapa nih?”

“Apartemennya Fita. Pokoknya kita masuk dulu deh..”

Fita menyambut kami berdua.

Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi, sementara Fita dan Ami masuk ke kamar.

Tidak lama kemudian Ami memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika aku masuk, si

“ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Ami dan Fita tidak memakai pakaian sama sekali.

Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebat itu.

Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang bulat di depanku.

Mimpi apa aku?

“Kok bengong Van? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Ami lembut.

Aku menurut bagai dihipnotis. Fita duduk bersimpuh di ranjang.

“Ayo berbaring disini, Mas Ivan.”

Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Fita. Kulihat dari sudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Fita yang menggantung mempesona.

Ukurannya lumayan juga.

Fita langsung melucuti pakaian atasku, sementara Ami melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya aku benar-benar telanjang.

Batang kemaluanku mengacung keras menandakan nafsuku yang bergolak.

“Gue pijat dulu yaa..” kata Ami.

Kemudian Ami menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montok itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku.

Rasanya benar-benar nyaman.

Kulihat Ami tersenyum kepadaku.

Aku hanya mengamatibagaimana kedua payudara Ami yang sedang digunakan untuk memijat batang penisku.

“Enak kan, Van?” Ami bertanya.

Aku mengangguk. “Enak banget. Lembut..”

Fita meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk mengenggam payudaranya.

Dia membungkuk, sehingga kedua payudaranyamenggantung bebas di depan wajahku.“Van, perah susu gue ya?” pintanya nakal.

Aku dengan senang hati melakukannya.

Kuperah kedua susunya seperti memerah susu sapi, sehingga Fita merintih-rintih.

“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Van.. ahh.. ahh..” Payudara Fita terasa legit dan kenyal.

Aku merasa seperti raja yangdilayani dua wanita cantik.

Akhirnya Ami menghentikan pijatan spesialnya.

Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.

“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue ya?” kata Ami, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si “ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.

Aku langsung merinding keenakan dibuatnya.

Dan beberapa detik kemudian kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “ujang” telah berada di dalam mulut Ami, tengah disedot dan dimainkan dengan lidahnya.

Tidak hanya itu, Ami juga sesekali mengemut telur kembarku sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat.

Sedotan mulut Ami benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung kemaluanku dengan kuat.

Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat kelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan sperma.

“Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”

Ami semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluankumenyemprotkan sperma berkali-kali ke dalam mulut Ami.

Lemas badankudibuatnya.

Tanganku yang beraksi pada payudara Fita pun akhirnya berhenti.

Ami terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehinggamenimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.

“Aahh.. Ami.. udahan dulu dong..!”

“Kok cepet banget keluar?” ledeknya.

“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.” aku membela diri.

“Oke deh, kita istirahat sebentar.”

Ami lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyal rasanya.

Nafasnya hangat menerpa wajahku. Fita mengambil posisi diselangkanganku, menjilati kemaluanku.

Cerita Lainnya: Cerita Mesum Hot Saat Aku Nikmati ML dengan Satpam
Gairahku perlahan-lahan bangkit kembali.

Kuraba-raba kemaluan Ami hingga akhirnya aku menemukan daging kenikmatannya.

Kucubit pelan sehingga Ami mendesah perlahan.

Kugunakan jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya.

Desahan Ami semakin terdengar jelas.

Kemaluannya terasa begitu basah.

Sementara itu Fita terus saja menjilati kemaluanku.

Tidak hanya itu, Fita mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulu kudukku merinding menahan nikmat.

Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja aku membalik posisi tubuhku, menindih Ami yang sekarang jadi telentang.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Dan langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku.

Ami mendesis pendek, lalu menghela nafasnya.

Seluruh batang kemaluanku terbenam ke dalam rahim Ami.

Aku mulai mengocok maju mundur.

Ami melingkarkan tangannya memeluk tubuhku.

Fita yang menganggur melakukan matsurbasi sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalam kenikmatan bersetubuh.Ami mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.

Kucabut batang kemaluanku dari vagina Ami, dan langsung kuraih tubuh Fita.

Untuk mengistirahatkan si “ujang”, aku menggunakan jari-jariku untuk mengobok-obok vagina Fita.

Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Fita mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur payudaranya, kanandan kiri.

Fita meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu.

Setelah kurasakan cukup merangsang Fita, aku bersedia untuk main course. Cerita Seks Nafsuku

Fita nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung mengambil doggy style.

Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu keriting Nampak sudah basah kuyup.

Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya dengan pelan tapi pasti.

Fita merintih-rintih keras saat proses penetrasi berlangsung.

Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Fita.

Hangat sekali, lebih hangat dari milik Ami.

Setelah itu kumulai menyodok Fita maju mundur.

Fita memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama, teriakan-teriakannya terdengar kencang.

Tapi aku suka juga mendengarnya.

Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan kami.

Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya.

Nafsuku semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Fita semakin keras mengeluarkan suara. “Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Fita dengan lantang.

Fita terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya.

Beberapa saat kemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.

“Fit.. gue mau keluar nih..”

Fita langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung mengulum kemaluanku sehingga akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalam mulut Fita, yang ditelan oleh Fita sampai habis.

Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya.

Ami berbaring di sisiku.

Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku.

Fita masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.

“Gimana Van? Puas?” Ami bertanya.

“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”

“Gue mandi dulu ya?” Fita memotong pembicaraan kami.

Lalu ia menuju kamar mandi.

“Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi.

Nggak tau baliknya kapan.” Ami menjelaskan.

“Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih.

Lain kali juga gue nggak keberatan.”

“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, Cuma pengen balas dendam ama Joe.

Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya ama loe!”

Aku diam saja. Ami bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.

“Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Zira bingung lho!”

Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih dahulu. Setelah pamit dengan Fita, Ami mengantarku kembali ke Citraland. Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah, tentu saja Zira menanyakan darimana saja aku sampai malam belum pulang. Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.

“Yaa.. padahal Zira udah siapin makan malem.” Zira kelihatan kecewa. Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.

“Ya udah, Ivan makan lagi aja deh.. tapi Ivan mau mandi dulu.” Kataku sambil mencium dahinya.

Zira kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.

Kisah Taro – Riza Teriak Keenakan

TAROSLOT Riza Teriak Keenakan, Kisah Seks Keenakan Sejak Pertemuanku Dengan Riza di Kereta Api | Aku kebetulan ada tugas di Jakarta, berangkat tanggal 1 Februari 2001. Aku pergi ke sana naik kereta eksekutif. Ah enaknya udara AC di kereta, begitu duduk aku langsung ngantuk. Tapi tidak disangka di sampingku ternyata duduk seorang cewek yang bukan main cantiknya.

“Selamat siang Mbak?” kataku basa-basi.
“Siang Mas,” jawab si cewek.Setelah meletakkan tas di rak atas kepala, aku pun duduk di samping si cantik itu. Biar lebih detail aku perinci penampilan si cewek ini. Wajah mirip Tia Ivanka dan bodinya mirip Nafa Urbach, kulit putih hidung mancung, alis mata tebal (bukan buatan lho), bibir sensual, dagu indah, leher jenjang. Terus ukuran dadanya, aku belum kelihatan karena dia memakai blazer warna hitam.

Sambil menghabiskan waktu di perjalanan, aku baca majalah favoritku, majalah bola Liga Italia. Emang sih aku ini termasuk maniak bola.

Eh rupanya majalahku ini pembawa keberuntungan, karena si cewek cantik itu ternyata tertarik dengan bacaanku ini.

“Mas, seneng bola ya?” tanya si cantik.

“Iya Mbak, kok tanyanya gitu, apa Mbak juga seneng olahraga bola,” tanyaku juga.

Dan ternyata memang dia senang bola jadi kami ngobrol banyak tentang bola.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Mas kerja apa di Jakarta?” tanya si cantik.

“Saya kerja di kantor pengacara,” kataku.

Pembicaraan kami semakin jauh dan dia menawarkan untuk janjian pergi hari Sabtu malam Minggu di Jakarta. Nah ini dia deh, aku langsung saja tangkap peluang untuk tahu lebih jauh tentang si cantik ini.

Malam itu ternyata kereta yang kunaiki baru sekitar jam 7:00 malam kurang tiba di Jakarta.

“Mas pulangnya naik apa, kalo nggak dijemput ikut saya aja,” kata si cantik itu.

“Saya belum tau deh naik apa, ya naik taksi aja kan banyak,” kataku.

“Udah ikut aja saya, nanti biar diantar supir saya,” desak si cantik lagi.

Akhirnya aku dari Gambir naik mobil si cantik. Setelah sampai di ujung gang aku minta turun di situ.

“Oke ya sampai ketemu, besok saya akan telepon kamu,” kataku pada si cantik.

“Malam Mas, sampai besok ya,” balasnya.

Paginya aku harus bangun pagi-pagi karena mau pergi ke kantor atasanku. Nah setelah selesai meeting di kantor, aku langsung telepon cewek cantik kemarin.

“Hallo, bisa bicara dengan Riza,” kataku.

“Dari siapa ini,” tanya sebuah suara wanita.

“Ini dari Sony, teman Riza dari Malang,” kata aku supaya si Riza tidak lupa.

“Hi Mas, apa kabar, dan gimana acara kami malam ini,” jawab Riza.

“Saya sih udah siap jemput kamu sekarang,” kataku.

“Ya langsung aja Mas kalau gitu.”

Aku langsung meluncur ke rumah Riza. Gila benar, ternyata rumah si Riza ini besar dan mobilnya selusin.

“Wah kamu malam ini beda sekali ya, kelihatan lebih sederhana tapi tetep wah..” kataku sambil jelalatan melihat badannya yang ternyata wah wah wah.

“Ah Mas Sony bisa saja, saya kan emang begini ini,” kata Riza merendah.

“Gini-gini juga bikin pusing saya nih,” kataku menggoda.

Eh ternyata si cantik itu mencubit lenganku.

“Mas Sony juga paling bisa deh, kemarin katanya karyawan biasa, kok mobilnya Mercy yang baru.”

“Oh itu, itu mobil dinas kok?” kataku.

“Ah Mas ini bisa aja, masak mobil dinas Mercy baru sih..” katanya sambil mencubitku.

Malam itu kami ke restoran mewah. Selesai makan kami ke pub.

“Mas, kalo Riza minum banyak, nggak pa-pa kan?” tanya si cantik.

“Untuk kesehatan sih jangan, tapi kalau sekali-sekali terserah kamu, masak saya melarang, nanti kamu bilang emangnya elu siapa.”

“Nggak maksudnya Mas Sony nggak pa-pa ngeliat Riza minum banyak.”

“Oh itu sih oke, saya ini nggak banyak ngatur dan ‘possesive’ ke cewek, yang penting jangan reseh ya!” kataku ke Riza sambil kupegang dan belai kepalanya.

“Kalo gitu kita minum aja Tequila,” teriak Riza.

“Aduh ampun deh, kalo minum itu, nanti kalau saya juga teler siapa yang anter,” tanyaku.

“Ya kita nggak usah pulang, kita nginep aja di hotel sebelah.”

“Hah, kamu serius nih..”

“Iya bener, kenapa sih, kok kamu belum ngerti juga kalo saya dari kemarin di kereta udah memperhatikan kamu,” kata Riza sambil menggalayut ke badanku.

Uh mati deh aku, disosor sama cewek cantik yang umurnya cukup jauh di bawahku.

“Ya kalo kamu bilang gitu saya ikut aja, tapi kamu nggak nyesel dan emang sadar kan ambil keputusan ini,” kataku sekali lagi untuk meyakinkan diriku sendiri.

“Yes darling, I’ve decided and never regret,” kata Riza sambil memelukku dengan sebelah tangannya.

Dan malam itu aku minum mungkin sekitar 12 gelas kecil Tequila, dan Riza menenggak tidak kurang dari 6 gelas. Kami berdua sudah mulai tinggi karena kebanyakan minum.

“Vi, pulang aja ya, mumpung saya masih bisa nyetir.”

“Iya deh pulang aja, biar bisa lamaan berduaan sama Mas Sony,” jawab Riza manja.

Di mobil Riza sudah tidak bisa menahan diri lagi.

“Mas, Riza nggak tahan nih.”

“Kamu mau muntah ya,” tanyaku.

“Bukan.. bukan itu, tapi itu tuh, nggak tahan itu,” tangannya dengan jahil menunjuk-nujuk ke pangkal pahaku.

“Riza buka ya,” katanya dan tanpa menunggu aba-aba, tangannya segera menggerayangi reitsleting celanaku dan mengeluarkan batang kemaluanku yang masih setengah tidur.

Dengan perlahan tapi pasti, dilahapnya seluruh batanganku ke dalam mulutnya yang seksi. Dimainkannya ujung batangku dengan lidahnya. Aku merasakan batangku mengeras dan semakin mengeras.

“Vi, aduh gimana nih sekarang, kamu tanggung jawab lho,” kataku menggodanya.

“Ya udah deh cari aja hotel,” kata Riza sambil terus mengocok batangku, dan dengan tangan satunya dia meremas-remas payudaranya sendiri.

Hotel pun pilihannya jatuh di Hotel ****(edited) Menteng Prapatan. Kami berdua naik ke kamar sudah agak sempoyongan tapi ditegak-tegakkan supaya kelihatannya sehat.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Setibanya di kamar Riza menyempatkan menelepon ke adiknya.

“Vin, ini aku nginep di Hyatt ****(edited) kamar 900, bilangin bokap ya!”

Aku begitu datang dari kamar mandi mengenakan handuk saja, langsung ditubruk dan handuknya ditarik si cantik yang ganas itu. Sambil mencium dada, perut dan sekujur tubuhku, Riza dengan tergesa-gesa melepas bajunya dan melemparkannya ke penjuru kamar.

Begitu terlepas BH yang menutupi dadanya yang padat itu, terlihat payudaranya yang putih padat dengan putingnya yang terlihat kecil mencuat karena terangsang.

Disambarnya batanganku yang sudah tegang karena melihat keganasan dan tubuh Riza yang indah itu. Sambil menaik-turunkan mulutnya mengikutipanjangnya batangku, tangan kanan Riza mengusap dan mempermainkan klitoris dan sekitar bulu kemaluannya sendiri, serta sesekali terdengar erangan dari mulutnya yang terus menghisap batangku.

Capek dengan kegiatannya, si cantik itu menjatuhkan badannya ke tempat tidur sambil mengangkat kedua kakinya ke atas. Tangan kirinya membelai rambut kemaluannya sendiri, dan tangan kanannya mempermainkan lipatan-lipatan kulit klitoris di kemaluannya. Aku melihat Riza seperti itu, langsung ikut membelai bulu kemaluannya yang halus.

Kujilat putingnya yang menonjol kecil tapi keras, kujelajahi perutnya yang kencang, kumainkan ujung lidahku di sekitar pusarnya. Dan terdengar erangan Riza,

“Egghh, uhh..” Langsung kuhujamkan ujung lidahku ke lubang kemaluannya yang sudah basah, dengan kedua jempolku, kudorong ke atas lipatan klitorisnya, kupermainkan ujung lidahku di sekitar klitoris itu,

“Uuhh, egghh, ahh..” teriak Riza.

Karena tidak tahan lagi, langsung saja kumasukan batang kemaluanku yang dari tadi sudah sangat keras.

Dan ternyata basahnya kemaluan Riza tidak mengakibatkan rasa licin sama sekali, karena lubangnya masih terasa sempit dan sulit ditembusnya.

Begitu terasa seluruh batang kemaluanku masuk di dalam jepitan lubang kemaluan Riza, perlahan-lahan kupompa keluar dan masuk lubangnikmat itu. Belum terlalu lama aku memompa kemaluan Riza, tiba-tiba,

“Aaahh, uugghh..” teriak Riza, rupanya dia sudah orgasme. Aku mempercepat gerakan dan teriakan Riza semakin menjadi-jadi, lalu kuhentikan tiba-tiba sambil menekan dan memasukkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya kelubang kemaluannya.

“Oh.. Oh.. Oh.. that was so nice darling, let’s make another,” katanya.

Kubalikkan badannya telungkup ke tempat tidur, dan dari belakang kupompa lagi keluar masuk lubang kemaluannya yang ketat itu, kurebahkan badanku menempel ke punggung Riza dan kugerakkan pinggulku secepatnya.

“Uh.. uh.. uh.. uh.. aduh Mas enak sekali.. aahh..” teriak Riza lagi karena orgasme yang kedua.

Tapi kali ini aku tidak stop, karena aku juga sudah merasakan denyutan yang memuncak di sepanjang batangku. Dan dengan kecepatan penuh kupompa keluar masuk lubang kemaluan ketat itu.

Diiringi erangan yang semakin menjadi-jadi dari Riza, akhirnya aku juga mencapai klimaksnya.

Paginya karena hari Minggu, aku tidak terlalu resah untuk bangun pagi. Apalagi aku sekarang sedang menginap di ****(edited) bersama Riza. Waktu aku bangun kulihat jam di meja samping tempat tidur, eh baru jam 8:00 pagi.

Kepala masih nyut-nyutan, dan kamar masih gelap sekali, tapi aku tetap bangun dan ke kamar mandi.

Setelah sikat gigi dan “nyetor saham”, aku langsung ke tempat tidur lagi dan masuk ke balik selimut.

“Emm, Mas kok pagi-pagi sudah bangun sih. Uuhh.. tangan kamu tuh dingin, jangan nempel-nempel dong!” kata Riza protes.

Tapi tanpa menghiraukan protes Riza, aku tetap menempelkan badanku ke badan Riza yang juga telanjang bulat.

Dari belakang kupeluk badannya yang padat berisi, dengan tangan kananku, kuraba buah dadanya yang menonjol.

Aku memainkan jari-jariku di sekitar putingnya yang terasa menonjol kecil. Kurasakan badan Riza menggeliat sedikit tapi kemudian diam kembali.

Kulanjutkan lagi rabaanku ke daerah perut menuju rambut-rambut halus di sekitar kemaluannya.

Perlahan-lahan kuusap-usap rambut-rambuit itu, dan di balik rambutnya kuraba dan mainkan klitoris Riza.

“Emm, ehh, Mas, uhh, Mas, ya itu di situ enak, terus ya,” kata Riza tiba-tiba.

Tanpa terasa, batangku mulai mengeras lagi. Tidak pikir lama-lama langsung kutempelkan pinggulku ke pantat Riza.

Terasa batang kemaluanku tepat di belahan pantat Riza. Tanganku tetap kumainkan di daerah kemaluannya, dan aku bisa merasakan kemaluannya mulai basah. Segera kuarahkan ujung batangku ke lubang kemaluan Riza.

“Aghh..” erang Riza saat ujung batangku agak dengan paksa menusuk ke liang kemaluannya.

Kugenjot batang kemaluanku sampai akhirnya..

“Akhh..” erang Riza rupanya dia sudah sampai.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Riza melepas batang kemaluanku dari lubang kemaluannya, dan memintaku untuk tidur terlentang.

Lalu dengan perlahan lagi, dia naik ke atas badanku dan mulai memasukkan batang kemaluanku yang tadinya sudah hampir mencapai puncaknya.

Riza menghadap ke arahku, sehingga terlihat wajahnyayang cantik serta buah dadanya yang menonjol besar.

Pinggul Riza meliuk-liuk menimbulkan rasa enak dan ngilu di sepanjang dan ujung batang kemaluanku yang terjepit erat di antara kemaluan Riza. Kuraih buah dada Riza dan kuremas-remas.

“Ohh, yes, yes, yah terus Mas, oouhh enaknya, ya..” teriak Riza sambil menggeleng-gelengkan kepalanya secara membabi buta.

Kisah Taro – Tante Rossa & Diriku Terbawa Birahi

TAROSLOT Tante Rossa & Diriku Terbawa Birahi, Namaku Fadil usiaku baru menginjak 17 tahun dan aku sebentar lagi akan duduk dibangku kuliah, aku akan menceritakan pengalamanku ketika kehilangan keperjakaanku waktu masih duduk dibangku SMA kelas 2.

Wajahku biasa-biasa aja ngak ada yang istimewa, namun aku memiliki kelebihan mungkin agak luar biasa dibandingkan dengan orang kebanyakan yaitu mempunyai kontol yang lumayan besar lebih kurang 18 cm dengan diameter 4,5 cm. Padahal waktu tidur adek kecil ku itu Cuma 6 cm.

Kisah ini berawal dari adanya hajatan dirumah nenekku yang dari ibu, kebetulan adik ibuku menikah. Semua keluarga dari ibu bermalam dirumah nenek mulai dua hari sebelum pesta dilangsungkan.
Rumah nenekku tidak terlalu besar sedangkan keluarga dari ibuku semua berjumlah 14 orang beserta anak-anaknya yang ikut kerumah nenekku, semua datang sekeluarga hanya tanteku yang bernama Tante Rossa datang sendiri karena suaminya sedang tugas keluar kota dan belum mempunyai anak. Tante Rossa usianya sekitar 36 tahun wajahnya cantik dan tubuhnya sedikit gemuk namun padat terawat maklum orang kaya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Karena dirumah udah penuh, maka tante Rossa mau menginap di losmen dekat rumah nenekku, aku mengantarnya naik motor, kemudian tanteku memilih kamar VIP yang full AC, malam itu aku pulang dan bermalam dirumah nenekku.
Pagi harinya aku disuruh mengantarkan makanan ke tante Rossa, aku pergi mengantar seorang diri dan kebetulan tante lia baru bangun dari tidurnya.
“Masuk Fadil..”katanya sambil membukakan pintu kamar nya
“Baik tante”, jawabku sambil masuk dan meletakkan makanan diatas meja dalam kamarnya.
“Tante terlambat bangun nih… habis semaleman tante ngak bisa tidur… kayaknya losmen ini serem deh Fadil, jadi tante agak takut jadinya..”, dia bercerita
“Eh… tunggu dulu ya… tante mau mandi dulu trus mau bonceng sama rano ke Rumah Ibu, tante males mau naik becak”, sambungnya.
“baik tante..”, jawabku.

Tante Rossa masuk kek amar mandi sedangkan aku duduk di kursi yang tersedia di dalam kamar losmennya.
Suara air mengguyur badannya kudengar, dan tiba-tiba otak kotorku berjalan ketika kulihat lobang kunci kamar mandinya.

Aku berjalan pelan-pelan menuju kamarmandinya terus aku mengintip kedalam, kulihat tanteku lagi menyabuni seluruh tubuhnya dan aku terpana melihat tubuhya yang mulus dengan buah dada yang besar dan kulihat lagi bulu vaginanya yang rapi, mungkin tante Rossa rajin merawat dan mencukur bulu vaginanya, aku menelan ludah dan otomatis kontolku langsung menegang.

Agak lama aku mengintip tante Rossa mandi sambil nafasku ngos-ngosan ngak tahu kenapa sampai akhirnya tante Rossa selesai aku cepat-cepat duduk kembali dikursi sambil pura pura SMS. Seolah-olah ngak terjadi apa-apa.

“Hayo SMS sama pacarnya ya ?” Tiba-tiba terdengar suara tante Rossa didepan ku
“eh enggak tante…masih belum punya pacar “jawabku gugup, maklum orang berbuat salah pasti pikirannya kalut
“Fadil… kamu keluar dulu ya… tante mau ganti baju trus kita berangkat, biar tante mau makan dirumah ibu aja”, kata tanteku.
Aku keluar dari kamarnya dan menunggu diruang loby sampai akhirnya tanteku datang dan kami berdua berangkat kerumah nenek. Agen Judi Online

Malam harinya sekitar jam 9 malam tante lia minta diantarkan ke losmen lagi, dan tante Rossa cerita sama ibuku bahwa tante Rossa agak ketakutan tidur sendiri di losmen. Dia meminta aku untuk menemaninya, dan ibuku mengizinkannya, jadilah aku malam itu menginap di losmen menemani tante Rossa. Berhubung tempat tidurnya single bed maka aku tidur dibawah.

Tante lia tiduran sambil menerima telpon dari mas Agus suaminya, dari omongannya tante Rossa cerita lagi ditemani aku karena takut keadaan losmen yang seram ini menurutnya. Sekitar jam 11 malam aku bangun pingin pipis habis hawa AC membuat ku mau pipis, aku pergi kekamar mandi dan malai pipis… serr… lega rasanya. Setelah aku membasuk kontolku mataku tertuju pada celana dalam berwarna crem yang ada digantungan di kamar mandi.

Iseng aku memegangnya dan kuperiksa celana dalam itu, lalu karena penasaran kucium celana dalam itu pas dibagian yang menutupi lobang vaginanya, kuhirup aromanya dan serr… darahku mengalir deras dan detak jantungku deg-deggan langsung aja aku horny saat itu, kuulang ulang mencium CD itu dan aku tambah horny saja. Kontolku tegak setegak-tegaknya.

Dalam pikiranku berkata, wah berarti tante Rossa saat ini tidur ngak pake CD dan ketika keluar dari kamar mandi mataku otomatis tertuju pada bawah pusar tante Rossa yang saat itu terlentang dengan dengkuran yang halus, namun tidak dapat kulihat dengan jelas karena lampu kamar yang redup. Malam itu aku ngak bisa tidur, terbayang tubuh tante Rossa yang lagi mandi juga terbayang Cdnya juga terbayang yang lain-lainnya dengan kontolku yang tegak ngak tidur-tidur… sialan… umpatku dalam hati.

Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun mataku ngak bisa terpejam, tiba-tiba aku dengar suara:

“Fadil…o… Fadil.”
Aku pura-pura ngak mendengar.
“Ran…Fadil”, kali ini suaranya agak keras dan kayak orang gemetaran.
“Iya tante Rossa ada apa?”, tanyaku sambil pura-pura lemas.
“Tolong Fadil tante pinjam selimutnya, ngak tahu nih tante kedinginan..”, balasnya.
Aku bangun dan berjalan menghampirinya sambil menyerahkan selimut yang aku jadikan alas”, kamu tidur diatas aja rano disamping tante…”
“Iya tante…”, jawabku, tetapi dadaku tambah deg-degan, maklum otakku mulai ditumbuhi hal-hal porno.
“Sini selimutnya berduain biar kamu ngak kedinginan”, katanya, seperti kerbau dicucuk hidungnya aku nurut aja memepetkan badanku kedekat tante, maklum selimutnya kecil jadi untuk berdua harus mepet.

Tante Rossa miring membelakangiku sedang aku masih terlentang, kudengar nafasnya teratur dengan halus menandakan dia terlelap lagi, aku menghadap tanteku dan tak sengaja kontolku menyentuh pantatnya, ada desiran aneh didarahku dan rasa hangat dikemaluanku, aku sengaja menyentuhkan kemaluanku di pantatnya dan rasa hangat itu kembali menjalar, semakin kudekatkan dan semakin menempel aku makin merasakan kehangatan itu, aku berhati-hati sekali takut tante Rossa terbangun aku menyingkapkan daster bagian belakang tante Rossa keatas,

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

oww… terlihat jelas buah pinggulnya yang kembar sangat mulus, maklum belum punya anak, dan diantara dua belah pantatnya aku liat ada sebuah gundukan berbulu dengan garis memanjang ditengahnya. Pikiranku makin tak karuan dan kulihat penisku, nampak diujungnya mengeluarkan cairan bening yang lincin langsung kuoleskan keseluruh ujung kepala penisku.

Kisah Seks Tante Rossa – Perlahan aku sentuhkan penisku ke gundukan berbulu milik tante Rossa, “ohh…”, aku merintih perlahan merasakan sensasi sentuhan penisku pada vagina tante Rossa, kugerakkan sedikit pantatku untuk menekan vagina tante Rossa, namun aku tidak tahan menahan sesuatu yang hendak meledak keluar dari dalam penisku dan croot… croot… croooot… aku keluar… kupejamkan mataku untuk menikmatinya,

Kulihat spermaku banyak tumpah dibulu vagina dan paha bagiaan dalam tante lia, karena takut tante Rossa terbangun maka aku segera tidur, dengan senyum penuh kepuasan.

“Fadil…bangun udah jam 8 pagi”, sayup kudengar ada orang membangunkanku, aku segera membuka mata dan melihat tante Rossa sudah selesai mandi. Tante Rossa memakai handuk yang dililitkan didadanya sambil tersenyum tante lia menghampiriku dan duduk disebelahku:

“Fadil tadi malam kamu mimpi ya..?”
“Eng…”, belum sempat aku menjawab tante lia meneruskan bicaranya.
“Berarti sekarang kamu sudah aqil balig, kamu harus mandi wajib, tadi pagi di paha dan pantat tante banyak kena tumpahin sperma kamu”, kata tante Rossa.
“Maaf tante… Fadil ngak sengaja”, jawabku spontan karena terkejut, “mati aku… Duh malunya…”, bathinku dalam hati.

“Nah lihat ku… burung kamu bangun mulai tadi…”, kata tante lia sambil matanya melihat kebawah peruntuku.
Astagaaaaaa… Rupanya semalam aku lupa memasukkan burungku kedalam sangkarnya dan mulai pagi tadi dilihat sama tante Rossa.
“Maaf tante…”, kataku dengan malu-malu sambil menarik celanaku dan memasukkan batangku kedalam Cdku, tiba- tiba.
“Jangan dimasukkan dulu rano…! rano kan sudah dewasa sekarang… namun rano belum diketahui rano itu sempurna apa tidak…”, kata tante Rossa.


“Sempurna gimana tante..??”, tanyaku sambil menggeruntukan dahiku, untuk yang ini aku memang ngak tahu, bukan pura pura ngak tahu.
“Kadang ada orang yang sukanya sesama jenisnya sendiri, trus ada yang impoten akhirnya ditinggal pergi sama istrinya, jadi tante pingin tahu Fadil sempurna apa tidak, kamu keluarin lagi deh burungnya!”, perintah tante Rossa, Akupun spontan mengeluarkan lagi penisku dari dalam celanaku yang kebetulan masih kaku.

Kulihat Tante Rossa menelan ludah sedikit melirik kepenisku, dan tante lia berkata “Fadil diam aja ya nanti, Fadil pejamkan mata aja kalau takut sakit, ini Cuma tes aja koq…”
“Baik tante.” Kisah Seks Tante

Aku memejamkan mata, dan aku rasakan tante lia naik keatas tubuhku tanpa melepas handik yang dipakainya, dan kurasakan penisku tertempel oleh benda berbulu dan basah sehingga aku merasa sedikit geli dan terkejut .

“Emm..”, aku berguman sambil terpejam.
“Kenapa rano…sakit..??”, agak berbisik suara tante lia dengan nafas sedikit bernafsu.
“Enggak tante…ngak apa-apa.”

Ada sedikit gerakan yang dilakukan tante Rossa sehingga vaginanya menekan penisku kearah atas trus kebawah dan itu berlangsung beberapa saat, aku merasakan geli yang luar biasa dan aku menggigit bibir bawahku supaya tidak bersuara, aku membuka sedikit mataku ingin melihat wajah tante Rossa, ternyata tante Rossa memejamkan matanya juga sambil menggigit bibirnya juga, gesekan antara vagina tante Rossa dan penisku makin licin sehingga berbunyi “tet… pret… pret… pret…” setiap tante Rossa memaju mundurkan vaginanya diatas penisku.

Kemudian tante Rossa berhenti bergerak, dan dengan nafas agak tak teratur bilang:
“Fadil… sekarang tes terakhir ya…”
“iya tante… Fadil siap”.

Aku merasakan jari tante Rossa memegang penisku bagian tengahnya, sesaat kemudian aku merasakan kepala penisku menyeruak suatu lubang yang agak lebar sehingga gampang masuknya, aku merasakannya sambil memejamkan mata dan menikmatinya.

Ketika baru sepertiga masuk aku merasakan ujung penisku membentur semacam dinding yang berlobang kecil sekali, dan lobang itu kayaknya seperti cincin, kepala penisku terarah kesana dan kurasakan pemilih lobang itu yaitu tante Rossa berusaha untuk memasukkan kepala penisku kelobangnya namun agak kesulitan.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Kurasakan tekanan tante Rossa makin kuat terhadap penisku dan sepertinya kulit kepala penisku terkupas oleh cincin itu rasanya nyilu nyilu enak sehingga aku keluar suara.
“aakh…”
Tante Rossa menghentikan gerakannya .
“Gimana rano… Sakit..??”
“Enggak tante ngak apa apa…”
Tiba-tiba kurasakan lobang cincin itu berkedut-kedut dan meremas perbatasan antara kepala penisku dan batangnya, tadi mungkin kepalanya sudah melewati cincin itu, dan sepertinya kepala penisku diempot oleh benda didalam vagina tante lia.
“Akh… akh…”, tiba-tiba tante lia bersuara.

Kembali kurasakan jepitan cincin itu makin kuat dan penisku sepertinya tersiram air hangat didalam vagina tante Rossa, akupun kehilangan kendali merasakan jepitan itu dan tidak dapat menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam penisku dan aku terpekik akh… Crooot…croot..crot… Sekitar 4 kali cairan itu menyemprot kedalam vagina tante Rossa.

Penisku masih tertanam didalam vagina tante Rossa beberapa saat kuliahat tante lia masih memejamkan matanya…
“Udah tante tesnya…??”, tanyaku.
“Emm udah… Fadil, ternyata kamu laki-laki yang normal”, jawabnya sambil mengangkat pantatnya melepaskan penisku divaginanya, trus tante lia berjalan ke kamar mandi.

Aku melihat kearah penisku, disana ternyata banyak berlepotan cairan berwarna putih, ada yang kental ada yang bening sebagian lagi ada di bulu-buluku yang masih halus, aku berpikir dalam hati.
Seandainya tes ini dilakukan setiap hari, mungkin aku tidak adak menolaknya…

Kisah Taro – Pijatan Erotis Ria Yang Membuat Terangsang

TAROSLOT Pijatan Erotis Ria Yang Membuat Terangsang, Tidak ada yang harus kukerjakan hari itu dan kuputuskan pergi belanja soft drink dan snacks ke super market yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Mobilku terpaksa kuparkir melintang dibelakang mobil lain, karena penuhnya tempat parkir.

Inilah yang sering tidak diperhitungkan oleh para developer, bangunan dibuat sebesar-besarnya tapi fasilitas parkir tidak dipikirkan. Sebenarnya mereka mengharapkan customer banyak datang enggak sih?

Selesai belanja aku mengantri agak lama untuk membayar belanjaanku. Kemudian aku kembali ke tempat parkir mengambil mobilku. Tanpa harus terburu-bur perlahan kujalankan mobil keluar berbelok ke kiri meninggalkan tempat parkir super market yang penuh sesak itu.

Tidak berapa jauh dari super market tadi aku melihat papan nama Panti Pijat SR! Aku sedang santai jadi apa salahnya mampir menyegarkan tubuh sedikit, pikirku sambil membelokkan mobilku ke halaman parkir yang cukup lega karena hanya satu dua mobil yang terparkir di sana ditambah beberapa sepeda motor.

Seorang wanita paruh baya menyambutku dengan tersenyum manis, Mau pijat mas, silahkan masuk Aku masuk dan disodori album dengan beberapa foto beberapa pemijat yang ada. Perhatianku tertarik dengan sepotong wajah manis.

Walaupun biasanya foto dan aslinya biasanya berbeda, tapi aku menetapkan pilihanku dan mengembalikan album tersebut kepada ibu yang bertindak sebagai resepsionis tersebut. Ini saja bu! kataku. Oh, itu Ria. Nanti saya panggilkan, silahkan ke kamar nomor 5 mas! Aku masuk ke kamar nomor 5 yang terletak paling ujung, ternya ada 10 kamar di dalam.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Tak berapa lama masuk seorang wanita muda, kali ini aku tak kecewa, karena wajahnya jauh lebih cantik dari fotonya. Kulitnya putih, rambutnya panjang sampai ke pinggang, bibirnya tipis, tonjolan buah dadanya sangat mantap disertai bokong yang bulat dengan pinggang ramping.

Dia mengenakan seragam celana panjang warna hitam dengan baju tangan pendek warna biru tua. Dengan halus dia menanyakan aku mau minum apa. Soft drink saja Mbak jawabku. Dia meninggalkanku sebentar dan kembali dengan sebotol Fanta Hijau dingin ditangan kanannya, sementara tangan kirinya membawa handuk dan body lotion.

Ini minumnya mas, katanya menyodorkan soft drink tersebut padaku. Kuterima minuman dingin itu, meneguknya sedikit, lalu bertanya, Namanya siapa Mbak? walaupun aku sudah diberitahu oleh ibu yang didepan nama Mbak ini.

Ria, mas. Sering pijat ke sini ya? tanyanya kemudian. Baru kali ini mbak jawabku jujur. Ooo.. kalau ke tempat lain sering ya? candanya. Ah, enggak juga. Cari waktu luangnya agak susah. Hari ini kebenaran agak senggang jadi bisa mampir kesini

Setelah membuka semua pakaianku, aku hanya mengenakan handuk yang ada untuk menutupi tubuhku. Dengan tubuhku tengkurap, Ria mulai menggarapku. Dimulai dari telapak kaki naik ke betis lalu ke paha. Tampaknya ini metode dasar para peminjam.

Cuma saat memijat bagian paha atasku, tangan Ria yang berlumur body lotion memijat paha bagian dalam, menyentuh kedua bijiku. Kemudian tangannya memijat bagian belahan pantatku, anusku juga di tekannya berkali-kali. Wah, adik kecilku kontan bergerak.

Dari situ tangannya mulai memijat pinggangku sampai ke pundak, kedua lengan bagian atas dipijatnya dengan kuat. Tengkuk dan kepalaku juga di pijatnya. Sewaktu memijat bagian pundak, tanganku yang nakal beraksi di bongkah pantatnya. Ria Cuma tersenyum sambil berkata, Mau gantian mijetin saya ya mas?

Kermudian aku disuruh berbalik terlentang, dadaku diramas-ramasnya terutama bagian putingnya sehingga aku kegelian tapi enak! Turun ke perut tangannya yang trampil menekan lembut sampai aku bersendawa beberapa kali.

Masuk angin nih mas kata Ria. Masuk angin tapi kayaknya malah ada yang mau keluar dari tubuhku. Selagi Ria memijat tubuhku, aku mulai bergerilya meraba vaginanya yang masih tertutup celana panjang. Kuraba buah dadanya dari luar baju seragamnya.

Hampir satu jam aku digarap oleh Ria, seluruh tubuhku sudah dijelajahi jari-jarinya yang lentik tapi bertenaga. Mana lagi mas yang perlu di pijat? tanyanya padaku. Nih kepalaku kok masih pusing Yu jawabku. Lho kan kepalanya sudah dipijat juga! katanya heran. Itu kepala yang di atas, kepala yang di bawah kan belum kataku sambil tersennyum. Hmm.. gitu ya? katanya sambil balas tersenyum.

Di bukanya handuk yang menutup tubuh, jreng.. penisku yang sudah full cenggur terekspose. Dia menggosok kepala penisku dengan jari-jarinya yang masih berbalur body lotion. Turun ke batangku, Ria mulai mengocok lembut sehingga batang yang sudah cenggur itu makin keras berdiri. Kocok ya mas? Tanya Ria. Masukin aja Yu, kurang enak kalau dikocok. Lagipula kalau sekedar dikocok, saya bisa sendiri dia terkikik mendengar candaku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Ria melepaskan pakaian seragamnya, tinggal BH dan CD yang terlalu kecil untuk menutupi buah dadanya yang besar dan gundukan vaginanya yang tebal seperti duren Bangkok itu. Wah, aku udah bugil begini, kok kamu masih pakai CD dan BH begitu? protesku. Sabar dong mas! katanya sambil melepaskan pengait BH-nya yang ada didepan, lalu melepas juga CD-nya. Terbentanglah pemandang indah lembah nan indah dan gunung yang membusung tinggi.

Ria menjilati putingku, sementara aku meremas kedua buah dadanya bergantian. Tangan kirinya menggenggam batang penisku dan memijat-mijatnya. Aku semakin bernafsu, kutarik pinggangnya merpat ke tubuhku, lalu penisku yang tegak keras kuarahkan ke vaginanya. Dia duduk mengangkangiku, memasukkan batang panisku yang sudah licin bekas dikocoknya dengan body lotion tadi. Begitupun dia mendesah ketika penisku masuk semakin dalam ke vaginanya, Uh ah ya mas enaknya

Aku menaik-turunkan pinggulku, dan dia menggoyang pinggulnya turun-naik juga. Waktu pinggulnya bergerak kebawah, aku menekankan pinggulnya sehingga penisku menancap dalam ke vaginanya. Saat pinggulnya naik, aku menurunkan pinggulku sehingga penisku menjauh dari vaginanya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Dengan begitu penisku dapat masuk dalam saat aku menusukkannya ke dalam vaginanya. Ini membuat Ria kesetanan, dia bergerak naik-turun makin cepat. Semakin cepat samapai akhirnya dia berteriak kecil, Agh.. mass aku nyampe! sambil tangannya meraih pundakku dan tubuhnya melengkung ke atas menjauhi tubuhku, tapi vaginanya erat menjepit penisku.

Kugoyang pinggulku ke kiri dan ke kanan, penisku yang masih tertancap dalam di vaginanya seperti mengobok-obok bagian dalam tubuhnya. Lalu kubalik tubuhnya membelakangiku. Kugenjot vaginanya kuat-kuat dari belakang, Ria mendesah keenakan. Kedua buah dadanya yang tergantung bergoyang ke depan dan ke belakang.

Kadang Ria menoleh ke belakang, kadang ke samping, kadang menunduk menahan kuatnya doronganku memasuk-keluarkan penisku ke vaginanya. Aku agak kuatir suara teriakan-teriakan kecil dan desahnya terdengar ke luar kamar. Tapi suara musik dari CD player melaui speaker yang besar cukup kuat meredam suara yang keluar dari mulut Ria.

Seperempat jam kemudian dia kembali mendongakkan kepalanya, Ahh.. egkh.. aku keluar lagi mas! kepalanya kemudian menoleh ke belakang, aku mengecup bibirnya yang ranum. Kedua buah dadanya kuremas-remas, sambil terus menancap-nancapkan penisku. Beberapa menit kemudian terasa lahar panasku mendesak keluar dan.. jrot.. jroot.. jrooot.. jroot.. jrot, air manisku menyemprot ke dalam vaginanya dengan deras.

Kental sekali air maniku yang keluar, hampir seperti jelly, bercampur dengan cairan vagina Ria. Kami rebah ke atas kasur, berpegangan tangan dengan erat.