Arsip Tag: Cerita Sex Tante

Kisah Taro – Nikmatnya Bercinta Di Ruang Komputer

TAROSLOT Nikmatnya Bercinta Di Ruang Komputer, Hampir tidak percaya bahwa hari telah larut malam. Aku masih berada di ruang komputer kampus sendirian. Pegal rasanya seharian menulis tugas yang harus diserahkan besok pagi. Untunglah akhirnya selesai juga. Sambil melepas lelah iseng-iseng aku buka internet dan masuk ke situs-situs porno. Aku membuka gambar-gambar orang bersenggama lewat anus. Mula-mula terasa aneh, tapi makin lama aku merasakan fantasi lain. Aku merasakan erangan perempuan yang kesakitan karena lubang duburnya yang sempit ditembus dengan kemaluan yang mengeras. Ah.. khayalanku semakin jauh.

Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pintu ruangan membuka dan menutup. Hii.. aku lihat sudah jam 22:30, malam-malam begini pikiranku jadi membayangkan hal-hal menakutkan. Tapi kemudian aku dikagetkan lagi ketika melihat seorang perempuan membawa map berisi beberapa lembar kertas dan dua buah buku tipis masuk kemudian menaruhnya di sebelah komputer, lalu menyalakan komputer dan mengetik. Komputernya terhalang tiga meja komputer di sebelahku. Aku jadi lega, sekarang ada teman, walaupun dia tidak memperhatikan aku sama sekali. Aku perhatikan dari samping, wajahnya manis dengan hidung yang kecil dan mancung. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi mulus dengan jaket jeans lengan pendek yang dikenakannya, dia tampak cantik.

Tapi, akh peduli amat. Aku melanjutkan buka-buka situs tadi, anganku semakin menerawang, kemaluanku agak menegang. Dan akhirnya aku melirik pada perempuan di ruangan itu, dan langsung aku melirik pantatnya. Besar! pikirku. Tiba-tiba saja aku membayang kalau kemaluanku merobek-robek pantatnya yang menggiurkan itu. Aku jadi deg-degan, semakin dibayangkan semakin menjadi-jadi kemaluanku menegang. Sampai akhirnya aku nekat mendekati dia. Aku mencoba menenangkan diriku agar tampak normal.

“Ma’af.. sedang mengerjakan tugas?” suaraku sedikit bergetar. Dia melirikku sebentar lalu matanya tertuju lagi ke layar komputer, sambil menjawab, “Iya.. Mas.. aku kelupaan menuliskan beberapa judul buku dalam daftar kepustakaan, cuma dikit kok.” “Rumahnya deket sini?” “Iya di asrama, dan saya biasa kerja malam-malam begini,” jawabnya. “Nah.. selesai deh,” dia membereskan kertas-kertas, lalu terdengar suara mesin printer bekerja. Dia mengambil hasilnya dan kelihatan puas. “Bisa pulang sama-sama?” aku bertanya sambil mataku sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah pantatnya yang kelihatan besar membayang dibalik celana trainning kain parasitnya. Aduh, dadaku mendesir. “Sebentar aku tutup dulu komputerku ya..”

Aku bergegas pergi ke komputerku. “Mas sedang ngerjakan apaan?” Aku kaget tidak menyangka kalau dia mengikuti aku. “Ah.. ini.. iseng-iseng aja buka-buka internet, capek sih ngetik serius terus dari tadi.” “Eh.. gambar-gambar gituan yaa? Hi ih!” dia mengangkat bahunya, tapi mulutnya tersenyum. “Ah.. iseng-iseng aja.. Mau ikutan liat-liat?” tiba-tiba keberanianku muncul. Dan di luar dugaan dia tidak menolak. “Tapi bentar aja yaa.. entar keburu malam!” dia langsung duduk di kursi sebelahku. Makin lama kami makin asyik buka-buka gambar porno, sampai akhirnya, “Aku mau pulang deh Mas. Udah malem.. Aku bisa pulang sedirian.. deket kok.” Dia siap berdiri. Tapi dengan reflek tanganku cepat memegang pergelangannya. Dia terkejut. Aku sudah tidak memperdulikan apa-apa lagi, kecuali mempraktekkan gambar-gambar yang dilihat tadi. Kemaluanku sudah menegang.

Tanpa basa basi aku langsung menduduki pahanya dan langsung melumat bibirnya. “Umh.. mh..” dia berusaha meronta dan menarik kepalanya ke belakang, tapi tangan kiriku cepat menahan belakang kepalanya, sementara tangan kananku sudah memegang buah dadanya, memutar-mutar, dan meremas-remas putingnya. Gerakan perempuan itu makin lama makin lemah, akhirnya aku berani melepaskan ciumanku, dan beralih menciumi bagian-bagian tubuh lain, leher, belakang telinga, kembali ke leher, lalu turun ke bagian belahan buah dadanya. Aku melihat dia juga menikmatinya. Matanya mulai sayu, bibirnya terbuka merekah.

“Namamu siapa?” aku tampaknya agak bisa mengendalikan keadaan. Dia tidak menjawab. Hanya matanya yang sayu itu memandang kepadaku. Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi ah tidak perduli aku mengangkat berdiri tubuhnya, lalu aku duduk di kursi, kutarik badannya dan dia duduk di pangkuanku. “Ehh.. hh..” dia berdesah ketika kepalaku menyeruduk buah dada yang masih terhalang T-shirt merah muda di balik jaket jeans yang terbuka kancingnya. Tanganku segera menaikkan kaosnya, sehingga tampak bagian bawah dadanya yang masih berada di balik BH. Kunaikkan BH-nya tanpa melepas, dan kembali mulutku beraksi pada putingnya, sementara tanganku meremas-remas pantatnya dan pahanya.

“Oohh.. Mas.. Mas.. Aoohh..” aku semakin menggila mendengar desahnya. Lalu aku ingin melaksanakan niatku untuk menembuskan batang kemaluanku ke pantatnya. Kubalikkan badannya sehingga dia membelakangiku. Aku pun berdiri dan menurunkan celana trainingnya dengan mudah. Dengan tidak sabar celana dalamnya pun segera kuturunkan. Aku duduk dan kutarik badannya sehingga pantatnya menduduki kemaluanku. “Aghh.. Uhh” aku terkejut karena kemaluanku yang sedang menegang itu rasanya mau patah diduduki pantatnya. Tapi nafsuku menghilangkan rasa sakit itu. Aku genggam kemaluanku dan kutempelkan ke lubang duburnya, lalu kutekan. “Aaah..” dia menjerit, tubuhnya mengejang ke belakang. Tapi kemaluanku tidak bisa masuk. Terlalu sempit lubangnya. Keberingasanku makin menjadi. Aku dorong tubuhnya sehingga posisi badannya membungkuk pada meja komputer. Pantatnya kelihatan jelas, bulat. Pelukanku dari belakang tubuhnya membuat dia tertindih di meja. Kutempelkan kemaluanku pada lubang pantatnya. Sementara tangan kiriku meremas buah dada kirinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak paksa, kudorong masuk kemaluanku. “Aih.. ah uh aoowww..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kenikmatan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan.. aduh aahh sakiit, tidak deh.. ahh..” Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya. Sambil memeluk buah dadanya., kutarik dia berdiri. Lalu aku pun menggerakan kemaluanku maju mundur, mulutku menciumi pipinya dari samping belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu.

Perempuan itu tidak henti-hentinya merintih, terutama ketika kemaluanku kudorong masuk. Beberapa tetes air mata menggelinding di pipinya. Mungkin kesakitan, aku tidak tahu. Tapi apa daya aku pun sudah tidak kuat menahan keluar air maniku lagi dan tubuhku mengejang, perempuan itupun mengejang dan merintih, karena tanganku dengan sangat keras meremas buah dadanya. Badannya ikut tertarik ke belakang, dan mulutku tanpa terasa menggigit lehernya. “Ouhh.. hh..” kenikmatan luar biasa ketika kemaluanku menyemburkan air maniku ke pantatnya. Hangat sekali. Aku terduduk dia pun terduduk di atas kemaluanku yang masih menancap di pantatnya. Kepalaku terkulai di punggungnya. Perempuan itu memandang ke arah layar komputer dengan pandangan kosong. Sementara tetes air matanya masih terus membasahi pipinya.

“Ma’afkan aku.. Aku tidak kuat nahan diri,” aku mencoba menghiburnya. Tapi dia tidak menjawab. “Siapa namamu?” tanyaku dengan lembut. Kembali dia membisu. “Aku mau pulang.. kamu tidak perlu nganter aku.. biar orang-orang tidak tanya macem-macem,” katanya dengan suara perlahan. “Aku sebenarnya tau siapa kamu.. Mas,” dia berbicara tanpa menoleh ke arahku. “Ha.. aku..” aku tekejut. “Ya.. karena aku temen baru pacarmu, Yuni, aku pernah liat foto-fotomu di tempat dia.” Kali ini dia menatapku dengan tajam. “Tapi.. aku sama sekali tidak nyangka kelakuanmu seperti ini,” selesai dia menaikkan celana dan membetulkan BH dan T-shirtnya. “Tapi tidak usah khawatir aku tidak bakalan cerita kejadian ini, aku takut ini akan melukai hatinya. Dia setia sama kamu,” lanjutnya. “Kamu tidak.. kasian ama dia?” Aku terdiam, termangu, bahkan tidak menyadari kalau dia sudah berlalu.

Akhir-akhir ini aku tahu nama gadis itu Rani, memang dia teman pacarku, Yuni. Aku menyesali perbuatanku. Rani tetap baik pada kami berdua. Kami bahkan menjadi kawan akrab. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Entah sampai kapan dia akan menyimpan rahasia ini. Aku kadang-kadang khawatir, kadang-kadang juga memandang iba pada Rani. Oh, aku telah menghancurkan gadis yang tulus.

Kisah Taro – Rezeki di Kost yang Baru

TAROSLOT Rezeki di Kost yang Baru, Pada kesempatan ini saya ingin membagikan sebuah pengalaman mengenai perjalanan kisah polosku. Umurku yang sudah 25 tahun sampai saat ini masih belum selesai kuliah, aku akui dalam akademis aku termasuk orang gagal, tapi kalau meluntuhkan hati wanita aku jagoannya, kali ini aku akan menceritakan kisahku yang nyata dimana aku menikmati memek perawan , kisah ini terjadi saat aku mendapat kos kost san baru, dari pagi sampai sore berputar putar UGM akhirnya aku mendapatkan tempat kost kostan yang aku dambakan.

Awalnya gak begitu suka, karena tempat kosnya terpisah jauh dari temen2 aku yang lain. Tempatnya juga terlalu masuk ke lorong-lorong. Tapi ada satu hal yang membuat aku mutusin buat ngambil kosan disana, yaitu anak ibu kosnya yang cakep alang kepalang. Namanya Yani, mahasiswi semester 3 di UGM.

Pertama kali aku ngeliat dia, jantung aku langsung berdesir karena doi manis banget. “iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali aku komunikasi sama doi. Ibu kosnya juga baik.

Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Yani mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam. Akhirnya sore besoknya aku mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya.
Walau tinggal terpencil jauh dari temen2, gak masalah lah.. yang penting aku bisa dapetin nih si bidadari khayangan. Malam itu aku udah ready untuk tinggal di kosan baru aku. Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan aku Yani lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya.

“wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati aku. Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya aku keluar kamar dan samperin doi.
“Hai.. lagi ngapain?” sapa aku sambil melempar senyum.
“Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum aku. “Telponan sama siapa?” “Sama pacar kak” jawabnya.
Plaaakk.. aku serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh! Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Yani sudah punya pacar, aku tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya..
Siapa tau.. siapa tau.. aku menghibur diri. Aku perhatikan wajah manis Yani. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat. Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya. “Kak kok ngeliatin Yani gitu sih?” tanya Yani risih.
Aku tersadar. “Ehh.. gak. Ternyata Yani punya tai lalat di pipi yah?” tanya aku. “Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap aku keumudian.

“Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh aku. Yani langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa. Akhirnya malam itu aku berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Yani.
Bahkan setelah cerita tai lalat itu, Yani bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya.
“Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” aku langsung aja nuduh.
“Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya.
“Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh aku.

Dia malah tertawa cekikikan. Aku senang.. Paginya, aku sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat aku.
Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik aku. Alah.. Tiba-tiba aku denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Aku selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar aku.
Ternyata disebelahnya kamar mandi! Aku coba dengerin suara gemercik air tersebut. Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Yani! Aku begitu menikmati suara nyanyiannya.

Merdu banget! Akhirnya timbul pikiran kotor aku. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa aku panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak aku berfikir keras. Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini.
Setelah yakin orang tua Yani sudah berangkat pergi berdagang dan Yani pasti sendirian di rumah, aku nekat untuk ngintipin Yani mandi. Dengan bantuan kursi, akhirnya aku bisa mencapai ujung tembok paling atas.

Pelan-pelan aku angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Yani sedang mandi sambil bernyanyi. Yani dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi.
Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat aku liat secara jelas. Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas.
Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan aku langsung mengeras. Yani masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat aku gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri.

Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat aku serasa mau pingsan. Sejurus kemudian, Yani membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya. Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air.
Diluar dugaan aku, ternyata Yani mengelus-elus bagian kemaluannya. Awalnya aku berfikir Yani melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut.

Aku liat matanya sudah merem-merem keenakan. “Ohh tidaakk.. Yani sedang masturbasi!” Baru kali ini aku melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi. Secara jelas aku menonton Yani yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir kemaluannya.
Secara tak sadar aku jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi aku sangat rawan. Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Yani. Malu banget lah, baru satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku kurang ajar. Ternyata bata yang menjadi pijakan aku tak sanggup lagi menahan pijakan aku.
Akhirnya salah satu batu bata tersebut terjatuh. Yani jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya. “Mati aku kalo Yani sampai tau!” batin aku terus cemas. Aku langsung menghentikan tontonan langka nan sangat istimewa tersebut.

Aku segera turun dari dinding yang aku panjat buru- buru. Ternyata Yani menyadari dirinya diintip. Yani segera memakai handuknya dan buru-buru keluar kamar mandi. Aku segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Yani, kalau-kalau ia berteriak. Bisa mampus aku kalau dia ngadu ke ortunya.

Ternyata aku yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertabrakan dengan Yani yang baru saja keluar kamar mandi. Handuk Yani langsung tersibak, ia terjatuh. “Maaf.. maaf..” Cuma itu yang bisa terlontar dari mulut aku sambil membantu Yani untuk berdiri.
Aku langsung mengambil handuknya. Yani tampak kelabakan ketika handuknya hampir saja copot. Yani tidak memakai apa-apa selain handuk yang membuat payudaranya menyembul kelihatan.

“Kak, ngintipin Yani barusan yah?” tanya Yani dengan menundukkan kepalanya.
Ia menunduk mungkin karena ia malu. Karena baru saja ia melakukan masturbasi. Aku jadi ngerasa bersalah.
“Maafin kakak ya.. Kakak menyesal banget” aku ucapin itu dengan nada memelas. Yani cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat. Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil terisak.
Matanya berkaca-kaca. Aku jadi tambah merasa bersalah. “Blum ada lho yang ngeliat Yani gitu, kok kakak tega sih?” suaranya lirih. Akhirnya aku anterin Yani ke kamarnya. Aku bimbing dia menuju kamarnya.

Dibenak aku semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia trauma. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma. Sesampainya dikamar Yani, aku malah memeluknya.
Terlintas dipikiran aku, kalau cewek sedih atau nangis untuk menenangkannya dengan di peluk. “Yani maafin kakak ya..” aku bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Yani mengangguk. Dari pelukan, aku beralih mendekap Yani.
Aku cium pipinya kemudian bibirnya. Serentak tangan aku juga ikut memainkan perannya meremas dada Yani dari luar handuknya.

“Kakak! Ngapain sih ini!” ucap Yani kaget. Dalam fikiran aku, kepalang basah mandi aja!
Tanggung ketahuan ngintipin Yani mandi, kenapa gak aku tidurin aja sekalian? Mumpung kesempatan ada! Aku dorong Yani ke tempat tidurnya.
Pintu kamarnya segera aku kunci. Handuknya dengan mudah aku lepas. Bibir Yani aku lumat dan kulum sejadi-jadinya. Tangan aku menjamah payudaranya yang montok. Yani berontak dan kakinya menghentak-hentak gak karuan.

“Kakaaaakk..” Yani berteriak. Aku mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana? Aku bisa dihajar masa.
Akhirnya aku menghentikan aksi brutal aku. Aku mutusin untuk membujuk Yani pelan-pelan.
Sambil mengelus-elus bahunya dan membelai rambutnya aku ngomong pelan-pelan “Yani, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud nyakiti Yani. Kakak gak mungkin menyakiti Yani karena kakak sayang banget sama Yani..” bisik aku pelan-pelan ke Yani.
Aku cium leher Yani, tangan aku mulai lagi main-main mengelus payudaranya, meremas, kemudian turun ke daerah kemaluannya.
“Kakak, Yani mohon jangan kak” Yani memelas ketakutan. “Yani tenang aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Yani.
Kakak Sayang sama Yani.” Bujuk aku pelan-pelan sambil terus memainkan daerah kemaluannya. Tangannya terus mendorong-dorong aku. Yani ketakutan setengah mati. Aku terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Yani.
Kemudian turun dan menjilati puting susunya yang memerah. Sementara tangan kanan aku mengelus-elus daerah vaginanya. Jari tengah aku mulai masuk ke lipatan bibir vaginanya. Aku terus mainkan itu pelan-pelan.

“Kakak.. Yani mohon, Yani masih perawan kak.. Yani takut..” Yani masih memelas. Tangannya terus memegangi tangan kanan aku yang bergerilya didaerah bibir vaginanya. Aku cuma jawab permohonan Yani dengan ciuman dan kuluman dibibirnya.
Aku terus lumat bibir Yani dan bibir vaginanya dilumat jari tengah aku. Perlahan aku masukin jari tengah aku dengan pelan-pelan. Terasa daerah vagina Yani sudah basah. Mengetahui daerah vagina nya sudah basah dan licin, aku jadi yakin kalau sebenarnya Yani juga menikmati permaikan aku.

Yani juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat. “Yani, kak masukin jari kakak pelan-pelan ya.. gak sakit kok.. Yani tenang aja yaa..” Belum lagi Yani memberikan persetujuannya, jari tengah aku sudah menikam masuk ke vaginanya.
Akhirnya jawaban Yani Cuma erangan dan rintihan. Aku terus mainkan dengan memasukkan jari tengah aku kedalam vaginanya sedikit demi sedikit. Akhirnya bisa masuk semua jari aku! “Kakak.. Yani takut kak..” Yani terus menceracau.
Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya mendesir berat. Aku yakin Yani sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi. Cewek-cewek seperti Yani mungkin saja cewek hyperseks yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi.
Seperti yang aku liat barusan di kamar mandi. Aku makin sibuk. Tangan kiri aku membelai rambutnya, mulut aku sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan aku memasukkan jari kedalam liang vagina Yani yang makin banjir dengan cairan dan licin.
Akhirnya aku gak tahan lagi. Dengan sekejap segera aku lucuti semua pakaian aku hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera aku tindih tubuh Yani yang terkapar. “Yani, kita coba masukin yuk..

Tahan sedikit ya.. mungkin agak sakit.” Yani dengan lugunya mengangguk. Tampaknya ia sudah diliputi gejolak syahwat yang sangat. Aku makin bersemangat. Perlahan aku gosok-gosokin penis aku yang udah tegang dari tadi ke bibir kemaluan Yani. Yani yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Jiwa raganya sudah diliputi kenikmatan seks.
Setelah penis aku licin dengan cairan Yani, perlahan aku tusukin penis aku ke dalam liang kemaluan Yani. Walaupun pekerjaan aku halus dan pelan, tetap saja Yani merintih kesakitan. Sekarang penis aku bercampur dengan cairan licin dari Yani dan darah keperawanannya. Yani menangis.

Namun bibirnya terus mengeluarkan suara “ahhh.. ahhhh.. kakak..” Aku gak mau ambil pusing. Aku sibuk dengan mendobrak vagina Yani yang sangat sempit agar batang kemaluan aku bisa masuk lebih dalam lagi.
Dibantu dengan cairan pelicin Yani yang sudah banjir, penis aku bisa masuk semuanya. Aku terus menggenjot dengan memaju mundurkan batang kemaluan aku. Sesekali aku cium dan jilatin leher Yani hingga ke payudaranya.
Kemudian putinya aku hisap sekuat-kuatnya. Akhirnya aku liat tanda-tanda Yani akan orgasme. Segera aku pacu kecepatan goyangan aku. Aku pun pengen keluar dan klimaks. Akhirnya Yani lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak “Kakakk…” Berurutan setelah itu aku juga keluar menyemprotkan cairan sperma aku didalam memeknya.

“ahhh.. Ahhhh.. Yani..” Aku **kan beberapa kali semburan dengan menekan penis aku sedalam-dalamnya kedalam liang vaginanya. Yani pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita terbuai merasakan nikmatnya orgasme.
Beberapa saat setelah itu terasa kedutan dan denyutan dari vaginanya. Penis aku belum aku cabut. Batang kemaluan aku itu aku biarin sampai lemas didalam vaginanya Yani. Aku terus perhatikan wajah cantik Yani yang termenung sayu.
Sesaat aku jadi kasihan telah melakukan ini semua kepada Yani. Kembali aku elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan. Aku tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan “Yani, mau gak jadi pacar kakak?” Yani hanya diam.
Aku tau dia udah punya pacar. Tapi aku sama sekali gak tau apa yang mau aku katakan selain itu kepada Yani. Aku pasang kembali celana dan keluar dari kamar Yani. Yani masih termenung sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya. Aku udah siap dengan segala konsekwensi dari perbuatan aku barusan.

Setelah itu aku langsung berkemas di dalam kamar kos aku. “Mungkin setelah ini Yani akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan aku bakal di usir” pikir aku. Siang harinya, aku sudah selesai beres-beres barang-barang.
Aku pengen cabut duluan sebelum aku di usir sama orang tuanya Yani. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke aku. Ternyata pintu kamar kos aku diketuk. Setelah aku buka ternyata Yani. Aku persilahkan Yani masuk.
Yani pun masuk kedalam kamar aku. Dia liat aku sudah packing barang-barang siap-siap mau kabur. “Kakak mau kemana?” tanya Yani. Aku cuma diam. “Kakak gak boleh pergi! Yani takut.. gimana kalau Yani sampai hamil? Kakak harus tanggungjawab untuk semua ini!” kata Yani lirih.
“Baiklah kakak gak akan pergi. Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Tapi kakak mohon jangan kasih tau orang tua Yani ya..” pinta aku. Yani hanya mengangguk. Matanya masih sembab karena menangis.

Aku jadi kasihan, akhirnya Yani aku peluk lagi. Seminggu setelah itu, aku dan Yani Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa. Tapi akhirnya aku beranikan diri lagi untuk menyapanya dan mengajaknya bercanda lagi.
Akhirnya, aku bisa ngajakin Yani untuk berhubungan badan lagi. Kadang dikamar aku, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar aku, padahal orang tuanya ada dirumah. Ternyata Yani selalu diliputi gairah.

Permainan seks kami semakin hari semakin fariatif. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Yani sudah berani menelan habis sperma yang aku semburin didalam mulutnya. Seks lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah yang membara.
Walaupun status hubungan aku belum jelas hingga saat ini, aku tetap menjalani ini sama Yani. Yani tetap pacaran dengan pacarnya, tapi kalo soal ranjang Yani lari ke aku. Hampir setiap malam Yani mampir ke kamar aku buat gituan.

Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar aku. Sejak saat itulah, Yani ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. Aku pernah nanya ke Yani, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya? Awalnya Yani bilang belum.
Tapi setelah aku selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan. Setelah perawannya hilang, dia malah jadi hyperseks dan pengen ngelakuin hal itu terus. Suatu sore, pembicaraan aku sama Yani sampai ke sesuatu yang bahkan gak aku duga.

Kisah Taro – Tubuhku Dijadikan Bahan Taruhan Judi Online

TAROSLOT Tubuhku Dijadikan Bahan Taruhan Judi Online, Sebut saja Rita, perempuan berumur 31 Tahun nyaris putus asa dalam menjalani hidup ini. Suaminya, Aryo, justru menjadikannya sebagai seorang pelacur. Aku tak pernah menyangka jika Mas Aryo tega menjual tubuhku.

Ketika pertama kali aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang baik dan selalu menjagaku dari berbagai godaan laki-laki lain. Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan kami beri nama Rizal. Perkawinan kami mulus-mulus saja sampai Rizal muncul diantara kami. Tentu saja waktuku banyak tersita untuk mendidik Rizal.

Mas Aryo berkerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang produksi kayu, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Aryo pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.

Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang terlambat. Dia hanya menjawab “Aku mencari penghasilan tambahan Rit”, jawabnya singkat.

Mas Aryo makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum arak. Selama ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan Rizal anak kami.

Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Aryo berusaha menghindari. “Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga begitu”, katanya.

Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.

Suatu sore saat Mas Aryo belum pulang, seorang temannya yang mengaku bernama Bondan berkunjung ke rumah. Kedatangan Bondan inilah yang memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Bondan datang untuk menagih utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Aryo berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.

Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum, “Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak.”
Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.

“Aryo tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya dipajang di rumah saja” ucap Bondan

Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Aryo berutang uang kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Aryo cepat pulang ke rumah, sehingga aku tidak perlu berlama-lama mengenalnya.

Untung saja tak lama kemudian Mas Aryo pulang. Kalau tidak pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Bondan, Mas Aryo tampak lemas. Dia tahu pasti Bondan akan menagih hutang-hutangnya itu. Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Aryo kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Aryo sudah bisa melunasi hutangnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Aryo menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.

Setelah Bondan pulang, Mas Aryo memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Bondan. Aku menyadari Mas Aryo sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Aryo langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Rizal di kamarnya.

Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Aryo kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Aryo mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas Aryo mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.

Setelah itu Mas Aryo sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Aryo untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Aryo yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.

Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Aryo, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis Mas Aryo terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Aryo dengan semampuku, kulihat Mas Aryo begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya. Pkv Game

Mas Aryo kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.

Mas Aryo rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Aryo mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.

Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas Aryo, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Aryo yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.

Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.

Dan tidak lama kemudian Mas Aryo mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai

“Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat”, pujinya. Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.
“Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.
“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Aryo mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.
Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud kedatangan Bondan tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap Mas Aryo.
“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.
“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Aryo dengan pelan dan tertahan.

Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’ selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Aryo. Mas Aryo mengerti keterkejutanku.
“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.

Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Aryo.
“Besok kamu ikut aku menemui Bondan”, ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan keselatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.

Sore hari setelah pulang kerja, Mas Aryo menyuruhku berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya, rupanya Mas Aryo mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di hotel.

Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Aryo, beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Bondan menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Bondan, dan kemudian berpamitan.

Dengan lembut Bondan menarik tanganku memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Bondan tidak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar. Pkv Game

Bondan menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku, “Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman tersebut.

Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.

Bondan kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limbung. Kemudian Bondan merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku.

Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun Bondan belum menjamah tubuhku.

Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuhku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.

Bondan rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Bondan tak lepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.

Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Bondan kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Bondan tak mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.

Melihat ini, tangan bondan yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Bondan mulai memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.

Bondan memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuhku.

Bondan tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri payudaraku, Bondan melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis Bondan telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.

Dengan cepat Bondan kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis Bondan dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.

Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Bondan mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Bondan, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya. Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme, Bondan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-ulang dalam waktu 10 detik.. Bondan rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi.

Keesokan paginya, Bondan mengantarku pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.

Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah penderitaan ini akan berakhir.

Kisah Taro – Bercinta Dengan Dokter Bahenol

TAROSLOT Bercinta Dengan Dokter Bahenol, Akulah orang yang paling bahagia di dunia, Bayangkan tinggal di Surabaya yang disebut-sebut merupakan kota besar kedua di Indonesia dengan uang banyak, memiliki puluhan perusahaan dan cabang- cabangnya di seluruh Indonesia, isteri cantik dan sexy, dan semua orang mengenalku dengan baik.

Tapi dalam hati kecilku, aku merasa ada sesuatu yang kurang. Setelah menikah kurang lebih 3 tahun, kami belum dikaruniai anak. Memang kelemahannya ada pada diriku. Walaupun aku ganteng dan berbadan tinggi besar dan tegap, aku selalu mengalami kegagalan saat berhubungan intim dengan isteri. Ya, sekitar dua tahun sebelum kami menikah, aku mengalami kecelakaan lalu lintas.

Motorku ditabrak dari belakang oleh sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului motor yang kukendarai. Saat itu ternyata ada mobil yang muncul dari arah berlawanan, sehingga untuk menghindari “adu kambing” truk itu membanting activity ke kiri dan menabrak motorku. Aku terjungkal dan terbanting ke aspal di siang bolong. Untunglah aku tidak cedera.

Hanya kedua tanganku sedikit tergores dan pantatku sakitnya bukan main. Rupanya aku jatuh terduduk di pinggir jalan aspal dekat trotoar jalan. Seorang bapak yang ikut menyaksikan kecelakaan itu segera memapahku berdiri dan membawaku ke rumah sakit terdekat.

Sejak itu, jika aku berhubungan intim dengan Lilian, isteriku, aku selalu tidak dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Penisku tidak bisa berdiri. Kadang bisa berdiri tapi sebentar belum juga masuk dengan pas.. eh.. sudah menyemprotkan cairan mani.

Beberapa dokter telah kudatangi. Tapi kesembuhanku belum juga muncul. Tadinya muncul ide agar aku mencoba-coba untuk “jajan” di lokalisasi. “Ah..” pikirku lagi, “Nanti malah kena AIDS atau HIV. Lebih repot lagi kan?”

Nah, suatu hari aku mendengar dari teman karibku, Hartono, bahwa di Jakarta katanya ada seorang dokter spesialis yang bisa menyembuhkan kelainan-kelainan seks dengan biaya terjangkau dan tanpa efek samping. Lalu dengan persetujuan isteriku, aku pun mengambil cuti selama seminggu untuk berangkat ke sana.

Karena punya sanak famili yang tinggal di bagian barat Jakarta, aku pun tanpa kesulitan menemukan dokter yang kucari. Tempat prakteknya ternyata terletak di lantai 18 sebuah apartemen mewah di pusat kota. Aku tadinya merasa deg-degan dan agak malu untuk naik ke sana.

Bagaimana kalau dokter itu menyarankan yang tidak-tidak kepadaku? Lalu.. apakah hasilnya akan maksimal seperti yang kuharapkan? Berbagai pertanyaan lain terus saja bergema dalam hati kecilku.

Namun bila kuingat raut wajah Lilian yang cemberut dan penuh kekecewaan bila penisku tidak bisa tegang atau baru masuk ke permukaan vaginanya, aku sudah ejakulasi.. wah.. lebih baik aku mencoba saja ke sana deh, siapa tahu ada mujizat yang terjadi. Benar kan?

Saat aku sampai di ruangan kantor yang amat mewah itu, kulihat seorang gadis cantik yang masih berumur sekitar 22-23 tahun sedang menulis sesuatu dan kemudian memandangku dengan ramah. “Mau ikut terapi, Pak?” ia bertanya dengan seulas senyum di bibirnya yang mungil.

“Ya, maaf.. Dokternya ada?” tanyaku ragu-ragu. “Hari ini kebetulan Dokter Amy Yip sedang tidak ada pasien..” ujarnya. “Dokter Amy Yip… Kok kayak nama bintang blur mandarin sih, Mbak… apa ia berasal dari Hongkong?”

“Betul sekali… Memang namanya Yip Chi Mei, ia seorang dokter spesialis terapi seksual asal Indonesia lulusan Hongkong Medical College… dan ia lebih suka dipanggil dengan nama Dokter Amy Yip.” katanya memberi penjelasan.

Setelah mengisi formulir yang berisi data-data pribadi, aku langsung diantar ke tempat prakter dokter itu. Gadis yang belakangan kuketahui bernama Sally itu kemudian mengetuk pintu ruang praktek Dokter Amy Yip. Pintu pun dibuka dari dalam. Benar saja dugaanku. Di sana berdiri seorang wanita cantik mengenakan blazer hitam dan berumur sekitar 30 tahun. Ia berambut ikal sebahu. Oh ternyata ini dokternya!

“Maaf Dok… ini ada Bapak Kuntoro dari Surabaya ingin ikut terapi… ini data-data lengkapnya.” ujar Sally sambil memberikan formulir yang sudah kuisi dan mempersilakan aku masuk ke kantor itu. Sally pun berjalan kembali ke meja kerjanya di depan ruangan itu. “Silakan masuk, Pak…” ujar dokter cantik itu. “Baik, terima kasih.” jawabku singkat.

Setelah kami duduk di dalam ruang praktek itu, Dokter Amy Yip kemudian mulai menanyakan beberapa hal yang amat pribadi padaku. Karena kupikir ia seorang dokter yang harus tahu benar keadaan dari kehidupan seks rumah tanggaku, termasuk bagaimana aku berhubungan intim, aku pun membeberkan semuanya.

Salah satu pertanyaannya adalah, “Kira-kira Bapak bisa tahan berapa absolutist dalam berhubungan intim dengan isteri?” atau, “Gaya apa yang paling Bapak sukai bila berhubungan intim dengan isteri?”

Mendengar semua jawabanku, ia pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu dengan sorot mata tajam ia memandangku serta berkata, “Pak Kuntoro, saya rasa sebaiknya kita bisa mengadakan terapi seks sekarang juga.

Di sebelah sana ada ranjang yang bisa Bapak gunakan untuk itu… Di sana saya akan menguji ketahanan Bapak untuk tidak berejakulasi selama beberapa menit… kalo memungkinkan nanti kita bisa berhubungan intim guna proses penyembuhan lebih lanjut. Gimana Pak.. apa Bapak setuju?” “Wah… ini toh yang namanya terapi seks. Kalau begini sih pasti aku mau sekali,” pikirku dalam hati.

Tanpa pikir panjang lagi aku menyahut, “Baiklah… Terserah Dokter saja, gimana baiknya…” Dalam pikiranku tiba-tiba muncul bayangan gimana kira-kira bentuk tubuh Dokter Amy Yip ini nanti kalau ia telanjang. Pikiran seperti ini langsung saja membuat penisku tiba-tiba menegang dan keras.

Kemudian kami berjalan menuju ranjang terapi yang dimaksud. Setelah aku duduk dengan bersandarkan bantal, dokter cantik itu duduk dengan santai di hadapanku. Ia kemudian dengan sengaja membuka semua baju luarnya.

Akhirnya yang tertinggal hanya BH dan celana dalamnya. “Pak Kuntoro, silakan Bapak meraba-raba saya… terserah Bapak mau meraba bagian tubuh saya yang mana… nanti kita lihat berapa menit waktu yang Bapak perlukan untuk ejakulasi…” perintahnya. Tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati. Wong yang di depanku, tubuh dokter itu begitu mulus dan putih.

Payudaranya saja begitu menonjol ke depan. Mungkin ukuran 36B, seperti hendak meloncat keluar dari penutupnya. Dengan pelan kuelus wajah dokter itu, lalu lehernya yang jenjang. Kemudian tangan kananku turun ke bukit kembarnya. Kuraba pelan dan kuremas-remas. Lalu tangan kiriku bergerak menuju CD-nya. Namun, sekonyong-konyong ada sesuatu yang mau meledak dalam tubuhku. Aku buru-buru menghentikan rabaan-rabaanku.

Aku berusaha segera membuka celana panjang yang kukenakan. Namun terlambat sudah. Penis andalanku sudah menyemprot dengan derasnya. Aku hanya bisa mengepalkan tangan sambil menutup mata. “Sialan!” ujarku. Celana panjangku terutama di bagian pangkal paha tentu saja basah tidak karuan.

“Cuma dua menit kurang 25 detik… saya rasa keadaan ini masih bisa disembuhkan, Pak… Sebelumnya ada pasien saya yang lebih buruk keadaannya… asal Bapak mau telaten berobat tiap hari ke sini…” Dokter Amy Yip menimpali setelah melihat arloji yang dikenakannya.

Cerita Lainnya: Rekan Bisnisku Memilik Anak Gadis Bahenol
Hari itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu lalu berkata, “Mohon diingat ya, Pak… apa yang kita lakukan barusan hanyalah sebatas untuk terapi… bukan untuk dilakukan di luar jam kerja saya…” Oh, aku mengerti maksudnya.

Ia tidak mau kuajak kencan di luar praktek terapinya. Itu peraturannya. Ah tidak apa-apa bagiku. Toh aku orangnya setia pada isteriku. Walau Lilian lebih galak dari dokter ini, namun ia kan isteriku dan mantan pacarku. Iya kan?

Keesokan harinya, masih dengan terapi yang sama. Cuma Dokter Amy kini tidak mengenakan BH. Benar adanya, kedua bukit kembarnya itu begitu besar, kencang dan amat menantang. Putingnya berwarna merah kecoklatan seperti tegak siap untuk disedot.

Ia berkata, “Silakan Bapak mau meremas atau mengulum atau menjilat payudara saya… terserah… saya hanya ingin tahu Bapak bisa tahan berapa absolutist untuk tidak ejakulasi.” Tanpa menunggu perintah selanjutnya, aku langsung saja meraba dan meremas kedua bukit kembarnya. Kemudian kuarahkan mulutku untuk merasakan nikmatnya payudara itu.

Aku menghisap, menjilat dan mengulum putingnya. Ia tampak merem-melek menikmatinya. Ternyata dua menit berlalu. Dan kembali aku mengalami ejakulasi. Spermaku tersemprot hebat.
Untunglah kali ini aku masih sempat membuka reitsleting celanaku dan mengarahkan penisku yang sudah tegang dan membesar itu ke ember khusus untuk hasil sperma terapi. “Dua menit lebih 5 detik… hari ini ada peningkatan, Pak…” jawabnya sambil menyunggingkan senyum setelah semuanya selesai.

“Besok kita lanjutkan lagi. Jangan kuatir, Pak… Perkiraan saya pada hari keempat nanti… waktu Bapak untuk tahan tidak ejakulasi pasti lebih dari sepuluh menit. Saya jamin, Pak.” Lalu hari itu kami pun berpisah. Aku pulang ke auberge tempatku menginap dengan berbagai pikiran tentang harapan kesembuhan selanjutnya yang akan kualami serta terapi apa yang akan dilakukannya besok terhadap diriku.

Hari ketiga… Kali ini kami berdua benar-benar telanjang bulat. Dokter Amy kini yang mengambil inisiatif. Ia sengaja yang membuka pakaian yang kukenakan sampai aku benar-benar bugil. Lalu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri.

Saat ia melakukannya, matanya tak lepas dari memandang senjataku. Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti saat itu senjataku belum tegang bahkan hingga ia membuka CD-nya. Ketegangan dalam diriku mungkin sedikit banyak tidak membantu dalam merangsang penis yang kumiliki.

Lalu ia duduk di pinggir ranjang. Kali ini dengan sengaja ia meraih senjataku lalu dikocok-kocoknya dengan pelan tapi pasti. Sementara tanganku diperbolehkan meraba apa saja yang ada di tubuhnya.

Setelah kocokannya mulai menampakkan hasil, ia pun menunduk dan mengarahkan penisku ke mulutnya. Dengan telaten ia menjilat, menghisap dan mengulum penis ajaibku. Wah… hampir saja aku ingin ejakulasi. Tapi aku berusaha untuk menahannya sebab aku ingin mengetahui rasanya bila ia terus mengobok-obok penisku.
Ia lalu menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk menghisap klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus menghisap dan menjilat-jilat penisku. Karena tidak tahan menghadapi kuluman dan hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang seperti akan meledak dalam diriku.

Cerita Lainnya: Memperkosa Gadis Cantik Penjaga Toko Swalayan
Dan benar.. “Crot.. crot.. crot.. crot..” Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut dokter itu. Entah sengaja atau tidak, Dokter Amy Yip tidak mau melepaskan penisku dari mulutnya. Wah..! Setelah semprotan maniku habis, dan penisku dibersihkan dengan tisu di tepi ranjang, kembali ia memberikan evaluasi terapi yang kujalani. “Lumayan…” katanya sambil melirik jam tangan.

“Sepuluh menit lebih dua detik… Bapak pasti akan sembuh… Saya rasa pada terapi kita yang terakhir akan benar- benar terbukti bahwa kondisi ketahanan penis Bapak untuk tidak terlalu cepat berejakulasi saat berhubungan intim adalah normal- accustomed saja. Bagaimana, Pak… apa Bapak mau melanjutkan terapi yang terakhir besok?”

Tentu saja aku mau melanjutkannya. Wong disuruh berhubungan intim dengan chargeless saat terapi, siapa yang nggak mau? Aku pun kemudian mengiyakan sarannya itu. Seperti yang kuduga ternyata keesokan harinya Dokter Amy Yip tidak lagi mengenakan apa-apa di balik baju prakteknya.

Aku pun segera membuka semua pakaianku. Lalu dengan ganas kuserbu tubuhnya yang sudah berbaring menantang di atas ranjang. Pertama kucium keningnya, lalu turun ke bibir, pipi, leher hingga payudaranya yang amat kenyal itu. Di sana kujilat dan kupelintir putingnya yang merah kecoklatan. Ia pun merem-melek.
Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian kepalaku bergerak menuju pangkal pahanya. Di sana kembali kujilati bibir vagina dan klitorisnya. Kujulurkan lidahku ke dalam vaginanya sambil tangan kananku terus meremas-remas payudaranya.

Setelah beberapa menit, ternyata penisku sudah berdiri tegang dan mengeras. Tanpa menunggu diperintah lagi, kuarahkan penisku ke liang kewanitaannya. Dengan sekali sentak, masuklah penisku dengan mudahnya.

Rupanya ia sudah tidak perawan. Tanpa susah payah aku terus menggenjot dan memompa penisku agar bisa benar-benar memuaskan dirinya. Saat itu aku lupa segalanya, terapi, isteriku yang sedang menunggu dengan harap cemas di Surabaya, pekerjaan di kantor yang menumpuk, dll.

Pokoknya kesempatan ini tidak bisa dilewatkan. Sementara itu Dokter Amy Yip terus saja menggoyang-goyangkan pantatnya dengan lembut. Ia mencoba untuk mengimbangi serangan gencarku.
Sekitar lima belas menit berlalu. Dan tiba-tiba saja perasaanku seperti melayang. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. “Aku ingin keluar, Dok… sebaiknya di dalam atau…” tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang kurasakan.

“Di dalam saja Pak… biar nikmat…” jawabnya seenaknya. Rupanya ia pun akan mengalami orgasme. Dan benar, beberapa saat kemudian ia orgasme. Kemaluanku seperti disemprot dalam liang vaginanya. Sementara itu spermaku pun dengan derasnya mengalir ke dalam liang vaginanya.

Aku pun akhirnya jatuh tertidur di atas tubuhnya. Ternyata dokter itu masih ingat bahwa apa yang kami lakukan adalah terapi. Ia segera melirik arlojinya dan segera membangunkanku.

“Lima belas menit sepuluh detik… selamat Pak Kuntoro… kondisi Anda kembali normal… bahkan sangat normal..” ujarnya sambil mengenakan pakaiannya kembali dan menyalamiku. Aku yang baru saja keletihan melayani nafsu seksnya dengan cara berhubungan intim tentu saja tertegun. Lima belas menit? Wah hebat. Aku sembuh, Lilian! Aku sembuh! Hampir saja aku meloncat-loncat.
Setelah membereskan semuanya, aku pun segera pulang ke Surabaya malam itu juga. Betapa bahagianya aku sekarang. Pasti Lilian akan gembira menyambut kesembuhanku. Dan benar dugaanku.

Saat ini sudah tiga bulan kejadian itu berlalu. Lilian pun mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Menstruasinya sudah terlambat seminggu.

Kisah Taro – Gairah Nafsu di Tempat Pijit Plus-Plus

TAROSLOT Gairah Nafsu di Tempat Pijit Plus-Plus, Kurasa hampir semua orang pasti pernah merasakan dipijat, apa lagi para laki-laki hidung belang seperti sebagian besar pembaca cerita mesum. Kurasa sebagian besar dari mereka pasti punya langganan pemijat di panti-panti pijit plus yang menjamur di mana-mana.

Itulah enaknya jadi kaum laki-laki, ibaratnya seperti iklan minuman ringan, bisa di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Ini berbeda sekali dengan kaumku, kalau badan pegal harus susah payah cari mbok pemijat yang belum tentu ada di setiap tempat, apa lagi di kota besar seperti Surabaya ini.

Biasanya kalau badanku terasa pegal-pegal, kuminta bantuan adikku untuk memijatnya. Kadang kami bergantian saling pijat. Tetapi hari ini rumahku sedang kosong. Adikku masih kuliah sedangkan orang tuaku belum pulang dari tugas rutinnya mencari nafkah.

Hari ini aku agak sedikit kurang enak badan. Terasa sekali badanku pegal-pegal, namun di rumah sedang tidak ada siapa-siapa. Kucoba bertanya kepada tetangga kanan kiri barangkali ada yang tahu kalau-kalau ada tetangga sekitar yang bisa memijat.

Sebenarnya aku tahu bahwa di ujung gang sana ada seorang tukang pijat yang terkenal di sekitar rumahku, tapi laki-laki, namanya Pak Mat. Tidak bisa kubayangkan bahwa tubuh molekku ini bakal dipijat oleh seorang tukang pijat laki-laki, bisa-bisa yang dipijat nanti hanya di daerah-daerah tertentu saja.

Akhirnya aku dapatkan juga seorang tukang pijat wanita. Namanya Mbak Tun yang rumahnya juga tidak begitu jauh dari rumahku. Kucoba untuk mendatangi rumah Mbak Tun yang jaraknya hanya sekitar dua ratus meter dari rumahku. Kebetulan Mbak Tun ada di rumah dan bersedia datang ke rumah untuk memijatku. setelah berganti pakaian dan membawa sedikit perlengkapannya, Mbak Tun mengikutiku pulang.

Mbak Tun usianya masih relatif muda, hanya sedikit lebih tua dariku. Perkiraanku Mbak Tun saat ini berusia sekitar 35 tahun. Namun di usianya yang relatif masih muda itu Mbak Tun sudah menjanda. Ia hidup bersama ibunya, satu-satunya orang tuanya yang masih tersisa.

Mbak Tun sudah 6 tahun bercerai dengan suaminya yang telah kawin lagi dengan wanita lain karena perkawinannya dengan Mbak Tun tidak dikaruniai anak. Cerita tentang Mbak Tun ini kuperoleh dari Mbak Tun sendiri saat memijat tubuhku. Sambil memijat Mbak Tun bertutur tentang kehidupannya padaku.

Walau tinggal di Surabaya, Mbak Tun tetap seperti layaknya orang udik, pengalamannya masih sedikit sekali soal dunia modern, namun untuk urusan sex sepertinya Mbak Tun punya cerita tersendiri. Semuanya akan kukisahkan pada ceritaku kali ini.

Sesampai di rumahku, Mbak Tun kuajak langsung masuk ke kamarku yang sejuk ber-AC. Suhu udara di luar sana bukan main panasnya, beberapa bulan terakhir ini kota Surabaya memang sedang dilanda cuaca panas yang luar biasa, konon panasnya mencapai 37 derajat celcius.

Kubuka kancing hemku dan kutanggalkan hingga bagian atas tubuhku yang mulus terpampang dengan jelas sekali. Payudaraku tampak segar dan ranum dengan ujung puting susuku yang bersih berwarna merah muda sedikit kecoklatan. Rok miniku juga kutanggalkan.

Kini tubuhku sudah hampir telanjang bulat, hanya tersisa CD yang kukenakan. Mata Mbak Tun tampak terkagum-kagum pada bentuk tubuhku yang ramping dan sexy, terlebih saat melihat bentuk CD-ku yang mini itu. Aku saat itu memakai G String berenda yang ukuran rendanya tak lebih dari seukuran satu jari melingkari pinggangku, selebihnya sepotong rendah yang tersambung di belakang pinggangku, turun ke bawah melewati belahan pantatku, melingkari selangkanganku hingga ke depan.

Tepat di bagian vaginaku, terdapat secarik kain berbentuk hati kecil yang keberadaannya hanya mampu menutupi bagian depan liang vaginaku. Lalu aku tengkurap di tempat tidur dengan hanya memakan CD. Mbak Tun mulai memijat telapak kaki, mata kaki, betis, naik lagi ke pahaku.

Awalnya aku biasa-biasa saja, pijatan tangannya juga terasa pas menurutku, tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu keras yang dapat menyebabkan terasa lebih sakit setelah di pijit plus. Menurutku, cara memijat Mbak Tun cukup baik. Setelah memijat kaki kanan, kini Mbak Tun berpindah memijat kaki kiriku, urutannya seperti tadi. Kini giliran pahaku bagian atas yang di pijit plus juga kedua belahan pantatku.

“Mbak! CD-nya kok modelnya lucu ya?” tanya Mbak Tun lugu mengomentari bentuk CD-ku.
“Emangnya kenapa Mbak Tun?” tanyaku padanya.

“Oh enggak Mbak! Kalau dipakai kok seperti tidak pakai CD aja ya? Bokong (pantat) Mbak tetap kelihatan, dan bagian depannya, jembut (bulu kemaluan) Mbak juga kelihatan, Hii.. Hii.. Hii..! Kalau aku sih tidak berani pakai CD yang model begitu”, oceh Mbak Tun masih mengomentari bentuk CD yang kupakai saat itu.

Sambil mengngoceh dan bercerita, tangan Mbak Tun tetap memijat pahaku. Yang kini dapat giliran adalah pahaku bagian atas, tepatnya di daerah pangkal paha dan belahan pantatku. Aku sengaja tidak menjawab ocehannya karena aku ingin menikmati pijit plus nya. Sambil sedikit tiduran, mataku kupejamkan saat dipijat Mbak Tun.

Letak kedua kakiku dibentangkan terpisah agak lebar sehingga posisi pahaku terbuka. Mbak Tun memijat bagian dalam pahaku yang bagian atas dekat selangkanganku hingga aku merasakan sedikit geli, tapi enak sekali. Selain pegalku di bagian kaki dan paha mulai sedikit berkurang, aku juga mulai merasakan horny,

apa lagi saat jari-jari Mbak Tun memijat bagian pangkal pahaku. Jarinya sempat menyentuh gundukan vaginaku hingga rasanya ujung CD-ku mulai lembab. Untungnya Mbak Tun sudah mulai pindah posisi memijat punggungku, naik ke leher dan berakhir di kepalaku.

Selesai memijat bagian belakang tubuhku, Mbak Tun mengambil body lotion dan dioleskannya ke kaki dan pahaku. Rasanya sedikit dingin saat mengenai kulitku. Kalau tadi memijat, kini Mbak Tun ganti mengurut tubuhku mulai dari telapak kaki, betis hingga pahaku. Kembali saat mulai mengurut pahaku bagian atas aku merasa geli, terlebih saat paha bagian dalamku yang diurut olehnya.

“Mbak! CD-nya dilepas aja ya, toh percuma pakai CD cuma sepotong begitu, lagian kita kan sama-sama wanita dan tidak ada orang lain di kamar ini, soalnya nanti kena hand body nyucinya susah”, pinta Mbak Tun padaku.

Tanpa menjawab, kumiringkan sedikit tubuhku sambil sedikit membungkuk. Kubuka CD-ku dan kulepas dengan bantuan ujung kakiku. Kini aku telah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku. Posisiku kembali tengkurap menunggu tangan Mbak Tun kembali mengurut tubuhku.

Mbak Tun kembali ke tugasnya mengurut bagian bawah tubuhku yang sudah dilumuri body lotion tadi. Jarinya kembali bersarang di pangkal pahaku bagian dalam, sambil sekali-sekali mengurut kedua gundukan pantatku. Aku tidak hanya merasakan pegalku mulai berkurang, namun aku juga merasakan seperti ada suatu rangsangan tersendiri menyerang tubuhku bagian bawah.

Mulutku menggigit bantal yang kupakai untuk menopang daguku saat tengkurap karena menahan rasa geli di selangkanganku, manakala jari tangan Mbak Tun menyentuh bibir vaginaku. Terkada sentuhannya masuk lebih dalam lagi hingga menyentuh celah belahan bibir vaginaku.

Terus terang liang vaginaku mulai bawah hingga cairan bening tak terbendung mulai membasahi liang dan dinding dalam vaginaku. Saat mengurut gundukan pantatku, seakan dengan sengaja jari Mbak Tun disentuhkannya ke vaginaku kembali hingga ujung jarinya sempat menyenggol ujung klitorisku.

Aku jadi tersiksa sekali karena menahan hasrat birahi yang timbul akibat sentuhan tangan dan jari Mbak Tun saat memijat dan mengurut bagian bawah tubuhku. Untungnya urutan Mbak Tun segera pindah ke punggungku, terus naik ke leher dan kembali berakhir di kepalaku.

Kalau di bagian atas tubuhku, aku masih tidak merasakan suatu rangsangan seperti tadi. Namun rupanya setelah selesai memijat kepalaku, Mbak Tun kembali memijat dan mengurut kedua bongkahan pantatku, yang tentunya pangkal pahaku kembali menjadi sasarannya pula.

Aku tak kuasa menolak, karena selain kupikir Mbak Tun toh juga seorang wanita, dan juga normal karena pernah bersuami walau sudah lama bercerai. Aku toh akhirnya juga menikmati semua sentuhan tidak disengaja maupun mungkin disengaja saat jari-jari tangannya mengusap bagian luar vaginaku. Sampai akhirnya aku benar-benar tidak tahan lagi.

“Sudah! Cukup! Terima kasih ya Mbak”, ujarku akhirnya.
“Kok sudah toh Mbak?”, Tanya Mbak Tun padaku.

“Bagian depannya belum diurut lho! Ayo telentang Mbak, kuurut sebentar perutnya supaya ususnya tidak turun”, tambah Mbak Tun dengan sedikit memerintah.

Herannya aku menurut juga. Dan lalu aku pun telentang di hadapan Mbak Tun. Mbak Tun mulai kembali mengolesi body lotion ke bagian dada dan perutku. Mbak Tun langsung mengelus bagian atas dadaku dekat leher sedang jarinya mengurut ke bawah ke arah payudaraku. Kemudian area sekitar payudaraku juga diurut lembut mirip elusan. Aku yang sudah horny sejak tadi jadi lebih blingsatan lagi hingga akhirnya aku tidak tahan untuk tidah mengaduh.

“Aduuh! Geli Mbak!” protesku, tapi Mbak Tun diam saja sambil terus mengurut pinggiran payudaraku.

Kemudian perutku diurut dari setiap penjuru mengarah ke pusar. Kini giliran pahaku diurut oleh Mbak Tun. Cara mengurutnya naik ke atas menuju pangkal paha, letak kakiku dipisahkan agak lebar sehingga posisiku lebih terkangkang lagi. Mbak Tun terus mengurut pahaku. Saat mengurut bagian dalam pahaku, aku menggeliat tak karuan.

Kemudian Mbak Tun mengurut mulai tepat di atas vagina menuju pusarku. Katanya ini adalah untuk menaikkan usus dalam perutku agar supaya tidak turun ke bawah. Aku diam saja tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, terus terang pijit plus nya memang enak hingga pegal yang ada di tubuhku sedah tidak terasa lagi. Namun selain itu aku juga mendapatkan rangsangan seksual dari cara Mbak Tun mengurutku.

“Sudah, sekarang yang terakhir” kata Mbak Tun sambil membuka lebar pahaku.

Mbak Tun berpindah posisi duduknya. Kini dia berjongkok tepat di hadapan selangkanganku yang terkangkang lebar. Kedua tangannya secara bersamaan mengurut kedua pahaku, dari arah lutut menuju selangkangan hingga aku jadi menggeliat tidak karuan menahan geli.

Kemudian kedua ibu jarinya mengurut-urut celah lipatan selangkangan dekat vaginaku dengan cara mengurutnya dari bawah ke atas terus berulang-ulang. Bibir vaginaku menjadi saling gesek karenanya hingga rangsangan dahsyat melanda bagian bawah tubuhku dan akhirnya aku tak kuasa lagi mengendalikan nafsu birahiku sendiri hingga tanpa perlu merasa malu lagi pada Mbak Tun, jariku kuarahkan ke klitorisku dan terus kugosok-gosokkan sambil mengangkat dan menggoyang-goyang pantatku.

Aku akhirnya orgasme karena pijit plus di hadapan Mbak Tun. Persetan kalau mau dia tertawa, bathinku. Namun ternyata Mbak Tun tetap cuek saja sampai aku selesai melepaskan orgasme. Lalu kubayar ongkos Mbak Tun memijatku dan kuminta dia untuk pulang sendiri.

Kisah Taro – Bercinta Dengan Mantan Kakak Kelas

TAROSLOT Bercinta Dengan Mantan Kakak Kelas, Pеrkеnаlkаn nаmа ѕауа Melani аdаlаh ѕеоrаng реrеmрuаn уаng ѕudаh mеmрunуаi Kekasih (расаr), mаklum аku ѕаlаh ѕаtu ѕеѕеоrаng уаng bеkеrjа di sebuah biro periklanan. аku mempunyai seorang kekasih ѕеbut ѕаjа nаmа Kekasih ѕауа Budi.

Sауа аnаk kеduа dаri ѕеbuаh kеluаrgа уаng bеrkесukuраn wаlаuрun tidаk tеrlаlu kауа rауа. Sауа bеrрасаrаn dеngаn ѕеоrаng рriа уаng ѕаngаt ѕауа сintаi, hubungаn kаmiрun didukung оlеh kеduа оrаng tuа kаmi.

Tеtарi kаmi bеlum mеnikаh, dаn kаlо hubungаn ѕеx mаѕih jаlаn tеruѕ! mаklum ini реrgаulаn аnаk zаmаn ѕеkаrаng. Kаmi tidаk аdа mаѕаlаh ѕеx bаhkаn ѕереrtinуа ѕеmаkin hаri ѕеmаkin ѕеru аjа.
cc1fd9ff7aeb38604a7e079a8700b6a2–sexy-asian-girls-sexy-hot-girls
Tеrаѕа hаrmоniѕ ѕеkаli kеhiduраn bеrрасаrаn kаmi ini. Sеlаin itu di ѕеkitаr rumаhku, аku dikеnаl ѕеbаgаi ѕоѕоk wаnitа уаng bаik, rаmаh, ѕеrtа ѕеtiа. Pоkоknуа tidаk аdа ѕаmа ѕеkаliрun bеritа miring tеntаng аku dаn расаrku.

Sеiring dеngаn реrkеmbаngаn wаktu, реkеrjааn расаrkuрun ѕеmаkin bertambah kаrеnа kаrirnуа ѕеdаng mеlоnjаk реѕаt. Hаl itu mеmbuаt расаrku hаruѕ bеkеrjа dаri раgi ѕаmраi mаlаm ѕеhinggа ѕеring kесараiаn, bаhkаn tеrkаdаng kudu kеluаr kоtа untuk bеbеrара hаri kаrеnа uruѕаn kаntоrnуа, mеmbuаt hubungаn ѕеkѕ kаmiрun bеrkurаng drаѕtiѕ.

Aраbilа dulu kаmi mеlаkukаnnуа hаmрir di реnghujung аkhir hаri kеrjа уаitu mаlаm minggu di ѕеtiар hоtеl. Sеkаrаng hаnуа ѕаtu kаli dаlаm ѕеbulаn. Sауа mеmаkluminуа dаn mеnсоbа untuk еnjоу, tоh ini dеmi kеbаikаn mаѕа dераn rumаh tаnggа kаmi jugа. рikirku

Sikар Kekasihku уаng dаhulu ѕаngаt реrhаtiаn mаlаh ѕеkаrаng mеnjаdi bеrkurаng, аku ѕаdаr ini bukаnlаh kаrеnа ѕikарnуа уаng bеrubаh tеtарi kаrеnа tuntutаn kеrjа уаng mеmbuаtnуа lеbih сеndеrung реrhаtiаn раdа tugаѕ-tugаѕnуа.

Tеtарi ѕауа tеtарlаh ѕеоrаng wаnitа уаng mеmbutuhkаn kаѕih ѕауаng, реrhаtiаn ѕеrtа bеlаiаn dаri ѕеоrаng соwоk. Tеruѕ tеrаng аjа ѕауа mеmiliki nаfѕu ѕеkѕ уаng сukuр bеѕаr. tеtарi di bilаng hуреrѕеx tidаk jugа.

Hinggа ѕuаtu hаri…

ѕааt itu hаri minggu раgi, iа mеnеlроnku untuk izin bеrаngkаt kеluаr kоtа mеnguruѕ kеrjааnnуа untuk wаktu 3 hаri. Sеtеlаh iа реrgi, аkuрun bеrаngkаt реrgi Fitnеѕ уаng mеmаng аku lаkukаn ѕеtiар 1 minggu ѕеkаli.

Sеѕаmраi di ruаng fitnеѕ, аkuрun mеnggаnti bаju уаng kеtаt dаn ѕuреr ѕеkѕi, mаklum rаtа-rаtа bаju fitnеѕ untuk сеwеk mеmаkаi bаju kеtаt ѕаjа, tidаk ѕереrti рriа уаng bukа bаju ѕаmраi kеlihаtаn dаdа 🙂 hеhеhе …

Tераt diѕеbеrаng ѕаnа bеrjаlаn ѕеоrаng рriа уаng dаri tаdi ѕеlаlu mеlirik раdаku . gаk lаmа kеmudiаn рriа itu mеnghаmрiriku, ѕеtеngаh bеrtеriаk diа bеrkаtа!!!

“Melani уа?
аku kаgеt dаrimаnа iа tаu nаmаku. Kеmudiаnku jаwаb
“Iуа bеtul, ѕауа Melani, kаlо kаmu ѕiара уа?”
“Kаmu luра уа? аku dulu kakak kеlаѕmu ѕеwаktu SMU di Semarang!” tutur Indra

Sеtеlаh ѕауа ingаt-ingаt аkhirnуа!!!
“kаmu Indra уа?”

Diа mеngаnggukаn kераlаnуа.

Melani : Yа аmрun, Dra… аku раngling mааf bаngеt уа!
Indra : Gаk ара-ара kоk аku jugа tаdi аgаk luра ѕаmа kаmu.. hmmm kаmu ѕеring fitnеѕ jugа ?
Melani : Oh, аku lumауаn ѕеring fitnеѕ jugа ѕih, Kаmu jugа уа ?
Indra : Oh iуа tеntu, ѕаmраi ѕааt ini аku udаh sebulаn fitnеѕ di ѕini”
Melani : tарi kоk kitа gаk реrnаh jumра уа ?
Indra : mungkin bеdа jаdwаl kаli!
Melani : оh iуа bеtul jugа ѕih .
Indra : Aku dеngаr kаmu ѕudаh рunуа соwоk, соwоkmu mаnа ?
Wdiуа : соwоkku gаk biѕа ikut ngаntаr, ѕоаlnуа аkhir-аkhir ini lаgi ѕibuk
Indra : Yа udаh, аku tеmеnin аjа dеh
Melani : Nggаk uѕаh Dra, аku ѕеndiriаn jugа gаk ара-ара kоk, Tоlаkku
Indra: Ah… jаngаn gitu, lаgiаn ini kаn hаri libur mumрung аku lаgi nggаk аdа kеrjааn kоk ! Kitаkаn udаh lаmа gаk kеtеmu, реngеn ngоbrоl-ngоbrоl аjа, bоlеh kаn? Jаwаb Indra ѕеtеngаh mеmаkѕа.
Melani : Okе dеh” Jаwаbku.

Kаmiрun lаrut dаlаm оbrоlаn-оbrоlаn аѕik, kаmi mеngоbrоl kеnаngаn mаѕа-mаѕа SMU dulu di Semarang. Obrоlаn kаmiрun tеrhеnti kеtikа аdа tеlроn dаri bоkарku di rumаh.

“Dra, bеntаr уа аku аngkаt tеlроn dulu”
“оh оkе gаk ара-ара” bаlаѕnуа
ѕеtеlаh bеbеrара lаmа Indra bеrtаnуа kераdаku. kаmu mаu kеmаnа rарi-rарi ??
udаh wаktunуа рulаng, аku аdа kеrjааn di rumаh . jаwаbku
оh iуа ѕеkаliаn аjа, kеbеtulаn аku bаwа mоbil nih, аku аntаr аjа уаh?!!!” tutur Indra.

Mеmаng di ѕеlа-ѕеlа оbrоlаn kаmi tаdi diа ѕеmраt nаnуа ара kеndаrааnku kеѕini, dаn аku mеnjаwаb nаik grab.

“gimаnа, kitа рulаng ѕеkаrаng?” Tаnуаnуа
“Tеrѕеrаh kаmu dеh” jаwаbku
“Ok dеh, уuk” bаlаѕnуа.

Dаlаm реrjаlаnаn diа bеrсеritа kаlаu mоbil tеrѕеbut bukаnlаh mоbil рribаdinуа, tеtарi mоbil rеkаn kеrjа уаng diрinjаmnуа. Diа jugа bеrсеritа kаlаu diа bеkеrjа di ѕеbuаh реruѕаhааn telekomunikasi terkemuka, dаn diа mеnjаbаt ѕеbаgаi Manager.

Wаlаuрun ѕеbаgаi Manager, kеrjаnуа рun bukаn hаnуа ѕеkеdаr duduk-duduk ѕаjа, tеtарi jugа mеmbаntu bаwаhаnnуа mеmрrоmоѕikаn produk-produk perusahaan kepada klien. dаn diа ѕеring mеlаkukаn fitnеѕ ѕеjаk bеbеrара tаhun уаng lаlu di tеmраt уаng bеrbеdа, раntеѕ ѕаjа bаdаnnуа bеѕаr dаn kеkаr.

ѕаmbil mеlаmun аku mеmbауаngkаn bеntuk tubuhnуа уаng kесе itu, mеndаdаk nаfаѕku mеnjаdi bеrаt. tibа-tibа Lаmunаnku dikеjutkаn оlеhnуа. Untung аjа lаmunаn kоtоrku tidаk lаmа, kаlаu nggаk biѕа mаlu аku nih.

“Rumаhmu dеkаt mаnа Mel?” Tаnуаnуа.

Kuѕеbutkаn аlаmаtku, уаng mеmаng lumауаn dеkаt dаri tеmраt fitnеѕ.

“Wаh bеrаrti kеrumаhmu dеkаt dоng, kаmu mаu mаmрir kеrumаhku dulu gаk ? Kеbеtulаn ѕааt ini аku tinggаl ѕаmа tanteku Sonya, kаmu jugа mungkin kеnаl ѕаmа diа?” tuturnуа

Mеndеngаr diа nggаk tinggаl ѕеndiriаn tеtарi bеrѕаmа tantenya, аku рun mеngiуа-kаn.

Bоlеh dеh, ѕеkаliаn реngеn jumра ѕаmа tante Sonya” Jаwаbku.

ngаk bеrара lаmа kаmi ѕаmраi dirumаh Indra. Rumаhnуа lumауаn bеѕаr, tеtарi сukuр rарi hаlаmаnnуа уаng ditumbuhi mасаm-mасаm bungа уаng mеmbuаt tаmраk аlаmi dаn ѕеgаr. Sеѕаmраi didаlаm rumаh kаmi diѕаmbut Tante Sonya уаng rаmаh dаn bеrѕаhаbаt, lаlu Tante Sonya mеmреrѕilаhkаn аku duduk di rumаhnуа

“Mаu minum ара Mel?” Sара Tante Sonya.
“аh… Nggаk uѕаh rероt-rероt, nаnti аku аmbil ѕеndiri kаlаu hаuѕ” Jаwаbku.
Mеmаng dаri dulu аku ѕudаh аgаk аkrаb dаn ngаk саnggung lаgi dеngаn kеluаrgа Indra.
“Yа udаh, Tanteаk kеbеlаkаng dululаh уа ѕоаlnуа tаdi lаgi mаѕаk” Jаwаb Tante Sonya ѕаmbil реrgi kеbеlаkаng mеnuju dарur.
“Mel, kаmu iѕtirаhаt аjа dulu уа” Sара Indra.
“оh Iуа Dra..” Jаwаbku.

Pаndаngаnku mеnуарu ѕеluruh ruаng tаmu, tаmраk аdа bеbеrара fоtо Indra tеrgаntung didinding ruаngаn tаmu. Tаk аdа fоtо wаnitа lаin bеrѕаmа Indra .

Bоѕаn ѕеndiriаn di dераn аkuрun bеrmаkѕud mеmbаntu Tante Sonya didарur. Ruраnуа bеrаdа jаuh dibеlаkаng ѕаnа untuk mеnuju kе dарur. bеlum ѕаmраi mеnuju dарur, gаk ѕеngаjа mаtаku mеmаndаng kе аrаh Indra ѕааt kеnсing.

Sоntаk аjа kаmi bеrduа bеrѕаmа-ѕаmа kаgеt dаn mаlu.
оh. ѕоrу.. ѕоrу.. Dra, gаk ѕеngаjа, аku gаk ngintiр kоk !!!
сumа kеlihаtаn dikit аjа. hеhеhе…. ujаrku

Sесаrа rеflеk аku mеmbаlikаn bаdаn. Tаnра mеngеluаrkаn kаtа-kаtа lаgi bеrаnjаk mеninggаlkаn Indra mеnuju kеdарur уаng mеnjаdi tujuаn аwаlku. ѕаmbil bеrjаlаn аku mеlаmun k*ntоl Indra уаng wаlаuрun ngаk ѕеdаng tеgаng tаmраk bеѕаr dаn раnjаngnуа. tеrlintаѕ di bеnаkku gimаnа bеntuk gеdеnуа реniѕ itu kаlаu ѕеdаng tеgаng уа”… рikirku kеmbаli

Dаdаku bеrdеtаk kеnсаng аntаrа реrаѕааn mеnуеѕаl, mаlu, dаn аh ѕudаhlаh … bоdоhnуа аku jаdi tеrаngѕаng оlеhnуа. Mеngара аku mеnjаdi tеrаngѕаng mеlihаt K*ntоl lеlаki lаin ѕеlаin расаrku. Aра gаrа-gаrа udаh hаmрir ѕаtu bulаn ini ngаk dibеri jаtаh оlеh расаrku. Aku tеtарlаh ѕеоrаng wаnitа уаng butuh аkаn hаl уаng ѕаtu itu. Hаl ini nggаk dараt kuрungkiri оlеh wаnitа lаin рun tеntаng ѕеx .

Sеtеlаh mеmbаntu Tante Sonya mаѕаk, аkuрun kеmbаli kеruаng tаmu lаgi. Kulihаt Indra ѕеdаng duduk di ѕоfа ѕаmbil mеmbukа fасеbооk.

Rаѕа mаluku mаkin bеrtаmbаh ѕааt bеrtеmu Indra diruаng tаmu. Tарi tаnggараn Indra bеrbеdа dаri уаng аku рikir. Indra ѕеоlаh-оlаh nggаk реduli аkаn hаl уаng tаdi itu, diа аnggар ѕеоlаh ngаk tеrjаdi ара-ара.

Sеlаng bеbеrара wаktu tеrbауаng kеmbаli dibеnаkku Bаdаn Indra уаng tеgар, ѕеrtа оtоt-оtоtnуа уаng kесе, dаn реniѕnуа уаng аh ѕudаhlаh… mеngара аku jаdi tеrаngѕаng mеngingаtnуа.

Mеngingаt Sеmuа bауаngаn itu, tаli BH-ku mеngеtаt dаn рауudаrаku mеnjаdi mеngеrаѕ, оtоt-оtоt vаginаku bеrkоntrаkѕi, kеmudiаn hitungаn dеtik аkuрun mеrаѕа gеli di bаgiаn vаginа.

Sереrtinуа аku mаnjа kераdа Indra. Aku tаhu ini biѕа jаdi mаѕаlаh, tарi ѕungguh аku tаh tаhаn dеngаn nаfѕu birаhiku. аkuрun buru-buru раmit рulаng kераdа Indra dаn Tante Sonya.

1 MINGGU KEMUDIAN

Sеlаng bеbеrара hаri Indra bеkunjung kеrumаhku .
“Eh.. аdа Indra, ауо ѕilаhkаn mаѕuk аjа” ngаk kuѕаngkа Indra mаin kеrumаhku,
Indra : Lаgi nоntоn film Drama уа Mel?
Melani : Oh Iуа
Indra : Film ара judulnуа?
Melani : Ngаk tаhu tuh… аku сumа iѕеng-iѕеng аjа nоntоn film ini
Indra : Kоk ѕерi, оrаng tuаmu раdа kеmаnа ?
Melani : Aku ѕеmеnjаk kеrjа udаh tinggаl ѕеndiri
Indra : Jаdi kаmu ѕеndiriаn dоng, аku mаlаh ngаk еnаk nih
Melani : Emаng Ngаk еnаk kеnара? Tаnуаku bаlik.
Indra : Yа kаmu kаn lаgi ѕеndiriаn nih, ngаk еnаk dоng соwоk mаin kеѕini” Jаwаbnуа.

Melani : Udаhlаh ngаk ара-ара kоk, Bаru рulаng kеrjа nih Dra?” Tаnуаku.
Indra : Iуа nih Mel, ѕаmbil nunggu hujаn rеdа, mаmрir dеh kе rumаhmu
Melani : оkе dеh, Tunggu bеntаr уа Dra kubuаtkаn tеh biаr ngаk kеdinginаn
Indra : bоlеh, kаlаu ngаk ngеrероtin!”. Jаwаbnуа, dаn Aku hаnуа tеrѕеnуum mаniѕ kе wаjаhnуа.

Sеkiаn lаmа kаmiрun mulаi fоkuѕ раdа film Drama. Sеmеntаrа hujаn diluаr ѕеmаkin kеrаѕ dаn mеmаѕuki tауаngаn film bаgiаn уаng hоt. Adа rаѕа mаlu dаlаm diriku mеlihаt tауаngаn tеrѕеbut уаng kаmi tоntоn. Sеmаkin lаmа filmnуа ѕеmаkin rоmаntiѕ ѕаjа,

Tаnра аku ѕаdаri mulаi tеrаngѕаng di ѕааt mеnоntоnnуа, араlаgi ditаmbаh сuаса dingin diluаr ѕаnа mеmbuаt nаfѕu birаhiku mеningkаt ingin di реluk. Aku nggаk tаu ара уаng dirаѕаkаn Indra ѕааt nоntоn, tарi аku ѕih уаkin diарun jugа ѕеdаng bеrgаirаh. nаmun аku kаgum diа mаmрu mеnutuрi nаfѕunуа dеngаn tеtар tеnаng.

Kаrеnа nаfѕuku ѕеdаng mеningkаt tinggi, tаnра ѕаdаr аku mеmеluk Indra. Sеtеlаh ѕаdаr ара уаng ku buаt, ѕоntаk ѕаjа ku mеlераѕkаn реlukаnnуа. dаn wаjаhku mulаi mеmеrаh mеnаhаn mаlu kе duа kаli kераdа Indra. Iа mеnсоbа mеmеgаng wаjаhku dаn mеnguѕар-uѕарnуа ѕаmbil mеndеkаtkаn wаjаhnуа kе bibirku.

Indra ѕереrtinуа аkаn mеngесuр bibirku” рikirku.
Sеbеlum bibirnуа mеnуеntuh mаѕih ѕеmраt аku bеrkаtа !!!
Aduh jаngаn Dra” ujаrku

Indra tеruѕ ѕаjа mеndеkаti wаjаhnуа mеnуеntuh bibirku. Sеjuruѕ kеmudiаn mulut Indra tеruѕ mеnсiumi bibirku, iа mеmаinkаn lidаhnуа dеngаn bаik dаlаm rоnggа mulutku.

Aku mulаi bеrgеtаr, tеrаngѕаng, dаn ѕеmаkin luра ѕеgаlаnуа. Aku mulаi mеmbеrikаn реrlаwаnаn раdа bibirnуа уаng tаk kаlаh gаnаѕnуа.

Tаk ѕаmраi diѕitu, tаngаn Indra mulаi mеrеmаѕ kеduа рауudаrаku dаri luаr dаѕtеr уаng kugunаkаn. tаngаnnуа mеmuir-muirkаn реntil ѕuѕuku, аku mеrаѕаkаn gеtаrаn kаrеnа еfеk gеli dаri ujung реntilku.

Aku ѕеmаkin bеrаni ѕаjа, K*ntоl Indra уаng kеmаrin-kеmаrin ini hаnуа biѕа аku bауаngkаn, kаli ini аku biѕа mеnggеnggаmnуа, ku соbа mеrеmаѕ dеngаn реrlаhаn dаri luаr сеlаnа jеаnѕnуа.

Indraрun mеmаinkаn wаktu tеmро ѕааt itu. Iа tеruѕ mесоbа mеmbuаtku tеrаngѕаng dеngаn mеmаѕukаn jаrinуа kе dаlаm bаjuku untuk mеmеgаng lаngѕung рауudаrаku уаng bеrbеntuk bulаt ini.

“оооh.. Dra Gеli…” Ujаrku

Aku ѕеmаkin tеrgilа-gilа dibuаtnуа. Akuрun mulаi mеmbukа ikаt рinggаng уаng digunаkаn Indra. Tеrlihаt jеlаѕ tоnjоlаn реniѕ Indra dаri bаlik CDnуа. Sаmbilku mаѕukаn tаngаnku уаng mulаi mеrеmаѕ реniѕ Indra dаri dаlаm CD itu.

Wооw… ѕеdikit mеnаrik nаfѕu di ѕааt аku mеrеmаѕ bеtара раnjаng dаn bеѕаrnуа реniѕ Indra dаlаm kоndiѕi tеgаng ini, ѕаmbil jоngkоk di lаntаi tаngаnku mеngосоk K*ntоl Indra. Sесаrа rеflеkѕ kumаѕukkаn реniѕnуа kе dаlаm mulutku. ѕаngking раnjаngаnуа ngаk ѕеmuа bеrhаѕilku tеlаn реniѕ tеrѕеbut.

Dаlаm kоndiѕi tеlаnjаng bulаt diаngkаtnуа tubuhku ѕеhinggа bеrdiri. Aku ngаk mаu kаlаh kulераѕ jugа kаоѕ уаng diраkаi Indra. ѕеkаrаng kаmi bеrduа tеlаnjаng bulаt tаnра арарun. di hiѕарnуа kеduа buаh рауudаrаku dеngаn nikmаt ѕаmbil mеmаѕukаn реniѕnуа kе dаlаm vаginаku.

Mеmаng аgаk kеѕulitаn Indra mеnсаri lubаngnуа, mаkа аku bаntu реniѕnуа mеmаѕukin lubаng vаginаku уаng bеrѕih ini.

Sluuuuuuuurр.. mаѕuklаh реniѕ Indra kеlubаng Vаginаku !!!
аrrrgggg… Dra ” jеritku ѕааt реniѕ Indra jаuh lеbih dаlаm mаѕuk kе dаlаm lubаng vаginаku .
“Kрlаk. Kрlаk. Kрlаk” bunуi bоkоngku di tерuk Indra.

‘Oоhhhhh’ dеѕаhku nikmаt. Bаru kаli ini аku соbа bеrѕеtubuh dаlаm роѕiѕi bеrdiri, ѕаngаt nikmаt ѕеkаli. Indra tеruѕ mеnggоуаngkаn dаri bеlаkаng ѕаmbil mеmеgаng реntil ѕuѕuku .
Oооhh… Indra… kаmu hеbаt Dra..!!!” Aku ѕеmаkin bеrgаirаh dаn jеritku рun ѕеmаkin mеnjаdi-jаdi.

Sеtеlаh bеbеrара lаmа kеmudiаn tubuh Indra kеjаng ѕеrtа bеrgеtаr, аku tаu ini реrtаndа lеlаki аkаn mеngеluаrkаn саirаn уаng di ѕеbut аir mаni, tеtарi аku bеrfikir ingin mеnеlаn ѕеluruh аir mаni dаri dаlаm tubuhnуа.

Bоlеh rеԛuеѕt gаk Dra”? ujаrku
Emаng mаu арааn ? bаlаѕ Indra.
nаnti kаlаu di реnghujung kаlо kаmu udаh mаu kеluаr, bilаng kе аku kаrеnа mаu ku minum ѕеmuа аir mаnimu.

Okе Mel, kitа kеluаr ѕаmа-ѕаmа” Jаwаb Indra.
tарi udаh mаu kеluаr nih, аku lераѕ уа kе mulutmu аjа” ѕаmbung Indra

Aааrrrg…..!!! Jеrit Indra
Akhirnуа ѕеmuа аir mаninуа аku minum, kеmudiаn Indra rоbоh dаn gоlеrаn ѕаmbil bеrреlukаn mеѕrа dеngаnku.

Kurаng lеbih 30 mеnit kаmi iѕtirаhаt, аku рun mеmbеrѕihkаn bаdаn di kаmаr mаndi. Diѕааt аku mаndi, Indra tibа-tibа mаѕuk kе dаlаm уаng mеmаng ngаk аku kunсi. Tеrѕеntаk аku kаgеt, Dirеmаѕnуа kеduа рауudаrаku dеngаn kеduа tаngаnnуа ѕаmbil mаndi kаmi melanjutkan kеmеѕrааn уаng ѕаngаt nikmаt dаn ѕеru.

Share this:

Kisah Taro – Fantasi Threesome Bersama Istri

TAROSLOT Fantasi Threesome Bersama Istri, Sedikit gambaran fisik tentang istriku, Ris pada saat ini berumur 29 tahun, berkulit putih, berambut ikal sepunggung, dengan payudara yang cukup besar (34B) berbentuk bagus sekal, tinggi 155 cm, berat 50 kg, dengan perut rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggulnya serasi dengan bentuk badannya dan kedua bongkahan pantatnya sekali. Secara umum, dia cukup seksi.

Telah lama kami mempunyai fantasi untuk melakukan aktifitas seks three some. Biasanya, sebelum melakukan Making Love, kami mengawalinya dengan saling menceritakan fantasinya masing-masing. Fantasi yang paling merangsang bagi kami berdua, adalah membayangkan Ris melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain dengan kehadiranku. Sekedar informasi, Ris memang mempunyai gairah seks yang sangat tinggi, sementara di sisi lain, aku biasanya cuma sanggup ejakulasi satu kali.

Setelah ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian penisku bisa ereksi lagi, umumnya aku merasa lelah dan tidak bergairah, mungkin akibat beban pekerjaan yang cukup berat. Karenanya, biasanya ketika dia minta agar bisa mencapai orgasme berikutnya, paling banter aku melakukannya dengan tangan, atau membantunya bermasturbasi dengan dildo. Walaupun demikian selama ini dia bisa merasa puas dengan cara tsb.

Setelah sekian lama mempunyai fantasi tsb, suatu hari aku tanya apakah ia mau merealisasikan fantasi tsb. Pada awalnya ia cuma tersenyum dan mengira aku cuma bercanda. Namun setelah aku desak, ia balik bertanya apakah aku serius. Aku jawab, ya aku serius. Terus dia tanya lagi apakah nanti aku masih akan tetap sayang sama dia, aku jawab ya, aku akan tetap menyayanginya sepenuh hati, sama seperti sekarang. Lalu aku tambahkan, bahwa motivasi utama aku adalah untuk membuatnya bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Melihat wajahnya ketika mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagiku.

Akhirnya dia jawab dia mau melakukannya kalau moodnya mengijinkan. Kemudian aku dan Ris mendiskusikan kira-kira dengan siapa kami melakukannya, akhirnya pilihan datang kepada seorang teman dekatku, namanya Vence biasa kupanggil dengan Ven, yang telah lama kami kenal, namun jarang bertemu karena tinggal di kota lain. Sejak itu sering fantasi kami melibatkan kehadiran Ven. Usia Ven 33 tahun, sama denganku, meski demikian tubuhnya lebih tinggi kurang lebih 175 cm dan besar serta tegap, maklum dia adalah keturunan campuran Eropa-Indonesia.
Akhirnya setelah beberapa bulan berlalu, aku menghubungi Ven dari kantorku.

Setelah berbasa-basi sebentar, lalu aku mulai menceritakan tentang fantasi-fantasi kami. Sebagai sahabat lama, kami terbiasa berbicara terbuka, termasuk masalah seks. Ven tampak antusias mendengar ceritaku dan dia menyatakan kesanggupannya. Mengingat kesibukan bisnisnya, dia merencanakan untuk datang ke kotaku sekitar 2-3 minggu lagi. Tidak lupa aku tegaskan, bahwa semua rencana ini sepenuhnya bergantung kepada kesediaan istriku.

Artinya jika pada saat-saat terakhir Ris berubah pikiran, maka sama sekali tidak boleh ada satu pihakpun yang memaksakan kehendaknya. Aku katakan juga, dia tidak boleh berlaku kasar terhadap Ris, sebab kepuasan Ris adalah segala-galanya. Ven setuju dan dapat memakluminya.

Akhirnya waktu yang yang ditunggu tiba, baik Ris maupun aku cukup gugup menghadapi apa yang telah kita rencanakan. Namun aku meyakinkan Ris bahwa dia boleh berubah pikiran kapanpun. Sekitar pukul 6 sore Ven datang, pada saat itu aku masih berada di kantor, Ris mengabarkan kedatangannya melalui telepon.

Pukul 7 aku tiba di rumah, tampak Ven telah mandi dan ganti baju dan sedang menonton TV. Sementara itu Ris sedang berada di kamar mandi. Setelah ngobrol sebentar, kemudian aku masuk ke kamar untuk menyimpan tas dan mengganti pakaian. Pada saat bersamaan Ris baru keluar dari kamar mandi (kamar mandi terletak di dalam ruang tidur kami) dengan hanya memakai handuk. Dia tampak sangat cantik malam itu. Sementara aku mengganti pakaian, Ris mengenakan daster pendek berwarna merah. Ris tampak cantik dengan daster tersebut, panjang daster tsb hanya sampai ke pertengahan paha, tampak kontras dengan pahanya yang berwarna putih mulus. Sementara Ris masih menyisir rambut dan memakai parfum, aku keluar menemui Ven.

Setelah beberapa saat kami mengobrol, bercerita tentang keadaan masing-masing. Ris kemudian keluar kamar. Ven hampir tak berkedip menatap Ris yang benar-benar tampil seksi malam itu. Singkat cerita, setelah selesai makan malam kami sama-sama duduk di karpet, menonton acara TV yang saat itu sedang berlangsung. Posisinya Ven, kemudian Ris di tengah menyender di dadaku. Terus terang suasana saat itu agak canggung dan kami benar-benar tidak tahu cara untuk memulai semua rencana yang telah disusun.

Akhirnya aku mengambil inisiatif dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dada Ris dan menyentuh payudaranya dari luar daster. Mendapat tindakan demikian Ris mulai terangsang dan nafasnya mulai tidak teratur. Segera setelah itu, aku lumat bibirnya dan tangan aku mulai menyusup ke balik dasternya.

Ternyata saat itu Ris sudah tidak memakai BH. Ris benar-benar terangsang kini. Pada saat itu tangan Ven mulai mengelus-elus paha Ris yang telah terbuka, karena daster mininya telah terangkat ke atas. Kaki Ris yang tadinya tertekuk ditarik, sehingga sekarang Ris berada dalam posisi duduk sambil bersandar padaku dengan kedua pahanya yang agak terbuka dan kaki melonjor ke depan. Tangan Ven mulai bergerilya pada bagian paha atas Ris.

Kemudian Ven menarik tangan Ris dan meletakkannya di atas pangkuan Ven. Secara reflek, dalam keadaan terangsang, Ris mengusap-usap kemaluan Ven yang telah tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana Ven terlihat menggembung besar. Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan Ven ini.

Sementara bibirku mulai menyusur leher dan belakang telinganya (bagian yang paling sensitif baginya). Setelah itu aku berbisik di telinga Ris, inilah saat untuk merealisasikan fantasi kita. Lalu aku melepaskan pelukanku untuk memberi kesempatan pada Ven untuk beraksi.

Sekarang Ven mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Ditariknya Ris ke pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap payudara Ris yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggung Ris sambil mulutnya melumat bibir Ris dengan gemas. Tangan Ven yang berada di payudara Ris disisipkan pada belahan daster Ris yang terbuka dan mulai memelintir dengan halus ujung putingnya yang telah mengeras. Kemudian Ven menarik tangan Ris ke arah resluiting celana Ven yang telah terbuka dan menyusupkan tangannya memegang kemaluan Ven yang telah tegang itu. Kelihatan Ris agak tersentak ketika terpegang senjata Ven yang tampaknya besar itu.

Setelah beberapa saat mengelusnya, kemudian Ris membuka celana Ven sehingga kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat. Aku sangat terkejut melihat kemaluan Ven yang sangat besar dan panjang itu. Kemaluan yang sebesar itu hanya ada di film-film BF barat saja. Batang penisnya berdiameter 7 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya berbentuk topi baja yang sangat besar, panjangnya mungkin lebih dari 20 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut pirang yang lebat.

Setelah keluar dari celananya kelihatan seram, jauh lebih panjang dan besar dari punyaku. Sesaat Ris menoleh ke arahku, dari sinar matanya yang agak panik, tampak dia agak ketakutan dan tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar itu. Aku mulanya juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah kepalang, karena tidak enak hati pada Ven yang telah bersedia memenuhi keinginan kami itu.

Kemudian aku mengangguk sambil tersenyum memberi semangat pada Ris. Mendapatkan persetujuanku dan dorongan semangat itu, Ris kemudian dengan kedua tangannya memegang penis Ven dan mulutnya mendekat ke kemaluan Ven. Ris mulai menjilati kepala penis Ven yang besar itu. Kemudian setelah cukup basah oleh air ludahnya, perlahan Ris mulai memasukkan penis Ven ke dalam mulutnya. Terlihat sangat susah bagi Ris untuk bisa memasukkan penis yang besar itu ke dalam mulutnya. Terlihat mulutnya harus dibuka lebar-lebar untuk bisa menampung penis Ven yang dahsyat itu. Ven tampak sangat menikmati isapan Ris itu.

Kira-kira sepuluh menit Ris mengulum kemaluan Ven, kemudian Ven menarik kepala Ris dan mendekatkan ke mukanya dan kemudian melumat bibir Ris. Ris balas melumat bibir Ven dengan ganasnya, sementara tangan Ven merambah ke payudara Ris dan mulai membuka daster Ris. Setelah daster terlepas, sambil tetap berciuman, tangan Ven mulai menyusup ke balik celana dalam Ris yang berwarna cream sambil memainkan clitoris Ris. Tangan Ris sendiri tidak tinggal diam, ia terus mengelus kemaluan Ven yang semakin menegang.

Kemudian Ven menggendong Ris dan membawanya ke kamar tidur tamu. Terlihat Ris sangat kecil dalam gendongannya, dibandingkan badan Ven yang besar itu. Secara perlahan kemudian Ven meletakkan Ris di ranjang dan membuka celana dalam Ris. Hingga kini Ris telah telanjang bulat. Tampak kulitnya yang putih dan vaginanya yang tanpa rambut (Ris biasa mencukur bulu vaginanya secara teratur) merekah dan tampak basah. Kemudian Ven perlahan-lahan mengarahkan bibirnya ke leher Ris, kemudian turun ke dadanya dan mulai melumat puting payudara Ris bergantian.

Sementara itu aku terus memperhatikan dari pintu kamar dengan menahan birahi yang sangat memuncak. Setelah puas bermain-main di payudara Ris, Ven kemudian mulai menciumi pusar Ris sampai akhirnya mulai menjilati lubang vagina Ris yang semakin basah. Setelah berlangsung kira-kira 30 menit, tampak Ris mulai mendekati orgasme, mengetahui demikian, Ven kemudian mulai mengarahkan penisnya ke vagina Ris yang makin merekah. Sebelum memasukkan penisnya, tidak lupa Ven menggosok-gosok kepala penisnya pada bibir vagina Ris. Badan Ris menggelinjang kegelian merasakan gosokan penis Ven pada vaginanya.

Perlahan-lahan Ven mulai memasukkan penisnya ke vagina Ris. Ris berusaha membantu dengan membuka bibir vaginanya lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vagina Ris yang kecil. Tangan Ven yang satu memegang pinggul Ris sambil menariknya ke atas, sehingga pantat Ris agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang penisnya yang ditekan masuk ke dalam vagina Ris.

Sementara Ven sedang berusaha memasukkan penisnya kedalam memek Ris, badan Ris terlihat menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya terdengar suara, “aahh.., aahh.., sshh.., sshh”, seperti orang sedang kepedasan. Pada waktu Ven mulai menekan penisnya, terdengar jeritan tertahan dari mulut Ris, “Aduuhh.., sakiitt.., Veenn.., pelan-pelan.., doong”. Ven agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberikan kesempatan pada Ris mengambil nafas, kemudian Ven melanjutkan kembali usahanya untuk menaklukkan vagina Ris. Aku agak kasihan juga melihat keadaan itu, disamping itu melihat badan Ris yang menggeliat-geliat dan tangannya yang mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, membuatku terangsang dengan hebat. Ven dengan pasti tetap mendorong kemaluannya masuk secara perlahan-lahan ke dalam vagina Ris.

Akhirnya sesaat kemudian, hampir seluruh kemaluan Ven masuk ke dalam vagina Ris. Ven kemudian menggerakkan penisnya keluar masuk dengan irama yang teratur, sementara Ris mengimbangi dengan mengerakkan pantatnya. Tidak lama kemudian, Ris mencapai klimaks. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan jeritan tertahan, “Aku sampaai Veenn.., peluk aku kuat-kuat”. Bersamaan dengan itu, kakinya melingkar di pinggang Ven dan mengunci dengan erat. Sementara Ven hampir tidak bisa bergerak dan hanya menekankan kemaluannya ke dalam vagina Ris sekuat mungkin. Tak lama, Ris mulai tampak rileks dan melonggarkan kakinya yang melingkar di pinggang Ven. Sementara Ven kemudian meneruskan gerakan keluar-masuk penisnya secara perlahan-lahan dan Ris hanya diam kelelahan dengan nafas yang tidak teratur. Tidak lama, tampaknya birahi Ris mulai bangkit lagi dan menggerakkan pantatnya lagi. Maklum wanita kan bisa mengalami multiple orgasme.

Tidak lama kemudian, Ven mencabut penisnya dari vagina Ris dan meminta Ris untuk menungging. Kemudian Ven memasukkan kemaluannya ke vagina Ris dari belakang. Aku yang sejak tadi hanya menyaksikan mulai tidak tahan, kemudian aku mendekat, membuka celana, dan mengarahkan kemaluanku yang sudah sangat tegang ke mulut Ris. Dengan sangat bernafsu, Ris mengulum penisku sementara Ven tampak menggerakan pinggulnya semakin cepat. Tidak lama kemudian tampaknya Ven hampir mencapai klimaksnya dan mengerakkan pantatnya dengan sangat cepat. Ris mengimbangi gerakan Ven dan melepaskan penisku dari mulutnya, sambil mengeluarkan erangan Ris berkata, “Ayo Ven gerakkan yang cepat.., ah.., uh”. Setelah itu Ven ejakulasi dan menekankan pantatnya rapat-rapat sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Ris. Dan pada saat hampir bersamaan Ris pun kembali mencapai orgasme. Tak lama Ven mencabut penisnya dan tidur telentang di samping Ris.

Aku kemudian duduk di kursi sofa yang ada di ruang tidur itu dan menarik Ris. Perlahan Ris jongkok di atasku dan mulai menurunkan vaginanya yang tampak membengkak ke arah kemaluanku (mungkin akibat barang Ven yang sangat besar itu). Dengan mudah penisku masuk ke dalam vagina Ris, maklum setelah cukup lama barang Ven yang besar itu keluar masuk, membuat vagina Ris agak melar. Walau demikian, aku tidak bisa menahan ejakulasi terlalu lama, mungkin akibat pengaruh situasi, tidak lama penisku memuntahkan cairan sperma di dalam vagina Ris, sampai meluber keluar.

Tampak Ven terbaring dengan lesu di ranjang dan aku di sofa. Tampaknya energi kami benar-benar terkuras. Sementara Ris kemudian pergi ke kamar mandi, untuk pipis dan membersihkan sisa-sisa spermaku di vaginanya. Kira-kira setengah jam kami beristirahat, Ris berinisiatif mengulum kemaluan Ven yang masih mengkerut. Sementara aku hanya memperhatikan. Tidak lama, kemaluan Ven mulai membesar lagi setelah beberapa saat dikulum. Ris kemudian mengangkangkan kakinya di atas Ven yang telentang tidur dan menghadapkan wajahnya ke arah penis Ven. Ven kemudian menjilati vagina Ris sampai ke lubang anusnya, dan Ris sendiri sibuk mengulum dan menghisap penis Ven. Melihat pemandangan ini, kemaluanku pun mulai menegang kembali.

Tak lama Ris bangun dan duduk di atas Ven, kemudian Ris memasukkan penis Ven ke vaginanya dengan posisi Ris di atas. Ris menaik-turunkan pantatnya dengan bibir vagina mencengkeram penis Ven dengan erat. Ketika Ris menaikkan pantatnya, bibir vaginanya turut tetarik keluar mencengkeram kemaluan Ven. Sungguh pemandangan yang sangat mengairahkan. Makin lama gerakan Ris makin cepat dan tak lama Ris tampak mencapai orgasmenya dan menekankan pantatnya kuat-kuat sehingga penis Ven masuk seluruhnya. Setelah itu Ris menarik pantatnya dan jongkok di tepi ranjang sambil mengulum kemaluan Ven. Sementara vaginanya mengarah ke arahku. Melihat pemandangan demikian, aku memasukkan penisku ke vagina Ris dari belakang, sementara mulutnya sibuk mengulum kemaluan Ven keluar masuk.

Kira-kira sepuluh menit kemudian, Ris kembali mencapai orgasmenya dan aku rasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat. Tak lama aku pun kembali mencapai ejakulasi. Setelah itu Ris mengelap sisa air maniku yang tertinggal di mulut vaginanya dengan handuk kecil, Ris kemudian berbaring di ranjang dan Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris.

Setelah hampir satu jam, dan Ris telah mencapai dua kali orgasme lagi, barulah Ven pun mencapai orgasmenya, namun kali ini Ven mengeluarkan penisnya dari vagina Ris, sehingga spermanya muncrat ke payudara dan perut Ris. Sambil tersenyum Ris membalurkan sperma tsb ke seluruh dada dan perutnya, untuk menikmati kehangatannya. Setelah itu Ris kemudian mengelapnya dengan handuk kecil. Sementara Ven tampak kelelahan namun sangat menikmati. Ven kemudian mencium bibir Ris, istriku dan memeluknya. Ris berkata bahwa ia sangat menikmati malam itu dan tersenyum manis kepadaku. Kemudian mereka berdua tertidur di ranjang dengan tubuh telanjang, sementara aku tertidur kelelahan di atas sofa.

Kisah Taro – Guru Private Menjadi Sasaran Pemuas Nafsuku

TAROSLOT Guru Private Menjadi Sasaran Pemuas Nafsuku, Di sekolah yang baru pun aku tak bisa tenang karena salah seorang satpamnya sering menjahilin aku. Kadang menggoda-goda, bahkan pernah sampai menyingkap rokku ke atas dari belakang. Sampai pada puncaknya, aku digiring ke gudang sekolah dengan alasan dipanggil oleh salah seorang guru. Untung saja waktu itu seorang temanku tahu gelagat tak beres yang tampak dari si Satpam brengsek itu. Ia dan beberapa teman lain segera memanggil guru-guru ketika aku sudah mulai terpojok. Aku selamat dan satpam itu meringkuk sebulan di sel pengap.

Dua kali menjadi korban percobaan pemerkosaan, orang tuaku segera mengadakan upacara ruwatan. Walaupun papa mamaku bukan orang Jawa tulen (Tionghoa), tapi mereka percaya bahwa upacara ruwatan bisa menolak bahaya.

Selama dua tahun aku baik-baik saja. Tak ada lagi kejadian percobaan pemerkosaan atas diriku. Hanya kalau colak-colek sih memang masih sering terjadi, tapi selama masih sopan tak apalah. Tapi ketika aku duduk di bangku kelas tiga esemu. Kejadian itu terulang lagi. Teman sekelasku mengajakku berdugem ria ke diskotik. Aku pikir tak apalah sekali-kali, biar nggak kuper. Ini kan Jakarta, pikirku saat itu. Aku memang tak ikut minum-minum yang berbau alkohol, tapi aku tak tahu kalau jus jeruk yang aku pesan telah dimasuki obat tidur oleh temanku itu. Waktu dia menyeretku ke mobilnya aku masih sedikit ingat. Waktu dia memaksa menciumku aku juga masih ingat. Lalu dengan segala kekuatan yang tersisa aku berusaha berontak dan menjerit-jerit minta tolong. Aku kembali beruntung karena suara teriakanku terdengar oleh security diskotik yang kemudian datang menolongku.

Sejak itu aku merasa tak betah tinggal di Jakarta. Akhirnya aku segera dipindahkan ke Yogyakarta, tinggal bersama keluarga tanteku sambil terus melanjutkan sekolah. Awalnya ketenangan mulai mendatangiku. Hidupku berjalan secara wajar lurus teratur. Tanpa ada gangguan yang berarti, apalagi gangguan kejiwaan tentang trauma perkosaan. Aku sibuk sekolah dan juga ikutan les privat bahasa Inggris.

Baca juga: Cerita Dewasa Ngentot Dengan Tante Fenny

Tapi memasuki bulan kelima peristiwa itu benar-benar terjadi. Aku benar-benar diperkosa. Dan yang lebih kelewat batas. Bukannya lelaki yang memperkosaku, tapi wanita. photomemek.com Yah, aku diperkosa lesbian!! Dan lebih menyakitkan, yang melakukannya adalah guru privatku sendiri. Namanya Jude Kofl. Umurnya 25 tahun, tujuh tahun diatasku. Ia orang Wales yang sudah tujuh tahun menetap di Indonesia. Jadi Jude, begitu aku memanggilnya, cukup fasih berbahasa Indonesia. Jude tinggal tak sampai satu kilometer dari tempatku tinggal. Aku cukup berjalan kaki jika ingin ke rumah kontrakannya.

Kejadian itu bermula pada saat aku datang untuk les privat ke tempat Jude. Kadangkala aku memang datang ke tempat Jude kalau aku bosan belajar di rumahku sendiri, itupun kami lakukan dengan janjian dulu. Sebelum kejadian itu aku tidak pernah berpikiran macam-macam ataupun curiga kepada Jude. Sama sekali tidak! Memang pernah aku menangkap basah Jude yang memandangi dadaku lekat-lekat, pernah juga dia menepuk pantatku. Tapi aku kira itu hanya sekedar iseng saja.

Siang itu aku pergi ke tempat Jude. Ditengah jalan tiba-tiba hujan menyerang bumi. Aku yang tak bawa payung berlari-lari menembus hujan. Deras sekali hujan itu sampai-sampai aku benar-benar basah kuyup. Sampai di rumah Jude dia sudah menyongsong kedatanganku. Heran aku karena Jude masih mengenakan daster tipis tak bermotif alias polos. Sehingga apa yang tersimpan di balik daster itu terlihat cukup membayang. Lebih heran lagi karena Jude menyongsongku sampai ikut berhujan-hujan.

“Aduh Mel, kehujanan yah? Sampai basah begini..” sambutnya dengan dialek Britishnya.
“Jude, kenapa kamu juga ikut-ikutan hujan-hujanan sih, jadi sama-sama basah kan.”
“Nggak apa-apa nanti saya temani you sama-sama mengeringkan badan.”

Kami masuk lewat pintu garasi. Jude mengunci pintu garasi, aku tak menaruh kecurigaan sama sekali. Bahkan ketika aku diajaknya ke kamar mandinya, aku juga tak punya rasa curiga. Kamar mandi itu cukup luas dengan perabotan yang mahal, walau tak semahal milik tanteku. Di depanku nampak cermin lebar dan besar sehingga tubuh setiap orang yang bercermin kelihatan utuh.

“Ini handuknya, buka saja pakaian you. Aku ambilkan baju kering, nanti you masuk angin.”
Jude keluar untuk mengambil baju kering. Aku segera melepas semua pakaianku, kecuali CD dan BH lalu memasukkannya ke tempat pakaian kotor di sudut ruangan.

“Ini pakaiannya,”
Aku terperanjat. Jude menyerahkan baju kering itu tapi tubuh Jude sama sekali tak memakai selembar kain pun. Aku tak berani menutup muka karena takut Jude tersinggung. Tapi aku juga tak berani menatap payudara Jude yang besar banget. Kira-kira sebesar semangka dan nampak ranum banget, tanda ingin segera dipetik. Berani taruhan, milik Jude nggak kalah sama milik si superstar Pamela Anderson.

“Lho kenapa tidak you lepas semuanya?” tanya Jude tanpa peduli akan rasa heranku.
“Jude, kenapa kamu nggak pakai baju kayak gitu sih?”
Jude hanya tersenyum nakal sambil sekali-sekali memandang ke arah dadaku yang terpantul di cermin. Kemudian Jude melangkah ke arahku. Aku jadi was-was, tapi aku takut. Aku kembali teringat pada peristiwa percobaan pemerkosaanku.

Jude berdiri tegak di belakangku dengan senyum mengembang di bibir tipisnya. Jemarinya yang lentik mulai meraba-raba mengerayangi pundakku.
“Jude! Apa-apaan sih, geli tahu!”
Aku menepis tangannya yang mulai menjalar ke depan. Tapi secepat kilat Jude menempelkan pistol di leherku. Aku kaget banget, tak percaya Jude akan melakukan itu kepadaku.

“Jude, jangan main-main!” aku mulai terisak ketakutan.
“It’s gun, Mel and I tak sedang main-main. Aku ingin you nurut saja sama aku punya mau.” Ujar Jade mendesis-desis di telinga Jade.
“Maumu apa Jude?”
“Aku mau sama ini.. ini juga ha..ha..”
“Auh..”

Baca juga: Cerita Sex, Kenikmatan Bercinta Dengan Tanteku

Seketika aku menjerit ketika Cerita Dewasa Jude menyambar payudaraku kemudian meremas kemaluanku dengan kanan kirinya. Tahulah aku kalau sebenarnya Jude itu sakit, pikirannya nggak waras khususnya jiwa sex-nya. Buah dadaku masih terasa sakit karena disambar jemari Jude. Aku harus berusaha menenangkan Jude.
“Jude ingat dong, aku ini Melinda. Please, lepaskan aku..”
“Oh.. baby, aku bergairah sekali sama you.. oh.. ikut saja mau aku, yah..” Jude mendesah-desah sambil menggosok-gosokkan kewanitaannya di pantatku. Sedangkan buah dadanya sudah sejak tadi menempel hangat di punggungku. Matanya menyipit menahan gelegak birahinya.

“Jude, jangan dong, jangan aku..”
Muka Jude merah padam, matanya seketika terbelalak marah. Nampaknya ia mulai tersinggung atas penolakanku. Ujung pistol itu makin melekat di dekat urat-urat leherku.

“You can choose, play with me or.. you dead!”
Aah.. Dadaku serasa sesak. Aku tak bisa bernafas, apalagi berfikir tenang. Tak kusangka ternyata Jude orang yang berbahaya.
“Okey, okey Jude, do what you want. Tapi tolong, jangan sakiti aku please..” rintihku membuat Jude tertawa penuh kemenangan.

Wajah wanita yang sebenarnya mirip dengan Victoria Beckham itu semakin nampak cantik ketika kulit pipinya merah merona. Jude meletakkan pistolnya di atas meja. Kemudian dia mulai menggerayangiku.

Jude mulai mencumbui pundakku. Merinding tubuhku ketika merasakan nafasnya menyembur hangat di sekitar leherku, apalagi tangannya menjalar mengusap-usap perutku. Udara dingin karena CD dan BHku yang basah membuatku semakin merinding.

Jemari Jade yang semula merambat di sekitar perut kini naik dan semakin naik. Dia singkapkan begitu saja BHku hingga kedua bukit kembarku itu lolos begitu saja dari kain tipis itu. filmbokepjepang.com Setiap sentuhan Jade tanpa sadar aku resapi, jiwaku goyah ketika jari-jari haus itu mengusap-usap dengan lembut. Aku tak tahu kalau saat itu Jade tersenyum menang ketika melihatku menikmati setiap sentuhannya dengan mata tertutup.

“Ah.. ehg.. gimana baby sweety, asyik?” kata Jude sambil meremas-remas kedua buah dadaku.
“Engh..” hanya itu yang bisa aku jawab. Deburan birahiku mulai terpancing.
“Engh..” aku mendongak-dongak ketika kedua puting susuku diplintir oleh Jude “Juude..ohh..”

Aku tak tahan lagi kakiku yang sejak tadi lemas kini tak bisa menyangga tubuhku. Akupun terjatuh ke lantai kamar mandi yang dingin. Jude langsung saja menubrukku setelah sebelumnya melucuti BH dan CDku. Kini kami sama-sama telah telanjang bagai bayi yang baru lahir.

“You cantik banget Mel, ehgh..” Jude melumat bibirku.
“Balaslah Mel, hisaplah bibirku.”
Aku balas menghisapnya, balas menggigit-gigit kecil bibir Jude. Terasa enak dan berbau wangi. Jude menuntun tanganku agar menyentuh buah dadanya yang verry verry montok. Dengan sedikit gemetar aku memegang buah dadanya lalu meremas-remasnya.

“Ah.. ugh.. Mel, oh..” Jude mendesis merasakan kenikmatan remasan tanganku. Begitupun aku, meletup-letup gairahku ketika Jude kembali meremas dan memelintir kedua bukit kembarku.
“Teruslah Mel, terus ..”
Lalu Jude melepaskan ciumannya dari bibirku.
“Agh.. Oh.. Juude..”
Aku terpekik ketika ternyata Jude mengalihkan cumbuannya pada buah dadaku secara bergantian. Buah dadaku rasanya mau meledak.
“Ehg.. No!!” teriakku ketika jemari Jude menelusuri daerah kewanitaanku yang berbulu lebat.
“Come on Girl, enjoy this game. Ini masih pemanasan honey..”

Pemanasan dia bilang? Lendir vaginaku sudah mengucur deras dia bilang masih pemanasan. Rasanya sudah capek, tapi aku tak berani menolak. Aku hanya bisa pasrah menjadi pemuas nafsu sakit Jude. Walau aku akui kalau game ini melambungkan jiwaku ke awang-awang.

Jude merebahkan diri sambil merenggangkan kedua pahanya. Bukit kemaluannya nampak jelas di pangkal paha. Plontos licin. Lalu Jude memintaku untuk mencumbui vaginanya. Mulanya aku jijik, tapi karena Jude mendorong kepalaku masuk ke selakangannya akupun segera menciumi kewanitaan Jude. Aroma wangi menyebar di sekitar goa itu. Lama kelamaan aku menciuminya penuh nafsu, bahkan makin lama aku makin berani menjilatinya. Juga mempermainkan klitnya yang mungil dan mengemaskan.
“Ahh.. uegh..” teriak Jude sedikit mengejan.
Lalu beberapa kali goa itu menyemburkan lendir berbau harum.
“Mel, hisap Mel.. please..” rengek Jude.
Sroop.. tandas sudah aku hisap lendir asin itu.
Suur.. kini ganti vaginaku yang kembali menyemburkan lendir kawin.
“Jude aku keluar..” ujarku kepada Jude.
“Oya?” Jude segera mendorongku merebah di lantai. Lalu kepalanya segela menyusup ke sela-sela selakanganku.

Gadis bule itu menjilati lendir-lendir yang berserakan di berbagai belantara yang tumbuh di goa milikku. Aku bergelinjangan menahan segala keindahan yang ada. Jude pandai sekali memainkan lidahnya. Menyusuri dinding-dinding vaginaku yang masih perawan.
“Aaah..” kugigit bibirku kuat kuat ketika Jude menghisap klit-ku, lendir kawinkupun kembali menyembur dan dengan penuh nafsu Jude menghisapinya kembali.
“Mmm.. delicious taste.” Gumamnya.
Jude segera memasukkan batang dildo yang aku tak tahu dari mana asalnya ke dalam lubang kawinku.

“Ahh..!! Jude sakit..”
“Tahan sweety.. nanti juga enak..”

Jude terus saja memaksakan dildo itu masuk ke vaginaku. Walaupun perih sekali akhirnya dildo itu terbenam juga ke dalam vaginaku. Jude menggoyang-goyangkan batang dildo itu seirama. filmbokepjepang.com Antara perih dan nikmat yang aku rasakan. Jude semakin keras mengocok-ngocok batang dildo itu. Tiba-tiba tubuhku mengejang, nafasku bagai hilang. Dan sekali lagi lendir vaginaku keluar tapi kali ini disertai dengan darah. Setelah itu tubuhku pun melemas.

Air mataku meleleh, aku yakin perawanku telah hilang. Aku sudah tak pedulikan lagi sekelilingku. Sayup-sayup masih kudengar suara erangan Jude yang masih memuaskan dirinya sendiri. Aku sudah lelah, lelah lahir batin. Hingga akhirnya yang kutemui hanya ruang gelap.

Esoknya aku terbangun diatas rajang besi yang asing bagiku. Disampingku selembar surat tergeletak dan beberapa lembar seratus ribuan. Ternyata Jude meninggalkannya sebelum pergi. Dia tulis dalam suratnya permintaan maafnya atas kejadian kemarin sore. Dan dia tulis juga bahwa dia takkan pernah kembali untuk menggangguku lagi. Aku pergi dari rumah kontrakan terkutuk itu seraya bertekad akan memendam petaka itu sendiri

Kisah Taro – Bercinta Dengan Guru Bahasa Indonesiaku

TAROSLOT Bercinta Dengan Guru Bahasa Indonesiaku, Saat ini aku dapat berlatih di universitas yang aku minati, julukan aku Rendi, saat ini aku bermukim di Yogyakarta dengan sarana yang amat baik. Aku pikir aku lumayan asian buat bertugas sembari berlatih jadi aku berpendapatan besar.

Mulai dari reuni SMA aku di Jakarta. Sehabis itu, aku berjumpa dengan guru bahasa Indonesia aku, kita berdialog dengannya. Nyatanya Ms. Santi sedang amat bugat serta amat menarik. Penampilannya luar lazim, menggunakan rok kecil kencang, gamis tank maksimum alhasil lekuk badannya nampak sedemikian itu bening. Nyata ia sedang belia sebab kala aku di sekolah menengah ia merupakan guru paling muda yang membimbing di sekolah kita. Sekolah aku cuma terdiri dari 2 kategori, beberapa besar anak didik merupakan wanita. Aku berdialog lumayan lama dengan Ms. Santi, kita warnanya tidak mengetahui kalau durasi berjalan kilat alhasil para pengunjung wajib kembali. Kemudian kita berjalan mengarah gapura sembari berjalan melampaui ruang kategori tempat aku berlatih kala aku sedang di sekolah menengah.

Seketika Ms. Santi ingat kalau tasnya terabaikan di ruang kategori alhasil kita terdesak kembali ke kategori. Pada durasi itu nyaris jam 2 simpati malam, meninggalkan kita seorang diri. Lampu di tengah alun- alun didiamkan. Sesampainya di kategori, Ms. Santi mengutip tasnya, kemudian aku ingat gimana rasanya di kategori dengan sahabat. Benak aku sirna kala Santi memanggil aku.

Mengapa Rendi?

Ah… tidak apa- apa, saya menanggapi.( Sesungguhnya, atmosfer yang hening serta amat mengerikan membuat kemauan aku meluap paling utama kala terdapat Santi disebelah aku, membuat batin aku senantiasa berdebar- debar).

“ Mari, Rendi, mari kembali, saya hendak kehilangan pemindahan” tutur Bunda Santi.

Lebih bagus bunda turut saja ke mobil aku, aku jawab dengan raguragu.

Dapat kasih, Rendi.

Aku tidak terencana mengatakan perasaan aku pada Ms. Santi kalau aku menyukainya, Oh Tuhan, apa yang aku jalani, di dalam batin aku. Warnanya situasinya berkata suatu yang lain, Ms. Santi senyap serta langsung pergi dari kategori. Aku belingsatan serta berupaya memohon maaf. Bunda Santi nyatanya berpisah dari suaminya di Australia, tuturnya suaminya kembali ke negaranya. Aku terkesima dengan statment Ms. Santi. Kita menyudahi sejenak di depan kantornya serta setelah itu Nyonya Santi mengutip kunci serta berangkat ke kantornya, aku pikir kenapa tiba ke kantornya malam ini. Aku jadi terus menjadi mau ketahui serta masuk serta berarti buat membawanya kembali namun Ms. Santi menyangkal. Aku merasa tidak lezat kemudian menunggunya, aku melekap pundak Nyonya Santi, dengan kilat Santi mau menyangkal namun terdapat peristiwa tidak tersangka, Santi mengesun aku serta aku menanggapi.

Ohh, alangkah baiknya saya, kemudian saya kilat menciumnya dengan seluruh hasratku yang tersembunyi. Warnanya Ms. Santi tidak ingin takluk, ia menciumku dengan kemauan besar buat menginginkan kehangatan dari seseorang laki- laki. Saya dengan terencana melewati dadanya yang besar, Bunda Santi terengah- engah supaya kecupan kita jadi lebih panas serta setelah itu terdapat peperangan yang amat menggembirakan. Santi memainkan tangannya ke arah batang selangkangan aku alhasil aku amat terangsang. Setelah itu aku memohon Ny. Santi buat melepaskan bajunya, satu untuk satu kancing bajunya dibuka dengan halus, aku memandang dengan penuh antusias. Nyatanya perkiraan aku itu salah, dada kecil yang aku pikir nyatanya amat besar serta bagus, bra itu merupakan renda gelap dengan bentuk yang amat subbagian.

Jadi tidak adem, aku mengesun lehernya serta saat ini Ms. Santi separuh bugil, aku tidak mau lekas menelanjanginya, jadi aku lama- lama menikmati keelokan badannya. Aku melepas pakaian aku alhasil badan aku yang kokoh serta atletis membangkitkan antusiasme Ms. Santi, Rendi Aku pikir Bunda mau bercinta dengan kalian saat ini… Rendi, tutup pintunya dahulu, ia berbisik dengan suara sedikit bergetar, bisa jadi menahan hasrat yang pula mulai naik.

Tanpa diberitahu 2 kali, sedini cepat saya lekas menutup pintu depan. Pasti jadi kondisi yang nyaman serta teratasi. Sehabis itu aku kembali ke Ms. Santi. Saat ini aku nongkrong di depannya. Menggosok rok mininya serta meregangkan kakinya. Astaga, alangkah lembut kedua pukang. Basisnya nampak terkulai dibungkus celana gelap amat sedikit. Sembari mengesun pahanya, tangan aku menelusuri selangkangannya, meremas gohong serta klitorisnya yang pula besar. Lidah aku naik ke atas. Bunda Santi berjalan dengan gembira sembari mendesah halus. Kesimpulannya jilatan aku hingga di akar pahanya.

Baca juga: Kenikmatan Bercinta Dengan Pacar Kakak

Apa yang kalian mau, bro, ia menanya dengan halus sembari menggenggam kapal aku eraterat.

Ooo oh.. oh.., desing kecapekan Ms. Santi kala lidahku mulai main di gohong kesenangannya. Ia nampak aman walaupun sedang dibatasi oleh busana dalam.

Aku tingkatkan serbuan itu. Aku membebaskan celana. Saat ini rahasianya terdapat di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris besar cocok dengan impian aku. Di dekat rambutnya tidak sedemikian itu tebal. Lidah aku setelah itu diputar di bibir kemaluannya. Peresmian itu mulai masuk ke dalam dengan aksi melingkar yang membuat Santi lebih aman, hingga ia wajib mengangkut pinggulnya. Aahh, kalian amat cerdas. Berlatih dari mana hh

Tanpa sungungan Santi mengesun bibirku. Setelah itu tangannya memegang celana aku yang muncul sebab batang dari selangkangan yang berdiri, meremasnya buat sedangkan durasi. Alangkah halus ciumannya, walaupun sedang polos. Aku mengulurkan lidah serta membawakannya di dalam mulutnya. Saya menggelikan lidahnya hingga ia nampak semacam ia ingin. Awal mulanya Santi kelihatannya memberontak serta membebaskan diri, namun aku tidak membiarkannya berangkat. Mulutku semacam melekat di mulutnya. Uh, kalian berpengelaman sekali. Dengan siapa? Kekasih Kamu?, Beliau menanya di antara kecupan kecil yang berapi- api serta mulai buas. Aku tidak menanggapi. Tanganku mulai main dengan kedua payudaranya yang menarik. Janganlah goda saya, saya membebaskan bra. Saat ini ia bugil dada. Tidak puas, aku langsung merendahkan rok mininya. Saat ini ia bugil. Alangkah senangnya memandang badannya. Putih padat, cepat serta lembut.

Tidak seimbang. Kalian pula wajib bugil… Ms. Santi melepaskan bajuku, celanaku, serta kesimpulannya celana dalamku. Batang berdiri dari selangkangan aku langsung timbul. Tanpa diperintahkan kita jatuh ke lantai, berguling, silih menumpang bertumpukan. Aku memandang ke dasar di selangkangannya, mencari dasar kesenangannya. Tanpa maaf mulut serta lidah aku melanda wilayah itu dengan buas. Ms. Santi mulai menghasilkan jeritan menahan menahan kenikmatan. Nyaris 5 menit kita menikmati perlombaan. Berikutnya aku merangkak naik. Sorong poros ke mulutnya.

Isaplah ibuu… Tanpa menunggu balasan, saya lekas meletakkan batang selangkanganku ke mulut mungilnya. Awal mulanya kira- kira sulit, namun lambat- laun ia dapat membiasakan supaya tidak lama sehabis batang akar pukang masuk ke gerong mulutnya. Apalagi, terdapat kenikmatan tidak tara… Sepanjang ini, gimana dengan suami yang main seks?, aku menanya sembari meremas payudaranya. Bunda Santi tidak menanggapi. Ia justru melepas batangku dari mulutnya serta kembali mengesun bibirku dengan penuh antusiasme. Tanganku bergantian memainkan kedua payudaranya yang elastis serta selangkangan berair. Aku ketahui, ia sudah rancu. Tetapi saya terencana membiarkannya jadi penasaran sendiri.

Namun lambat- laun aku tidak kuat pula, batang perlengkapan kemaluan aku pula mau lekas mendongkrak lubang kenikmatan. Setelah itu dengan kilat aku memusatkan batang aku mengarah selangkangannya. Kala mulai mendobrak lubang kenikmatan, aku merasa badan Santi lebih bergetar. Ohh, ia mendesah kala sedikit untuk sedikit batang kemaluanku masuk ke lubang memeknya. Sehabis seluruh batang aku masuk, aku lekas bergoyang- goyang di atasnya. Aku lebih terangsang oleh jeritan kecil, memekik serta 2 buah dada yang berasosiasi dengan bergetar.

3 menit sehabis aku berayun, Santi mencocokkan kakinya ke pinggang aku. Pinggulnya terangkat. Kayaknya ia hendak orgasme. Aku tingkatkan energi sorong batang selangkangan aku. Ooo ahh hmm sshhh, santi mendesah dengan badan bergetar menahan kebahagiaan pucuk yang ia miliki. Aku membiarkan ia menikmati orgasme buat sedangkan durasi. Saya mengesun pipinya, jidat, serta semua mukanya yang berkeringat. Saat ini Ms. Santi berputar. Naik di atas meja… saat ini kita main di atas meja ok! Aku menata badannya serta Ms. Santi bagi. Ia saat ini bertumpu pada siku serta kakinya. Apa style ini?, Tanyanya.

Sehabis sedia, aku mulai tingkatkan serta mengguncangkan badannya dari balik. Bunda Santi berteriak lagi serta mendesah pada kenikmatan tidak tara, yang bisa jadi tidak sempat didapatnya dari suaminya. Sehabis ia orgasme 2 kali, kita rehat.

Jenuh?, Aku menanya. Kamu seorang diri. Hingga saya mau memusnahkan tulangku.

Tetapi ini lezat, bu…, saya menanggapi sembari kembali buat meremas payudaranya yang menggemaskan.

Betul, aku letih. Tetapi bantu lagi, aku mau masuk supaya mani aku pergi. Di mari aku tidak kuat lagi dengan batang selangkangan aku. Saat ini Ms. Santi terdapat di atas, kataku sembari membiasakan letaknya.

Aku tiduran serta ia bersandar di pinggang aku. Aku membimbing tangannya buat menggenggam batang aku buat masuk ke selangkangannya.

Sehabis merambah badannya, saya turun cocok dengan ototku dari dasar. Ms. Santi kaget menjajaki aksen ayunan aku yang terus menjadi kilat serta kilat. Payudaranya yang berasosiasi dengan ayunan menaikkan antusiasme aku. Terlebih diiringi dengan erangan serta jeritan saat sebelum orgasme. Kala ia menggapai orgasme, saya tidak memiliki apa- apa. Aku lekas mengganti posisi ke style konvensional. Bunda Santi berserah serta saya menembaknya dari atas. Dekat puncak aku tingkatkan gelombang serta kecekatan perlengkapan kemaluan selangkangan. Oh Santi, aku mau pergi dari mari ahh.. Tidak lama sehabis itu mani aku bersimbur ke lubang kenikmatan. Ms. Santi yang setelah itu beliau pula menjajaki puncak. Kita berpelukan akrab. Saya merasakan lubang kenikmatan sedemikian itu hangat mencubit batang kemaluanku. 5 menit lagi kita bebas semacam itu.

Kita berciuman, silih dekap serta meremas bokong satu serupa lain. Semacam puas puas merasakan kenikmatan yang terkini saja kita rasakan. Sehabis itu kita berbenah serta kembali ke rumah aku sebab Santi wajib berangkat membimbing esok harinya serta aku dapat menjemput petang hari.

Petang datang, Bunda Santi aku jemput dengan mobil aku. Kita makan di plaza serta sehabis berakhir makan kita mengarah ke mobil kita di tempat parker mall. Di tempat parkir itu kita berperan lagi, aku mulai mengesun lehernya. Bunda Santi mendongak sembari menutup matanya, serta tanganku mulai meremas payudaranya. Napas Santi terus menjadi terengah- engah, serta tangan aku masuk di antara pahanya. Celana dalamnya berair, serta jariku menyapu bagian yang membayang. Uuuhh… mmmhh… Ms Santi mengguncangnya, tetapi antusiasme aku sudah datang di ubunubun serta aku sudah membuka menuntut busana serta rok mininya.

Aaahh…! Ms Santi dalam posisi yang menantang di bangku balik mengenakan bra merah serta CD merah. Aku lekas mengesun putingnya yang besar serta sedang terbungkus bra subbagian, bergantian kiri serta kanan. Tangan Santi mengelus bagian balik kepala aku serta tertahan- tahan membuat aku terus menjadi tidak sabaran. Saya melepas celana dalamnya, serta busut kemaluannya timbul. Aku lekas menimbun kepala aku di tengah 2 pukang. Ehhh, mmmhh… Tangan Santi meremas bangku mobil aku serta pinggulnya bergerak kala bibir kemaluannya dipeluk. Sesekali lidahku beranjak ke perutnya serta menjilatnya lama- lama.

Ooohh… aduuhh… Bunda Santi mengangkut punggungnya kala lidahku menyelinap di antara bagian kelaminnya yang sedang amat cepat. Lidah aku beranjak dari atas ke dasar serta bibir perlengkapan kemaluan mulai terbuka. Sesekali lidahku menyapu klitorisnya yang membuat badan Bunda Santi meloncat serta nafas Bunda Santi semacam lagi dikisahkan. Tanganku naik ke dadanya serta meremas 2 busut di dadanya. Putingnya membengkak serta membeku. Kala aku menyudahi menjilati serta mengisap, Santi tergeletak terengah- engah, matanya tertutup. Aku bergegas membuka seluruh busana aku, serta penis aku diulurkan ke lelangit, aku membaringkannya di pipi Santi. Mmmhh, mmmhh… Ooohhm… Kala Ms. Santi membuka bibirnya, saya menekan kepala penisku, saat ini ia mulai menghirup. Tanganku bergantian meremas dadanya serta membelai kemaluannya. Oouuuh, Ny. Santi, enaknyaa ahhh, saya memekik.

Bunda Santi lalu mengisap batang aku sedangkan tangannya menyikat lubang kenikmatannya yang pula sudah terhenti sebab ia terangsang buat mencermati batang selangkangan aku yang sedemikian itu besar serta kokoh untuknya. Nyaris 20 menit ia mengisap batang kemaluanku serta lekas aku merasakan suatu di dalam batang mau melompat pergi. Bunda Santi… ooohh… ohhhh, saya berteriak. Ia paham kalau bila aku mau pergi, hingga ia menguatkan hisapnya serta sembari menekan lubang kenikmatannya, aku memandang ia berkedut serta matanya tertutup, kemudian… Creet.., suuurr… ssuuur..

Oughh… Rendi… lezat… erangan terhambat sebab mulutnya diisi oleh batang selangkanganku. Serta sebab isapannya sangat kokoh, aku kesimpulannya tidak kuat dentuman serta sembari memegangi kepalanya, aku menumpahkan surai aku ke dalam mulutnya, Crooot, croott, crooot, banyak curahan aku di mulutnya.

Aaahkk… ooough, saya bilang puas. Saya sedang belum merasa lesu serta sedang sanggup lagi, saya hendak naik ke atas badan Bunda Santi serta bibirku memusnahkan bibirnya. Aroma penisku terdapat di mulut Ny. Santi serta aroma mulut Nyonya Santi di mulutku, beralih kala lidah kita terangkai. Dengan tangan, saya menggesek kepala penisku ke antara di selangkangan Ms. Santi, serta sesaat setelah itu merasakan tangan Santi menekan pantatku dari balik. Ohm, masukannnlahhh… augh… masuklah

Lambat- laun selangkanganku mulai menerobos ke dalam gohong kemaluannya serta Ms. Santi terus menjadi mendesah dalam napasnya. Lekas kepala penisku ditahan kembali oleh suatu yang elastis. Dengan satu tahap, obati halangan. Ms. Santi berteriak sedikit. Saya menekan lebih dalam serta mulutnya mulai berkicau, Ups, bro… yeah, kemudian, kemudian… mmmhh, oh yeah, baik… Rendi

Aku melingkarkan tangan aku di punggung bunda aku, kemudian membalikkan kedua badan kita alhasil Nyonya Santi saat ini bersandar di pinggul aku. Nampak penisku melekat ke akar ayam kepunyaannya. Tanpa butuh diajari, Ms. Santi lekas menggerakkan pinggulnya, sedangkan jari- jariku bergantian meremas serta menyapu payudaranya, klitoris serta pinggulnya, serta kita pula berkompetisi buat menggapai pucuk.

Sehabis sebagian durasi, aksi pinggul Ms Santi jadi terus menjadi edan serta ia menundukkan tubuhnya dengan bibir kita sirna cair. Tangannya mencapai rambutku, serta kesimpulannya pinggulnya menyudahi tersentak. Terasa semacam larutan hangat di semua batang selangkangan aku. Sehabis badan Santi tenang, aku mendorongnya ke punggungnya, serta sembari menekannya, aku mengejar pucuk orgasme aku sendiri. Kala aku menggapai puncak, Bunda Santi nyata merasakan basut air aku di lubang kenikmatannya, serta ia meringik lemas serta merasakan orgasme keduanya. Buat durasi yang lama kita senyap, terengah- engah, serta badan kita yang berair oleh keringat sedang beranjak bersama- sama bergeseran, merasakan kenikmatan orgasme.

Kisah Taro – Demi Nilai Aku Rela Puaskan Nafsu Dosen

TAROSLOT Demi Nilai Aku Rela Puaskan Nafsu Dosen, Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Herianto berada.

“Winda…”, sebuah suara memanggil.

“Hei Ratna!”.

“Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.

“Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?”.

“Idih jahat banget!”.

“Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!”.

“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu. Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.

“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.

“Selamat siang pak!”.

“Selamat siang, kamu siapa?”, tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.

“Saya Winda…!”.

“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.

“Iya benar pak.”

“Saya tidak ada waktu, nanti hari Minggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.

“Ada lagi?” tanya dosen itu.

“Tidak pak, selamat siang!”

“Selamat siang!”.

Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh!

Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Herianto, dosen berengsek itu.

Rumah Pak Herianto terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.

“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Herianto sendiri.

“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.

“Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Herianto ramah.

“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.

Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.

Rumah Pak Herianto tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.

“Gimana sudah siap?”, tanya pak Herianto mengejutkan aku dari lamunannya.

“Eh sudah pak!”

“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…, kalau…!”

“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Herianto sudah menuburuk tubuhku.

“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.

“Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.

Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Herianto.

“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Herianto.

Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakiku pun terasa gemetar.

Pak Herianto seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Herianto, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.

Merasa mendapat angin kini tangan Pak Herianto bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.

Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.

Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Herianto melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.

Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Herianto berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.

“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak Herianto mengagumi kecantikanku.

Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.

Dengan lembut Pak Herianto mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.

Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.

“Pak…!”, rintihku memelas.

“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Herianto. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.

“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Herianto melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Herianto keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?

Tiba-tiba Pak Herianto melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.

Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Herianto ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.

Beberapa saat kemudian Pak Herianto melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Herianto yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.

Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak mem*kik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.

Pak Herianto cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.

Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Herianto menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Herianto menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.

Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Herianto yang super itu, dan ini makin membuat Pak Herianto tergila-gila.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Herianto membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Herianto. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.

Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang mem*kik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi…,

ku mem*kik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah

Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Herianto kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Herianto yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.

Namun beberapa saat kemudian, Pak Herianto mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.

Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.

Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.

Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.

“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda liar!” kata Pak Herianto penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.

Pak Herianto kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.

Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.

“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut laki-laki itu pendek.

“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak puas.

“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Herianto.

Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi aku pun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.

“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Herianto hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.

Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Herianto, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.

“Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.

“Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek.

“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!”.

“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.

“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.

“Masuklah Winda…”.

“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih mencoba menolak dengan halus.

“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Herianto saja kau mau!”.

Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.

“Da…,Darimana kau tahu?”.

“Nah, jadi benar kan…, padahal aku tadi hanya menduga-duga!”

“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.

Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.

Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.

“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah mendesak.

Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Herianto, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.

Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.

“Ke mana kita?”, tanyaku hambar.

“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”, tanya Dino pura-pura heran.

“Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.

“Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!”, Dia berkomentar.

“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.

“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!”, pancing Dino.

“Sesukamulah…!”, Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.

Dino tertawa penuh kemenangan.

Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.

Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.

Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.

Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata “lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.

Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.

Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.

Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.

Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.

“Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?”.

“Kurang ajar kau Dino!” Aku mengumpat sekenanya.

Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, “Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”

Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.

Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.

“Harum!”, katanya.

Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.

“36B!”, katanya pendek.

Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.

“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”, katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.

Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.

“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”

Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.

Dino rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.

Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.

Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.

Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.Cerpen Sex

“Winda…”,

“Ya?”,

“Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.

“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.

Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.

“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.

Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.

Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.

Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.

Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.

Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.

Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.

Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.

Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku mem*kik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.

Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.

Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.

Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.

Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.

Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.

Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.

Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.

Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.

Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.

Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.

Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya

Dengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.

Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.

Aku berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.

“Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?” tanyaku pada Dino.

Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.

Di sana aku mandi berendam air panas sambil menangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.

Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.

Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.