Arsip Tag: Cerita Sex Selingkuh

Kisah Taro – Gairah Nafsu di Tempat Pijit Plus-Plus

TAROSLOT Gairah Nafsu di Tempat Pijit Plus-Plus, Kurasa hampir semua orang pasti pernah merasakan dipijat, apa lagi para laki-laki hidung belang seperti sebagian besar pembaca cerita mesum. Kurasa sebagian besar dari mereka pasti punya langganan pemijat di panti-panti pijit plus yang menjamur di mana-mana.

Itulah enaknya jadi kaum laki-laki, ibaratnya seperti iklan minuman ringan, bisa di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Ini berbeda sekali dengan kaumku, kalau badan pegal harus susah payah cari mbok pemijat yang belum tentu ada di setiap tempat, apa lagi di kota besar seperti Surabaya ini.

Biasanya kalau badanku terasa pegal-pegal, kuminta bantuan adikku untuk memijatnya. Kadang kami bergantian saling pijat. Tetapi hari ini rumahku sedang kosong. Adikku masih kuliah sedangkan orang tuaku belum pulang dari tugas rutinnya mencari nafkah.

Hari ini aku agak sedikit kurang enak badan. Terasa sekali badanku pegal-pegal, namun di rumah sedang tidak ada siapa-siapa. Kucoba bertanya kepada tetangga kanan kiri barangkali ada yang tahu kalau-kalau ada tetangga sekitar yang bisa memijat.

Sebenarnya aku tahu bahwa di ujung gang sana ada seorang tukang pijat yang terkenal di sekitar rumahku, tapi laki-laki, namanya Pak Mat. Tidak bisa kubayangkan bahwa tubuh molekku ini bakal dipijat oleh seorang tukang pijat laki-laki, bisa-bisa yang dipijat nanti hanya di daerah-daerah tertentu saja.

Akhirnya aku dapatkan juga seorang tukang pijat wanita. Namanya Mbak Tun yang rumahnya juga tidak begitu jauh dari rumahku. Kucoba untuk mendatangi rumah Mbak Tun yang jaraknya hanya sekitar dua ratus meter dari rumahku. Kebetulan Mbak Tun ada di rumah dan bersedia datang ke rumah untuk memijatku. setelah berganti pakaian dan membawa sedikit perlengkapannya, Mbak Tun mengikutiku pulang.

Mbak Tun usianya masih relatif muda, hanya sedikit lebih tua dariku. Perkiraanku Mbak Tun saat ini berusia sekitar 35 tahun. Namun di usianya yang relatif masih muda itu Mbak Tun sudah menjanda. Ia hidup bersama ibunya, satu-satunya orang tuanya yang masih tersisa.

Mbak Tun sudah 6 tahun bercerai dengan suaminya yang telah kawin lagi dengan wanita lain karena perkawinannya dengan Mbak Tun tidak dikaruniai anak. Cerita tentang Mbak Tun ini kuperoleh dari Mbak Tun sendiri saat memijat tubuhku. Sambil memijat Mbak Tun bertutur tentang kehidupannya padaku.

Walau tinggal di Surabaya, Mbak Tun tetap seperti layaknya orang udik, pengalamannya masih sedikit sekali soal dunia modern, namun untuk urusan sex sepertinya Mbak Tun punya cerita tersendiri. Semuanya akan kukisahkan pada ceritaku kali ini.

Sesampai di rumahku, Mbak Tun kuajak langsung masuk ke kamarku yang sejuk ber-AC. Suhu udara di luar sana bukan main panasnya, beberapa bulan terakhir ini kota Surabaya memang sedang dilanda cuaca panas yang luar biasa, konon panasnya mencapai 37 derajat celcius.

Kubuka kancing hemku dan kutanggalkan hingga bagian atas tubuhku yang mulus terpampang dengan jelas sekali. Payudaraku tampak segar dan ranum dengan ujung puting susuku yang bersih berwarna merah muda sedikit kecoklatan. Rok miniku juga kutanggalkan.

Kini tubuhku sudah hampir telanjang bulat, hanya tersisa CD yang kukenakan. Mata Mbak Tun tampak terkagum-kagum pada bentuk tubuhku yang ramping dan sexy, terlebih saat melihat bentuk CD-ku yang mini itu. Aku saat itu memakai G String berenda yang ukuran rendanya tak lebih dari seukuran satu jari melingkari pinggangku, selebihnya sepotong rendah yang tersambung di belakang pinggangku, turun ke bawah melewati belahan pantatku, melingkari selangkanganku hingga ke depan.

Tepat di bagian vaginaku, terdapat secarik kain berbentuk hati kecil yang keberadaannya hanya mampu menutupi bagian depan liang vaginaku. Lalu aku tengkurap di tempat tidur dengan hanya memakan CD. Mbak Tun mulai memijat telapak kaki, mata kaki, betis, naik lagi ke pahaku.

Awalnya aku biasa-biasa saja, pijatan tangannya juga terasa pas menurutku, tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu keras yang dapat menyebabkan terasa lebih sakit setelah di pijit plus. Menurutku, cara memijat Mbak Tun cukup baik. Setelah memijat kaki kanan, kini Mbak Tun berpindah memijat kaki kiriku, urutannya seperti tadi. Kini giliran pahaku bagian atas yang di pijit plus juga kedua belahan pantatku.

“Mbak! CD-nya kok modelnya lucu ya?” tanya Mbak Tun lugu mengomentari bentuk CD-ku.
“Emangnya kenapa Mbak Tun?” tanyaku padanya.

“Oh enggak Mbak! Kalau dipakai kok seperti tidak pakai CD aja ya? Bokong (pantat) Mbak tetap kelihatan, dan bagian depannya, jembut (bulu kemaluan) Mbak juga kelihatan, Hii.. Hii.. Hii..! Kalau aku sih tidak berani pakai CD yang model begitu”, oceh Mbak Tun masih mengomentari bentuk CD yang kupakai saat itu.

Sambil mengngoceh dan bercerita, tangan Mbak Tun tetap memijat pahaku. Yang kini dapat giliran adalah pahaku bagian atas, tepatnya di daerah pangkal paha dan belahan pantatku. Aku sengaja tidak menjawab ocehannya karena aku ingin menikmati pijit plus nya. Sambil sedikit tiduran, mataku kupejamkan saat dipijat Mbak Tun.

Letak kedua kakiku dibentangkan terpisah agak lebar sehingga posisi pahaku terbuka. Mbak Tun memijat bagian dalam pahaku yang bagian atas dekat selangkanganku hingga aku merasakan sedikit geli, tapi enak sekali. Selain pegalku di bagian kaki dan paha mulai sedikit berkurang, aku juga mulai merasakan horny,

apa lagi saat jari-jari Mbak Tun memijat bagian pangkal pahaku. Jarinya sempat menyentuh gundukan vaginaku hingga rasanya ujung CD-ku mulai lembab. Untungnya Mbak Tun sudah mulai pindah posisi memijat punggungku, naik ke leher dan berakhir di kepalaku.

Selesai memijat bagian belakang tubuhku, Mbak Tun mengambil body lotion dan dioleskannya ke kaki dan pahaku. Rasanya sedikit dingin saat mengenai kulitku. Kalau tadi memijat, kini Mbak Tun ganti mengurut tubuhku mulai dari telapak kaki, betis hingga pahaku. Kembali saat mulai mengurut pahaku bagian atas aku merasa geli, terlebih saat paha bagian dalamku yang diurut olehnya.

“Mbak! CD-nya dilepas aja ya, toh percuma pakai CD cuma sepotong begitu, lagian kita kan sama-sama wanita dan tidak ada orang lain di kamar ini, soalnya nanti kena hand body nyucinya susah”, pinta Mbak Tun padaku.

Tanpa menjawab, kumiringkan sedikit tubuhku sambil sedikit membungkuk. Kubuka CD-ku dan kulepas dengan bantuan ujung kakiku. Kini aku telah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku. Posisiku kembali tengkurap menunggu tangan Mbak Tun kembali mengurut tubuhku.

Mbak Tun kembali ke tugasnya mengurut bagian bawah tubuhku yang sudah dilumuri body lotion tadi. Jarinya kembali bersarang di pangkal pahaku bagian dalam, sambil sekali-sekali mengurut kedua gundukan pantatku. Aku tidak hanya merasakan pegalku mulai berkurang, namun aku juga merasakan seperti ada suatu rangsangan tersendiri menyerang tubuhku bagian bawah.

Mulutku menggigit bantal yang kupakai untuk menopang daguku saat tengkurap karena menahan rasa geli di selangkanganku, manakala jari tangan Mbak Tun menyentuh bibir vaginaku. Terkada sentuhannya masuk lebih dalam lagi hingga menyentuh celah belahan bibir vaginaku.

Terus terang liang vaginaku mulai bawah hingga cairan bening tak terbendung mulai membasahi liang dan dinding dalam vaginaku. Saat mengurut gundukan pantatku, seakan dengan sengaja jari Mbak Tun disentuhkannya ke vaginaku kembali hingga ujung jarinya sempat menyenggol ujung klitorisku.

Aku jadi tersiksa sekali karena menahan hasrat birahi yang timbul akibat sentuhan tangan dan jari Mbak Tun saat memijat dan mengurut bagian bawah tubuhku. Untungnya urutan Mbak Tun segera pindah ke punggungku, terus naik ke leher dan kembali berakhir di kepalaku.

Kalau di bagian atas tubuhku, aku masih tidak merasakan suatu rangsangan seperti tadi. Namun rupanya setelah selesai memijat kepalaku, Mbak Tun kembali memijat dan mengurut kedua bongkahan pantatku, yang tentunya pangkal pahaku kembali menjadi sasarannya pula.

Aku tak kuasa menolak, karena selain kupikir Mbak Tun toh juga seorang wanita, dan juga normal karena pernah bersuami walau sudah lama bercerai. Aku toh akhirnya juga menikmati semua sentuhan tidak disengaja maupun mungkin disengaja saat jari-jari tangannya mengusap bagian luar vaginaku. Sampai akhirnya aku benar-benar tidak tahan lagi.

“Sudah! Cukup! Terima kasih ya Mbak”, ujarku akhirnya.
“Kok sudah toh Mbak?”, Tanya Mbak Tun padaku.

“Bagian depannya belum diurut lho! Ayo telentang Mbak, kuurut sebentar perutnya supaya ususnya tidak turun”, tambah Mbak Tun dengan sedikit memerintah.

Herannya aku menurut juga. Dan lalu aku pun telentang di hadapan Mbak Tun. Mbak Tun mulai kembali mengolesi body lotion ke bagian dada dan perutku. Mbak Tun langsung mengelus bagian atas dadaku dekat leher sedang jarinya mengurut ke bawah ke arah payudaraku. Kemudian area sekitar payudaraku juga diurut lembut mirip elusan. Aku yang sudah horny sejak tadi jadi lebih blingsatan lagi hingga akhirnya aku tidak tahan untuk tidah mengaduh.

“Aduuh! Geli Mbak!” protesku, tapi Mbak Tun diam saja sambil terus mengurut pinggiran payudaraku.

Kemudian perutku diurut dari setiap penjuru mengarah ke pusar. Kini giliran pahaku diurut oleh Mbak Tun. Cara mengurutnya naik ke atas menuju pangkal paha, letak kakiku dipisahkan agak lebar sehingga posisiku lebih terkangkang lagi. Mbak Tun terus mengurut pahaku. Saat mengurut bagian dalam pahaku, aku menggeliat tak karuan.

Kemudian Mbak Tun mengurut mulai tepat di atas vagina menuju pusarku. Katanya ini adalah untuk menaikkan usus dalam perutku agar supaya tidak turun ke bawah. Aku diam saja tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, terus terang pijit plus nya memang enak hingga pegal yang ada di tubuhku sedah tidak terasa lagi. Namun selain itu aku juga mendapatkan rangsangan seksual dari cara Mbak Tun mengurutku.

“Sudah, sekarang yang terakhir” kata Mbak Tun sambil membuka lebar pahaku.

Mbak Tun berpindah posisi duduknya. Kini dia berjongkok tepat di hadapan selangkanganku yang terkangkang lebar. Kedua tangannya secara bersamaan mengurut kedua pahaku, dari arah lutut menuju selangkangan hingga aku jadi menggeliat tidak karuan menahan geli.

Kemudian kedua ibu jarinya mengurut-urut celah lipatan selangkangan dekat vaginaku dengan cara mengurutnya dari bawah ke atas terus berulang-ulang. Bibir vaginaku menjadi saling gesek karenanya hingga rangsangan dahsyat melanda bagian bawah tubuhku dan akhirnya aku tak kuasa lagi mengendalikan nafsu birahiku sendiri hingga tanpa perlu merasa malu lagi pada Mbak Tun, jariku kuarahkan ke klitorisku dan terus kugosok-gosokkan sambil mengangkat dan menggoyang-goyang pantatku.

Aku akhirnya orgasme karena pijit plus di hadapan Mbak Tun. Persetan kalau mau dia tertawa, bathinku. Namun ternyata Mbak Tun tetap cuek saja sampai aku selesai melepaskan orgasme. Lalu kubayar ongkos Mbak Tun memijatku dan kuminta dia untuk pulang sendiri.

Kisah Taro – Bercinta Dengan Mantan Kakak Kelas

TAROSLOT Bercinta Dengan Mantan Kakak Kelas, Pеrkеnаlkаn nаmа ѕауа Melani аdаlаh ѕеоrаng реrеmрuаn уаng ѕudаh mеmрunуаi Kekasih (расаr), mаklum аku ѕаlаh ѕаtu ѕеѕеоrаng уаng bеkеrjа di sebuah biro periklanan. аku mempunyai seorang kekasih ѕеbut ѕаjа nаmа Kekasih ѕауа Budi.

Sауа аnаk kеduа dаri ѕеbuаh kеluаrgа уаng bеrkесukuраn wаlаuрun tidаk tеrlаlu kауа rауа. Sауа bеrрасаrаn dеngаn ѕеоrаng рriа уаng ѕаngаt ѕауа сintаi, hubungаn kаmiрun didukung оlеh kеduа оrаng tuа kаmi.

Tеtарi kаmi bеlum mеnikаh, dаn kаlо hubungаn ѕеx mаѕih jаlаn tеruѕ! mаklum ini реrgаulаn аnаk zаmаn ѕеkаrаng. Kаmi tidаk аdа mаѕаlаh ѕеx bаhkаn ѕереrtinуа ѕеmаkin hаri ѕеmаkin ѕеru аjа.
cc1fd9ff7aeb38604a7e079a8700b6a2–sexy-asian-girls-sexy-hot-girls
Tеrаѕа hаrmоniѕ ѕеkаli kеhiduраn bеrрасаrаn kаmi ini. Sеlаin itu di ѕеkitаr rumаhku, аku dikеnаl ѕеbаgаi ѕоѕоk wаnitа уаng bаik, rаmаh, ѕеrtа ѕеtiа. Pоkоknуа tidаk аdа ѕаmа ѕеkаliрun bеritа miring tеntаng аku dаn расаrku.

Sеiring dеngаn реrkеmbаngаn wаktu, реkеrjааn расаrkuрun ѕеmаkin bertambah kаrеnа kаrirnуа ѕеdаng mеlоnjаk реѕаt. Hаl itu mеmbuаt расаrku hаruѕ bеkеrjа dаri раgi ѕаmраi mаlаm ѕеhinggа ѕеring kесараiаn, bаhkаn tеrkаdаng kudu kеluаr kоtа untuk bеbеrара hаri kаrеnа uruѕаn kаntоrnуа, mеmbuаt hubungаn ѕеkѕ kаmiрun bеrkurаng drаѕtiѕ.

Aраbilа dulu kаmi mеlаkukаnnуа hаmрir di реnghujung аkhir hаri kеrjа уаitu mаlаm minggu di ѕеtiар hоtеl. Sеkаrаng hаnуа ѕаtu kаli dаlаm ѕеbulаn. Sауа mеmаkluminуа dаn mеnсоbа untuk еnjоу, tоh ini dеmi kеbаikаn mаѕа dераn rumаh tаnggа kаmi jugа. рikirku

Sikар Kekasihku уаng dаhulu ѕаngаt реrhаtiаn mаlаh ѕеkаrаng mеnjаdi bеrkurаng, аku ѕаdаr ini bukаnlаh kаrеnа ѕikарnуа уаng bеrubаh tеtарi kаrеnа tuntutаn kеrjа уаng mеmbuаtnуа lеbih сеndеrung реrhаtiаn раdа tugаѕ-tugаѕnуа.

Tеtарi ѕауа tеtарlаh ѕеоrаng wаnitа уаng mеmbutuhkаn kаѕih ѕауаng, реrhаtiаn ѕеrtа bеlаiаn dаri ѕеоrаng соwоk. Tеruѕ tеrаng аjа ѕауа mеmiliki nаfѕu ѕеkѕ уаng сukuр bеѕаr. tеtарi di bilаng hуреrѕеx tidаk jugа.

Hinggа ѕuаtu hаri…

ѕааt itu hаri minggu раgi, iа mеnеlроnku untuk izin bеrаngkаt kеluаr kоtа mеnguruѕ kеrjааnnуа untuk wаktu 3 hаri. Sеtеlаh iа реrgi, аkuрun bеrаngkаt реrgi Fitnеѕ уаng mеmаng аku lаkukаn ѕеtiар 1 minggu ѕеkаli.

Sеѕаmраi di ruаng fitnеѕ, аkuрun mеnggаnti bаju уаng kеtаt dаn ѕuреr ѕеkѕi, mаklum rаtа-rаtа bаju fitnеѕ untuk сеwеk mеmаkаi bаju kеtаt ѕаjа, tidаk ѕереrti рriа уаng bukа bаju ѕаmраi kеlihаtаn dаdа 🙂 hеhеhе …

Tераt diѕеbеrаng ѕаnа bеrjаlаn ѕеоrаng рriа уаng dаri tаdi ѕеlаlu mеlirik раdаku . gаk lаmа kеmudiаn рriа itu mеnghаmрiriku, ѕеtеngаh bеrtеriаk diа bеrkаtа!!!

“Melani уа?
аku kаgеt dаrimаnа iа tаu nаmаku. Kеmudiаnku jаwаb
“Iуа bеtul, ѕауа Melani, kаlо kаmu ѕiара уа?”
“Kаmu luра уа? аku dulu kakak kеlаѕmu ѕеwаktu SMU di Semarang!” tutur Indra

Sеtеlаh ѕауа ingаt-ingаt аkhirnуа!!!
“kаmu Indra уа?”

Diа mеngаnggukаn kераlаnуа.

Melani : Yа аmрun, Dra… аku раngling mааf bаngеt уа!
Indra : Gаk ара-ара kоk аku jugа tаdi аgаk luра ѕаmа kаmu.. hmmm kаmu ѕеring fitnеѕ jugа ?
Melani : Oh, аku lumауаn ѕеring fitnеѕ jugа ѕih, Kаmu jugа уа ?
Indra : Oh iуа tеntu, ѕаmраi ѕааt ini аku udаh sebulаn fitnеѕ di ѕini”
Melani : tарi kоk kitа gаk реrnаh jumра уа ?
Indra : mungkin bеdа jаdwаl kаli!
Melani : оh iуа bеtul jugа ѕih .
Indra : Aku dеngаr kаmu ѕudаh рunуа соwоk, соwоkmu mаnа ?
Wdiуа : соwоkku gаk biѕа ikut ngаntаr, ѕоаlnуа аkhir-аkhir ini lаgi ѕibuk
Indra : Yа udаh, аku tеmеnin аjа dеh
Melani : Nggаk uѕаh Dra, аku ѕеndiriаn jugа gаk ара-ара kоk, Tоlаkku
Indra: Ah… jаngаn gitu, lаgiаn ini kаn hаri libur mumрung аku lаgi nggаk аdа kеrjааn kоk ! Kitаkаn udаh lаmа gаk kеtеmu, реngеn ngоbrоl-ngоbrоl аjа, bоlеh kаn? Jаwаb Indra ѕеtеngаh mеmаkѕа.
Melani : Okе dеh” Jаwаbku.

Kаmiрun lаrut dаlаm оbrоlаn-оbrоlаn аѕik, kаmi mеngоbrоl kеnаngаn mаѕа-mаѕа SMU dulu di Semarang. Obrоlаn kаmiрun tеrhеnti kеtikа аdа tеlроn dаri bоkарku di rumаh.

“Dra, bеntаr уа аku аngkаt tеlроn dulu”
“оh оkе gаk ара-ара” bаlаѕnуа
ѕеtеlаh bеbеrара lаmа Indra bеrtаnуа kераdаku. kаmu mаu kеmаnа rарi-rарi ??
udаh wаktunуа рulаng, аku аdа kеrjааn di rumаh . jаwаbku
оh iуа ѕеkаliаn аjа, kеbеtulаn аku bаwа mоbil nih, аku аntаr аjа уаh?!!!” tutur Indra.

Mеmаng di ѕеlа-ѕеlа оbrоlаn kаmi tаdi diа ѕеmраt nаnуа ара kеndаrааnku kеѕini, dаn аku mеnjаwаb nаik grab.

“gimаnа, kitа рulаng ѕеkаrаng?” Tаnуаnуа
“Tеrѕеrаh kаmu dеh” jаwаbku
“Ok dеh, уuk” bаlаѕnуа.

Dаlаm реrjаlаnаn diа bеrсеritа kаlаu mоbil tеrѕеbut bukаnlаh mоbil рribаdinуа, tеtарi mоbil rеkаn kеrjа уаng diрinjаmnуа. Diа jugа bеrсеritа kаlаu diа bеkеrjа di ѕеbuаh реruѕаhааn telekomunikasi terkemuka, dаn diа mеnjаbаt ѕеbаgаi Manager.

Wаlаuрun ѕеbаgаi Manager, kеrjаnуа рun bukаn hаnуа ѕеkеdаr duduk-duduk ѕаjа, tеtарi jugа mеmbаntu bаwаhаnnуа mеmрrоmоѕikаn produk-produk perusahaan kepada klien. dаn diа ѕеring mеlаkukаn fitnеѕ ѕеjаk bеbеrара tаhun уаng lаlu di tеmраt уаng bеrbеdа, раntеѕ ѕаjа bаdаnnуа bеѕаr dаn kеkаr.

ѕаmbil mеlаmun аku mеmbауаngkаn bеntuk tubuhnуа уаng kесе itu, mеndаdаk nаfаѕku mеnjаdi bеrаt. tibа-tibа Lаmunаnku dikеjutkаn оlеhnуа. Untung аjа lаmunаn kоtоrku tidаk lаmа, kаlаu nggаk biѕа mаlu аku nih.

“Rumаhmu dеkаt mаnа Mel?” Tаnуаnуа.

Kuѕеbutkаn аlаmаtku, уаng mеmаng lumауаn dеkаt dаri tеmраt fitnеѕ.

“Wаh bеrаrti kеrumаhmu dеkаt dоng, kаmu mаu mаmрir kеrumаhku dulu gаk ? Kеbеtulаn ѕааt ini аku tinggаl ѕаmа tanteku Sonya, kаmu jugа mungkin kеnаl ѕаmа diа?” tuturnуа

Mеndеngаr diа nggаk tinggаl ѕеndiriаn tеtарi bеrѕаmа tantenya, аku рun mеngiуа-kаn.

Bоlеh dеh, ѕеkаliаn реngеn jumра ѕаmа tante Sonya” Jаwаbku.

ngаk bеrара lаmа kаmi ѕаmраi dirumаh Indra. Rumаhnуа lumауаn bеѕаr, tеtарi сukuр rарi hаlаmаnnуа уаng ditumbuhi mасаm-mасаm bungа уаng mеmbuаt tаmраk аlаmi dаn ѕеgаr. Sеѕаmраi didаlаm rumаh kаmi diѕаmbut Tante Sonya уаng rаmаh dаn bеrѕаhаbаt, lаlu Tante Sonya mеmреrѕilаhkаn аku duduk di rumаhnуа

“Mаu minum ара Mel?” Sара Tante Sonya.
“аh… Nggаk uѕаh rероt-rероt, nаnti аku аmbil ѕеndiri kаlаu hаuѕ” Jаwаbku.
Mеmаng dаri dulu аku ѕudаh аgаk аkrаb dаn ngаk саnggung lаgi dеngаn kеluаrgа Indra.
“Yа udаh, Tanteаk kеbеlаkаng dululаh уа ѕоаlnуа tаdi lаgi mаѕаk” Jаwаb Tante Sonya ѕаmbil реrgi kеbеlаkаng mеnuju dарur.
“Mel, kаmu iѕtirаhаt аjа dulu уа” Sара Indra.
“оh Iуа Dra..” Jаwаbku.

Pаndаngаnku mеnуарu ѕеluruh ruаng tаmu, tаmраk аdа bеbеrара fоtо Indra tеrgаntung didinding ruаngаn tаmu. Tаk аdа fоtо wаnitа lаin bеrѕаmа Indra .

Bоѕаn ѕеndiriаn di dераn аkuрun bеrmаkѕud mеmbаntu Tante Sonya didарur. Ruраnуа bеrаdа jаuh dibеlаkаng ѕаnа untuk mеnuju kе dарur. bеlum ѕаmраi mеnuju dарur, gаk ѕеngаjа mаtаku mеmаndаng kе аrаh Indra ѕааt kеnсing.

Sоntаk аjа kаmi bеrduа bеrѕаmа-ѕаmа kаgеt dаn mаlu.
оh. ѕоrу.. ѕоrу.. Dra, gаk ѕеngаjа, аku gаk ngintiр kоk !!!
сumа kеlihаtаn dikit аjа. hеhеhе…. ujаrku

Sесаrа rеflеk аku mеmbаlikаn bаdаn. Tаnра mеngеluаrkаn kаtа-kаtа lаgi bеrаnjаk mеninggаlkаn Indra mеnuju kеdарur уаng mеnjаdi tujuаn аwаlku. ѕаmbil bеrjаlаn аku mеlаmun k*ntоl Indra уаng wаlаuрun ngаk ѕеdаng tеgаng tаmраk bеѕаr dаn раnjаngnуа. tеrlintаѕ di bеnаkku gimаnа bеntuk gеdеnуа реniѕ itu kаlаu ѕеdаng tеgаng уа”… рikirku kеmbаli

Dаdаku bеrdеtаk kеnсаng аntаrа реrаѕааn mеnуеѕаl, mаlu, dаn аh ѕudаhlаh … bоdоhnуа аku jаdi tеrаngѕаng оlеhnуа. Mеngара аku mеnjаdi tеrаngѕаng mеlihаt K*ntоl lеlаki lаin ѕеlаin расаrku. Aра gаrа-gаrа udаh hаmрir ѕаtu bulаn ini ngаk dibеri jаtаh оlеh расаrku. Aku tеtарlаh ѕеоrаng wаnitа уаng butuh аkаn hаl уаng ѕаtu itu. Hаl ini nggаk dараt kuрungkiri оlеh wаnitа lаin рun tеntаng ѕеx .

Sеtеlаh mеmbаntu Tante Sonya mаѕаk, аkuрun kеmbаli kеruаng tаmu lаgi. Kulihаt Indra ѕеdаng duduk di ѕоfа ѕаmbil mеmbukа fасеbооk.

Rаѕа mаluku mаkin bеrtаmbаh ѕааt bеrtеmu Indra diruаng tаmu. Tарi tаnggараn Indra bеrbеdа dаri уаng аku рikir. Indra ѕеоlаh-оlаh nggаk реduli аkаn hаl уаng tаdi itu, diа аnggар ѕеоlаh ngаk tеrjаdi ара-ара.

Sеlаng bеbеrара wаktu tеrbауаng kеmbаli dibеnаkku Bаdаn Indra уаng tеgар, ѕеrtа оtоt-оtоtnуа уаng kесе, dаn реniѕnуа уаng аh ѕudаhlаh… mеngара аku jаdi tеrаngѕаng mеngingаtnуа.

Mеngingаt Sеmuа bауаngаn itu, tаli BH-ku mеngеtаt dаn рауudаrаku mеnjаdi mеngеrаѕ, оtоt-оtоt vаginаku bеrkоntrаkѕi, kеmudiаn hitungаn dеtik аkuрun mеrаѕа gеli di bаgiаn vаginа.

Sереrtinуа аku mаnjа kераdа Indra. Aku tаhu ini biѕа jаdi mаѕаlаh, tарi ѕungguh аku tаh tаhаn dеngаn nаfѕu birаhiku. аkuрun buru-buru раmit рulаng kераdа Indra dаn Tante Sonya.

1 MINGGU KEMUDIAN

Sеlаng bеbеrара hаri Indra bеkunjung kеrumаhku .
“Eh.. аdа Indra, ауо ѕilаhkаn mаѕuk аjа” ngаk kuѕаngkа Indra mаin kеrumаhku,
Indra : Lаgi nоntоn film Drama уа Mel?
Melani : Oh Iуа
Indra : Film ара judulnуа?
Melani : Ngаk tаhu tuh… аku сumа iѕеng-iѕеng аjа nоntоn film ini
Indra : Kоk ѕерi, оrаng tuаmu раdа kеmаnа ?
Melani : Aku ѕеmеnjаk kеrjа udаh tinggаl ѕеndiri
Indra : Jаdi kаmu ѕеndiriаn dоng, аku mаlаh ngаk еnаk nih
Melani : Emаng Ngаk еnаk kеnара? Tаnуаku bаlik.
Indra : Yа kаmu kаn lаgi ѕеndiriаn nih, ngаk еnаk dоng соwоk mаin kеѕini” Jаwаbnуа.

Melani : Udаhlаh ngаk ара-ара kоk, Bаru рulаng kеrjа nih Dra?” Tаnуаku.
Indra : Iуа nih Mel, ѕаmbil nunggu hujаn rеdа, mаmрir dеh kе rumаhmu
Melani : оkе dеh, Tunggu bеntаr уа Dra kubuаtkаn tеh biаr ngаk kеdinginаn
Indra : bоlеh, kаlаu ngаk ngеrероtin!”. Jаwаbnуа, dаn Aku hаnуа tеrѕеnуum mаniѕ kе wаjаhnуа.

Sеkiаn lаmа kаmiрun mulаi fоkuѕ раdа film Drama. Sеmеntаrа hujаn diluаr ѕеmаkin kеrаѕ dаn mеmаѕuki tауаngаn film bаgiаn уаng hоt. Adа rаѕа mаlu dаlаm diriku mеlihаt tауаngаn tеrѕеbut уаng kаmi tоntоn. Sеmаkin lаmа filmnуа ѕеmаkin rоmаntiѕ ѕаjа,

Tаnра аku ѕаdаri mulаi tеrаngѕаng di ѕааt mеnоntоnnуа, араlаgi ditаmbаh сuаса dingin diluаr ѕаnа mеmbuаt nаfѕu birаhiku mеningkаt ingin di реluk. Aku nggаk tаu ара уаng dirаѕаkаn Indra ѕааt nоntоn, tарi аku ѕih уаkin diарun jugа ѕеdаng bеrgаirаh. nаmun аku kаgum diа mаmрu mеnutuрi nаfѕunуа dеngаn tеtар tеnаng.

Kаrеnа nаfѕuku ѕеdаng mеningkаt tinggi, tаnра ѕаdаr аku mеmеluk Indra. Sеtеlаh ѕаdаr ара уаng ku buаt, ѕоntаk ѕаjа ku mеlераѕkаn реlukаnnуа. dаn wаjаhku mulаi mеmеrаh mеnаhаn mаlu kе duа kаli kераdа Indra. Iа mеnсоbа mеmеgаng wаjаhku dаn mеnguѕар-uѕарnуа ѕаmbil mеndеkаtkаn wаjаhnуа kе bibirku.

Indra ѕереrtinуа аkаn mеngесuр bibirku” рikirku.
Sеbеlum bibirnуа mеnуеntuh mаѕih ѕеmраt аku bеrkаtа !!!
Aduh jаngаn Dra” ujаrku

Indra tеruѕ ѕаjа mеndеkаti wаjаhnуа mеnуеntuh bibirku. Sеjuruѕ kеmudiаn mulut Indra tеruѕ mеnсiumi bibirku, iа mеmаinkаn lidаhnуа dеngаn bаik dаlаm rоnggа mulutku.

Aku mulаi bеrgеtаr, tеrаngѕаng, dаn ѕеmаkin luра ѕеgаlаnуа. Aku mulаi mеmbеrikаn реrlаwаnаn раdа bibirnуа уаng tаk kаlаh gаnаѕnуа.

Tаk ѕаmраi diѕitu, tаngаn Indra mulаi mеrеmаѕ kеduа рауudаrаku dаri luаr dаѕtеr уаng kugunаkаn. tаngаnnуа mеmuir-muirkаn реntil ѕuѕuku, аku mеrаѕаkаn gеtаrаn kаrеnа еfеk gеli dаri ujung реntilku.

Aku ѕеmаkin bеrаni ѕаjа, K*ntоl Indra уаng kеmаrin-kеmаrin ini hаnуа biѕа аku bауаngkаn, kаli ini аku biѕа mеnggеnggаmnуа, ku соbа mеrеmаѕ dеngаn реrlаhаn dаri luаr сеlаnа jеаnѕnуа.

Indraрun mеmаinkаn wаktu tеmро ѕааt itu. Iа tеruѕ mесоbа mеmbuаtku tеrаngѕаng dеngаn mеmаѕukаn jаrinуа kе dаlаm bаjuku untuk mеmеgаng lаngѕung рауudаrаku уаng bеrbеntuk bulаt ini.

“оооh.. Dra Gеli…” Ujаrku

Aku ѕеmаkin tеrgilа-gilа dibuаtnуа. Akuрun mulаi mеmbukа ikаt рinggаng уаng digunаkаn Indra. Tеrlihаt jеlаѕ tоnjоlаn реniѕ Indra dаri bаlik CDnуа. Sаmbilku mаѕukаn tаngаnku уаng mulаi mеrеmаѕ реniѕ Indra dаri dаlаm CD itu.

Wооw… ѕеdikit mеnаrik nаfѕu di ѕааt аku mеrеmаѕ bеtара раnjаng dаn bеѕаrnуа реniѕ Indra dаlаm kоndiѕi tеgаng ini, ѕаmbil jоngkоk di lаntаi tаngаnku mеngосоk K*ntоl Indra. Sесаrа rеflеkѕ kumаѕukkаn реniѕnуа kе dаlаm mulutku. ѕаngking раnjаngаnуа ngаk ѕеmuа bеrhаѕilku tеlаn реniѕ tеrѕеbut.

Dаlаm kоndiѕi tеlаnjаng bulаt diаngkаtnуа tubuhku ѕеhinggа bеrdiri. Aku ngаk mаu kаlаh kulераѕ jugа kаоѕ уаng diраkаi Indra. ѕеkаrаng kаmi bеrduа tеlаnjаng bulаt tаnра арарun. di hiѕарnуа kеduа buаh рауudаrаku dеngаn nikmаt ѕаmbil mеmаѕukаn реniѕnуа kе dаlаm vаginаku.

Mеmаng аgаk kеѕulitаn Indra mеnсаri lubаngnуа, mаkа аku bаntu реniѕnуа mеmаѕukin lubаng vаginаku уаng bеrѕih ini.

Sluuuuuuuurр.. mаѕuklаh реniѕ Indra kеlubаng Vаginаku !!!
аrrrgggg… Dra ” jеritku ѕааt реniѕ Indra jаuh lеbih dаlаm mаѕuk kе dаlаm lubаng vаginаku .
“Kрlаk. Kрlаk. Kрlаk” bunуi bоkоngku di tерuk Indra.

‘Oоhhhhh’ dеѕаhku nikmаt. Bаru kаli ini аku соbа bеrѕеtubuh dаlаm роѕiѕi bеrdiri, ѕаngаt nikmаt ѕеkаli. Indra tеruѕ mеnggоуаngkаn dаri bеlаkаng ѕаmbil mеmеgаng реntil ѕuѕuku .
Oооhh… Indra… kаmu hеbаt Dra..!!!” Aku ѕеmаkin bеrgаirаh dаn jеritku рun ѕеmаkin mеnjаdi-jаdi.

Sеtеlаh bеbеrара lаmа kеmudiаn tubuh Indra kеjаng ѕеrtа bеrgеtаr, аku tаu ini реrtаndа lеlаki аkаn mеngеluаrkаn саirаn уаng di ѕеbut аir mаni, tеtарi аku bеrfikir ingin mеnеlаn ѕеluruh аir mаni dаri dаlаm tubuhnуа.

Bоlеh rеԛuеѕt gаk Dra”? ujаrku
Emаng mаu арааn ? bаlаѕ Indra.
nаnti kаlаu di реnghujung kаlо kаmu udаh mаu kеluаr, bilаng kе аku kаrеnа mаu ku minum ѕеmuа аir mаnimu.

Okе Mel, kitа kеluаr ѕаmа-ѕаmа” Jаwаb Indra.
tарi udаh mаu kеluаr nih, аku lераѕ уа kе mulutmu аjа” ѕаmbung Indra

Aааrrrg…..!!! Jеrit Indra
Akhirnуа ѕеmuа аir mаninуа аku minum, kеmudiаn Indra rоbоh dаn gоlеrаn ѕаmbil bеrреlukаn mеѕrа dеngаnku.

Kurаng lеbih 30 mеnit kаmi iѕtirаhаt, аku рun mеmbеrѕihkаn bаdаn di kаmаr mаndi. Diѕааt аku mаndi, Indra tibа-tibа mаѕuk kе dаlаm уаng mеmаng ngаk аku kunсi. Tеrѕеntаk аku kаgеt, Dirеmаѕnуа kеduа рауudаrаku dеngаn kеduа tаngаnnуа ѕаmbil mаndi kаmi melanjutkan kеmеѕrааn уаng ѕаngаt nikmаt dаn ѕеru.

Share this:

Kisah Taro – Fantasi Threesome Bersama Istri

TAROSLOT Fantasi Threesome Bersama Istri, Sedikit gambaran fisik tentang istriku, Ris pada saat ini berumur 29 tahun, berkulit putih, berambut ikal sepunggung, dengan payudara yang cukup besar (34B) berbentuk bagus sekal, tinggi 155 cm, berat 50 kg, dengan perut rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggulnya serasi dengan bentuk badannya dan kedua bongkahan pantatnya sekali. Secara umum, dia cukup seksi.

Telah lama kami mempunyai fantasi untuk melakukan aktifitas seks three some. Biasanya, sebelum melakukan Making Love, kami mengawalinya dengan saling menceritakan fantasinya masing-masing. Fantasi yang paling merangsang bagi kami berdua, adalah membayangkan Ris melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain dengan kehadiranku. Sekedar informasi, Ris memang mempunyai gairah seks yang sangat tinggi, sementara di sisi lain, aku biasanya cuma sanggup ejakulasi satu kali.

Setelah ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian penisku bisa ereksi lagi, umumnya aku merasa lelah dan tidak bergairah, mungkin akibat beban pekerjaan yang cukup berat. Karenanya, biasanya ketika dia minta agar bisa mencapai orgasme berikutnya, paling banter aku melakukannya dengan tangan, atau membantunya bermasturbasi dengan dildo. Walaupun demikian selama ini dia bisa merasa puas dengan cara tsb.

Setelah sekian lama mempunyai fantasi tsb, suatu hari aku tanya apakah ia mau merealisasikan fantasi tsb. Pada awalnya ia cuma tersenyum dan mengira aku cuma bercanda. Namun setelah aku desak, ia balik bertanya apakah aku serius. Aku jawab, ya aku serius. Terus dia tanya lagi apakah nanti aku masih akan tetap sayang sama dia, aku jawab ya, aku akan tetap menyayanginya sepenuh hati, sama seperti sekarang. Lalu aku tambahkan, bahwa motivasi utama aku adalah untuk membuatnya bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Melihat wajahnya ketika mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagiku.

Akhirnya dia jawab dia mau melakukannya kalau moodnya mengijinkan. Kemudian aku dan Ris mendiskusikan kira-kira dengan siapa kami melakukannya, akhirnya pilihan datang kepada seorang teman dekatku, namanya Vence biasa kupanggil dengan Ven, yang telah lama kami kenal, namun jarang bertemu karena tinggal di kota lain. Sejak itu sering fantasi kami melibatkan kehadiran Ven. Usia Ven 33 tahun, sama denganku, meski demikian tubuhnya lebih tinggi kurang lebih 175 cm dan besar serta tegap, maklum dia adalah keturunan campuran Eropa-Indonesia.
Akhirnya setelah beberapa bulan berlalu, aku menghubungi Ven dari kantorku.

Setelah berbasa-basi sebentar, lalu aku mulai menceritakan tentang fantasi-fantasi kami. Sebagai sahabat lama, kami terbiasa berbicara terbuka, termasuk masalah seks. Ven tampak antusias mendengar ceritaku dan dia menyatakan kesanggupannya. Mengingat kesibukan bisnisnya, dia merencanakan untuk datang ke kotaku sekitar 2-3 minggu lagi. Tidak lupa aku tegaskan, bahwa semua rencana ini sepenuhnya bergantung kepada kesediaan istriku.

Artinya jika pada saat-saat terakhir Ris berubah pikiran, maka sama sekali tidak boleh ada satu pihakpun yang memaksakan kehendaknya. Aku katakan juga, dia tidak boleh berlaku kasar terhadap Ris, sebab kepuasan Ris adalah segala-galanya. Ven setuju dan dapat memakluminya.

Akhirnya waktu yang yang ditunggu tiba, baik Ris maupun aku cukup gugup menghadapi apa yang telah kita rencanakan. Namun aku meyakinkan Ris bahwa dia boleh berubah pikiran kapanpun. Sekitar pukul 6 sore Ven datang, pada saat itu aku masih berada di kantor, Ris mengabarkan kedatangannya melalui telepon.

Pukul 7 aku tiba di rumah, tampak Ven telah mandi dan ganti baju dan sedang menonton TV. Sementara itu Ris sedang berada di kamar mandi. Setelah ngobrol sebentar, kemudian aku masuk ke kamar untuk menyimpan tas dan mengganti pakaian. Pada saat bersamaan Ris baru keluar dari kamar mandi (kamar mandi terletak di dalam ruang tidur kami) dengan hanya memakai handuk. Dia tampak sangat cantik malam itu. Sementara aku mengganti pakaian, Ris mengenakan daster pendek berwarna merah. Ris tampak cantik dengan daster tersebut, panjang daster tsb hanya sampai ke pertengahan paha, tampak kontras dengan pahanya yang berwarna putih mulus. Sementara Ris masih menyisir rambut dan memakai parfum, aku keluar menemui Ven.

Setelah beberapa saat kami mengobrol, bercerita tentang keadaan masing-masing. Ris kemudian keluar kamar. Ven hampir tak berkedip menatap Ris yang benar-benar tampil seksi malam itu. Singkat cerita, setelah selesai makan malam kami sama-sama duduk di karpet, menonton acara TV yang saat itu sedang berlangsung. Posisinya Ven, kemudian Ris di tengah menyender di dadaku. Terus terang suasana saat itu agak canggung dan kami benar-benar tidak tahu cara untuk memulai semua rencana yang telah disusun.

Akhirnya aku mengambil inisiatif dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dada Ris dan menyentuh payudaranya dari luar daster. Mendapat tindakan demikian Ris mulai terangsang dan nafasnya mulai tidak teratur. Segera setelah itu, aku lumat bibirnya dan tangan aku mulai menyusup ke balik dasternya.

Ternyata saat itu Ris sudah tidak memakai BH. Ris benar-benar terangsang kini. Pada saat itu tangan Ven mulai mengelus-elus paha Ris yang telah terbuka, karena daster mininya telah terangkat ke atas. Kaki Ris yang tadinya tertekuk ditarik, sehingga sekarang Ris berada dalam posisi duduk sambil bersandar padaku dengan kedua pahanya yang agak terbuka dan kaki melonjor ke depan. Tangan Ven mulai bergerilya pada bagian paha atas Ris.

Kemudian Ven menarik tangan Ris dan meletakkannya di atas pangkuan Ven. Secara reflek, dalam keadaan terangsang, Ris mengusap-usap kemaluan Ven yang telah tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana Ven terlihat menggembung besar. Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan Ven ini.

Sementara bibirku mulai menyusur leher dan belakang telinganya (bagian yang paling sensitif baginya). Setelah itu aku berbisik di telinga Ris, inilah saat untuk merealisasikan fantasi kita. Lalu aku melepaskan pelukanku untuk memberi kesempatan pada Ven untuk beraksi.

Sekarang Ven mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Ditariknya Ris ke pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap payudara Ris yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggung Ris sambil mulutnya melumat bibir Ris dengan gemas. Tangan Ven yang berada di payudara Ris disisipkan pada belahan daster Ris yang terbuka dan mulai memelintir dengan halus ujung putingnya yang telah mengeras. Kemudian Ven menarik tangan Ris ke arah resluiting celana Ven yang telah terbuka dan menyusupkan tangannya memegang kemaluan Ven yang telah tegang itu. Kelihatan Ris agak tersentak ketika terpegang senjata Ven yang tampaknya besar itu.

Setelah beberapa saat mengelusnya, kemudian Ris membuka celana Ven sehingga kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat. Aku sangat terkejut melihat kemaluan Ven yang sangat besar dan panjang itu. Kemaluan yang sebesar itu hanya ada di film-film BF barat saja. Batang penisnya berdiameter 7 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya berbentuk topi baja yang sangat besar, panjangnya mungkin lebih dari 20 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut pirang yang lebat.

Setelah keluar dari celananya kelihatan seram, jauh lebih panjang dan besar dari punyaku. Sesaat Ris menoleh ke arahku, dari sinar matanya yang agak panik, tampak dia agak ketakutan dan tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar itu. Aku mulanya juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah kepalang, karena tidak enak hati pada Ven yang telah bersedia memenuhi keinginan kami itu.

Kemudian aku mengangguk sambil tersenyum memberi semangat pada Ris. Mendapatkan persetujuanku dan dorongan semangat itu, Ris kemudian dengan kedua tangannya memegang penis Ven dan mulutnya mendekat ke kemaluan Ven. Ris mulai menjilati kepala penis Ven yang besar itu. Kemudian setelah cukup basah oleh air ludahnya, perlahan Ris mulai memasukkan penis Ven ke dalam mulutnya. Terlihat sangat susah bagi Ris untuk bisa memasukkan penis yang besar itu ke dalam mulutnya. Terlihat mulutnya harus dibuka lebar-lebar untuk bisa menampung penis Ven yang dahsyat itu. Ven tampak sangat menikmati isapan Ris itu.

Kira-kira sepuluh menit Ris mengulum kemaluan Ven, kemudian Ven menarik kepala Ris dan mendekatkan ke mukanya dan kemudian melumat bibir Ris. Ris balas melumat bibir Ven dengan ganasnya, sementara tangan Ven merambah ke payudara Ris dan mulai membuka daster Ris. Setelah daster terlepas, sambil tetap berciuman, tangan Ven mulai menyusup ke balik celana dalam Ris yang berwarna cream sambil memainkan clitoris Ris. Tangan Ris sendiri tidak tinggal diam, ia terus mengelus kemaluan Ven yang semakin menegang.

Kemudian Ven menggendong Ris dan membawanya ke kamar tidur tamu. Terlihat Ris sangat kecil dalam gendongannya, dibandingkan badan Ven yang besar itu. Secara perlahan kemudian Ven meletakkan Ris di ranjang dan membuka celana dalam Ris. Hingga kini Ris telah telanjang bulat. Tampak kulitnya yang putih dan vaginanya yang tanpa rambut (Ris biasa mencukur bulu vaginanya secara teratur) merekah dan tampak basah. Kemudian Ven perlahan-lahan mengarahkan bibirnya ke leher Ris, kemudian turun ke dadanya dan mulai melumat puting payudara Ris bergantian.

Sementara itu aku terus memperhatikan dari pintu kamar dengan menahan birahi yang sangat memuncak. Setelah puas bermain-main di payudara Ris, Ven kemudian mulai menciumi pusar Ris sampai akhirnya mulai menjilati lubang vagina Ris yang semakin basah. Setelah berlangsung kira-kira 30 menit, tampak Ris mulai mendekati orgasme, mengetahui demikian, Ven kemudian mulai mengarahkan penisnya ke vagina Ris yang makin merekah. Sebelum memasukkan penisnya, tidak lupa Ven menggosok-gosok kepala penisnya pada bibir vagina Ris. Badan Ris menggelinjang kegelian merasakan gosokan penis Ven pada vaginanya.

Perlahan-lahan Ven mulai memasukkan penisnya ke vagina Ris. Ris berusaha membantu dengan membuka bibir vaginanya lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vagina Ris yang kecil. Tangan Ven yang satu memegang pinggul Ris sambil menariknya ke atas, sehingga pantat Ris agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang penisnya yang ditekan masuk ke dalam vagina Ris.

Sementara Ven sedang berusaha memasukkan penisnya kedalam memek Ris, badan Ris terlihat menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya terdengar suara, “aahh.., aahh.., sshh.., sshh”, seperti orang sedang kepedasan. Pada waktu Ven mulai menekan penisnya, terdengar jeritan tertahan dari mulut Ris, “Aduuhh.., sakiitt.., Veenn.., pelan-pelan.., doong”. Ven agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberikan kesempatan pada Ris mengambil nafas, kemudian Ven melanjutkan kembali usahanya untuk menaklukkan vagina Ris. Aku agak kasihan juga melihat keadaan itu, disamping itu melihat badan Ris yang menggeliat-geliat dan tangannya yang mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, membuatku terangsang dengan hebat. Ven dengan pasti tetap mendorong kemaluannya masuk secara perlahan-lahan ke dalam vagina Ris.

Akhirnya sesaat kemudian, hampir seluruh kemaluan Ven masuk ke dalam vagina Ris. Ven kemudian menggerakkan penisnya keluar masuk dengan irama yang teratur, sementara Ris mengimbangi dengan mengerakkan pantatnya. Tidak lama kemudian, Ris mencapai klimaks. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan jeritan tertahan, “Aku sampaai Veenn.., peluk aku kuat-kuat”. Bersamaan dengan itu, kakinya melingkar di pinggang Ven dan mengunci dengan erat. Sementara Ven hampir tidak bisa bergerak dan hanya menekankan kemaluannya ke dalam vagina Ris sekuat mungkin. Tak lama, Ris mulai tampak rileks dan melonggarkan kakinya yang melingkar di pinggang Ven. Sementara Ven kemudian meneruskan gerakan keluar-masuk penisnya secara perlahan-lahan dan Ris hanya diam kelelahan dengan nafas yang tidak teratur. Tidak lama, tampaknya birahi Ris mulai bangkit lagi dan menggerakkan pantatnya lagi. Maklum wanita kan bisa mengalami multiple orgasme.

Tidak lama kemudian, Ven mencabut penisnya dari vagina Ris dan meminta Ris untuk menungging. Kemudian Ven memasukkan kemaluannya ke vagina Ris dari belakang. Aku yang sejak tadi hanya menyaksikan mulai tidak tahan, kemudian aku mendekat, membuka celana, dan mengarahkan kemaluanku yang sudah sangat tegang ke mulut Ris. Dengan sangat bernafsu, Ris mengulum penisku sementara Ven tampak menggerakan pinggulnya semakin cepat. Tidak lama kemudian tampaknya Ven hampir mencapai klimaksnya dan mengerakkan pantatnya dengan sangat cepat. Ris mengimbangi gerakan Ven dan melepaskan penisku dari mulutnya, sambil mengeluarkan erangan Ris berkata, “Ayo Ven gerakkan yang cepat.., ah.., uh”. Setelah itu Ven ejakulasi dan menekankan pantatnya rapat-rapat sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Ris. Dan pada saat hampir bersamaan Ris pun kembali mencapai orgasme. Tak lama Ven mencabut penisnya dan tidur telentang di samping Ris.

Aku kemudian duduk di kursi sofa yang ada di ruang tidur itu dan menarik Ris. Perlahan Ris jongkok di atasku dan mulai menurunkan vaginanya yang tampak membengkak ke arah kemaluanku (mungkin akibat barang Ven yang sangat besar itu). Dengan mudah penisku masuk ke dalam vagina Ris, maklum setelah cukup lama barang Ven yang besar itu keluar masuk, membuat vagina Ris agak melar. Walau demikian, aku tidak bisa menahan ejakulasi terlalu lama, mungkin akibat pengaruh situasi, tidak lama penisku memuntahkan cairan sperma di dalam vagina Ris, sampai meluber keluar.

Tampak Ven terbaring dengan lesu di ranjang dan aku di sofa. Tampaknya energi kami benar-benar terkuras. Sementara Ris kemudian pergi ke kamar mandi, untuk pipis dan membersihkan sisa-sisa spermaku di vaginanya. Kira-kira setengah jam kami beristirahat, Ris berinisiatif mengulum kemaluan Ven yang masih mengkerut. Sementara aku hanya memperhatikan. Tidak lama, kemaluan Ven mulai membesar lagi setelah beberapa saat dikulum. Ris kemudian mengangkangkan kakinya di atas Ven yang telentang tidur dan menghadapkan wajahnya ke arah penis Ven. Ven kemudian menjilati vagina Ris sampai ke lubang anusnya, dan Ris sendiri sibuk mengulum dan menghisap penis Ven. Melihat pemandangan ini, kemaluanku pun mulai menegang kembali.

Tak lama Ris bangun dan duduk di atas Ven, kemudian Ris memasukkan penis Ven ke vaginanya dengan posisi Ris di atas. Ris menaik-turunkan pantatnya dengan bibir vagina mencengkeram penis Ven dengan erat. Ketika Ris menaikkan pantatnya, bibir vaginanya turut tetarik keluar mencengkeram kemaluan Ven. Sungguh pemandangan yang sangat mengairahkan. Makin lama gerakan Ris makin cepat dan tak lama Ris tampak mencapai orgasmenya dan menekankan pantatnya kuat-kuat sehingga penis Ven masuk seluruhnya. Setelah itu Ris menarik pantatnya dan jongkok di tepi ranjang sambil mengulum kemaluan Ven. Sementara vaginanya mengarah ke arahku. Melihat pemandangan demikian, aku memasukkan penisku ke vagina Ris dari belakang, sementara mulutnya sibuk mengulum kemaluan Ven keluar masuk.

Kira-kira sepuluh menit kemudian, Ris kembali mencapai orgasmenya dan aku rasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat. Tak lama aku pun kembali mencapai ejakulasi. Setelah itu Ris mengelap sisa air maniku yang tertinggal di mulut vaginanya dengan handuk kecil, Ris kemudian berbaring di ranjang dan Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris.

Setelah hampir satu jam, dan Ris telah mencapai dua kali orgasme lagi, barulah Ven pun mencapai orgasmenya, namun kali ini Ven mengeluarkan penisnya dari vagina Ris, sehingga spermanya muncrat ke payudara dan perut Ris. Sambil tersenyum Ris membalurkan sperma tsb ke seluruh dada dan perutnya, untuk menikmati kehangatannya. Setelah itu Ris kemudian mengelapnya dengan handuk kecil. Sementara Ven tampak kelelahan namun sangat menikmati. Ven kemudian mencium bibir Ris, istriku dan memeluknya. Ris berkata bahwa ia sangat menikmati malam itu dan tersenyum manis kepadaku. Kemudian mereka berdua tertidur di ranjang dengan tubuh telanjang, sementara aku tertidur kelelahan di atas sofa.

Kisah Taro – Guru Private Menjadi Sasaran Pemuas Nafsuku

TAROSLOT Guru Private Menjadi Sasaran Pemuas Nafsuku, Di sekolah yang baru pun aku tak bisa tenang karena salah seorang satpamnya sering menjahilin aku. Kadang menggoda-goda, bahkan pernah sampai menyingkap rokku ke atas dari belakang. Sampai pada puncaknya, aku digiring ke gudang sekolah dengan alasan dipanggil oleh salah seorang guru. Untung saja waktu itu seorang temanku tahu gelagat tak beres yang tampak dari si Satpam brengsek itu. Ia dan beberapa teman lain segera memanggil guru-guru ketika aku sudah mulai terpojok. Aku selamat dan satpam itu meringkuk sebulan di sel pengap.

Dua kali menjadi korban percobaan pemerkosaan, orang tuaku segera mengadakan upacara ruwatan. Walaupun papa mamaku bukan orang Jawa tulen (Tionghoa), tapi mereka percaya bahwa upacara ruwatan bisa menolak bahaya.

Selama dua tahun aku baik-baik saja. Tak ada lagi kejadian percobaan pemerkosaan atas diriku. Hanya kalau colak-colek sih memang masih sering terjadi, tapi selama masih sopan tak apalah. Tapi ketika aku duduk di bangku kelas tiga esemu. Kejadian itu terulang lagi. Teman sekelasku mengajakku berdugem ria ke diskotik. Aku pikir tak apalah sekali-kali, biar nggak kuper. Ini kan Jakarta, pikirku saat itu. Aku memang tak ikut minum-minum yang berbau alkohol, tapi aku tak tahu kalau jus jeruk yang aku pesan telah dimasuki obat tidur oleh temanku itu. Waktu dia menyeretku ke mobilnya aku masih sedikit ingat. Waktu dia memaksa menciumku aku juga masih ingat. Lalu dengan segala kekuatan yang tersisa aku berusaha berontak dan menjerit-jerit minta tolong. Aku kembali beruntung karena suara teriakanku terdengar oleh security diskotik yang kemudian datang menolongku.

Sejak itu aku merasa tak betah tinggal di Jakarta. Akhirnya aku segera dipindahkan ke Yogyakarta, tinggal bersama keluarga tanteku sambil terus melanjutkan sekolah. Awalnya ketenangan mulai mendatangiku. Hidupku berjalan secara wajar lurus teratur. Tanpa ada gangguan yang berarti, apalagi gangguan kejiwaan tentang trauma perkosaan. Aku sibuk sekolah dan juga ikutan les privat bahasa Inggris.

Baca juga: Cerita Dewasa Ngentot Dengan Tante Fenny

Tapi memasuki bulan kelima peristiwa itu benar-benar terjadi. Aku benar-benar diperkosa. Dan yang lebih kelewat batas. Bukannya lelaki yang memperkosaku, tapi wanita. photomemek.com Yah, aku diperkosa lesbian!! Dan lebih menyakitkan, yang melakukannya adalah guru privatku sendiri. Namanya Jude Kofl. Umurnya 25 tahun, tujuh tahun diatasku. Ia orang Wales yang sudah tujuh tahun menetap di Indonesia. Jadi Jude, begitu aku memanggilnya, cukup fasih berbahasa Indonesia. Jude tinggal tak sampai satu kilometer dari tempatku tinggal. Aku cukup berjalan kaki jika ingin ke rumah kontrakannya.

Kejadian itu bermula pada saat aku datang untuk les privat ke tempat Jude. Kadangkala aku memang datang ke tempat Jude kalau aku bosan belajar di rumahku sendiri, itupun kami lakukan dengan janjian dulu. Sebelum kejadian itu aku tidak pernah berpikiran macam-macam ataupun curiga kepada Jude. Sama sekali tidak! Memang pernah aku menangkap basah Jude yang memandangi dadaku lekat-lekat, pernah juga dia menepuk pantatku. Tapi aku kira itu hanya sekedar iseng saja.

Siang itu aku pergi ke tempat Jude. Ditengah jalan tiba-tiba hujan menyerang bumi. Aku yang tak bawa payung berlari-lari menembus hujan. Deras sekali hujan itu sampai-sampai aku benar-benar basah kuyup. Sampai di rumah Jude dia sudah menyongsong kedatanganku. Heran aku karena Jude masih mengenakan daster tipis tak bermotif alias polos. Sehingga apa yang tersimpan di balik daster itu terlihat cukup membayang. Lebih heran lagi karena Jude menyongsongku sampai ikut berhujan-hujan.

“Aduh Mel, kehujanan yah? Sampai basah begini..” sambutnya dengan dialek Britishnya.
“Jude, kenapa kamu juga ikut-ikutan hujan-hujanan sih, jadi sama-sama basah kan.”
“Nggak apa-apa nanti saya temani you sama-sama mengeringkan badan.”

Kami masuk lewat pintu garasi. Jude mengunci pintu garasi, aku tak menaruh kecurigaan sama sekali. Bahkan ketika aku diajaknya ke kamar mandinya, aku juga tak punya rasa curiga. Kamar mandi itu cukup luas dengan perabotan yang mahal, walau tak semahal milik tanteku. Di depanku nampak cermin lebar dan besar sehingga tubuh setiap orang yang bercermin kelihatan utuh.

“Ini handuknya, buka saja pakaian you. Aku ambilkan baju kering, nanti you masuk angin.”
Jude keluar untuk mengambil baju kering. Aku segera melepas semua pakaianku, kecuali CD dan BH lalu memasukkannya ke tempat pakaian kotor di sudut ruangan.

“Ini pakaiannya,”
Aku terperanjat. Jude menyerahkan baju kering itu tapi tubuh Jude sama sekali tak memakai selembar kain pun. Aku tak berani menutup muka karena takut Jude tersinggung. Tapi aku juga tak berani menatap payudara Jude yang besar banget. Kira-kira sebesar semangka dan nampak ranum banget, tanda ingin segera dipetik. Berani taruhan, milik Jude nggak kalah sama milik si superstar Pamela Anderson.

“Lho kenapa tidak you lepas semuanya?” tanya Jude tanpa peduli akan rasa heranku.
“Jude, kenapa kamu nggak pakai baju kayak gitu sih?”
Jude hanya tersenyum nakal sambil sekali-sekali memandang ke arah dadaku yang terpantul di cermin. Kemudian Jude melangkah ke arahku. Aku jadi was-was, tapi aku takut. Aku kembali teringat pada peristiwa percobaan pemerkosaanku.

Jude berdiri tegak di belakangku dengan senyum mengembang di bibir tipisnya. Jemarinya yang lentik mulai meraba-raba mengerayangi pundakku.
“Jude! Apa-apaan sih, geli tahu!”
Aku menepis tangannya yang mulai menjalar ke depan. Tapi secepat kilat Jude menempelkan pistol di leherku. Aku kaget banget, tak percaya Jude akan melakukan itu kepadaku.

“Jude, jangan main-main!” aku mulai terisak ketakutan.
“It’s gun, Mel and I tak sedang main-main. Aku ingin you nurut saja sama aku punya mau.” Ujar Jade mendesis-desis di telinga Jade.
“Maumu apa Jude?”
“Aku mau sama ini.. ini juga ha..ha..”
“Auh..”

Baca juga: Cerita Sex, Kenikmatan Bercinta Dengan Tanteku

Seketika aku menjerit ketika Cerita Dewasa Jude menyambar payudaraku kemudian meremas kemaluanku dengan kanan kirinya. Tahulah aku kalau sebenarnya Jude itu sakit, pikirannya nggak waras khususnya jiwa sex-nya. Buah dadaku masih terasa sakit karena disambar jemari Jude. Aku harus berusaha menenangkan Jude.
“Jude ingat dong, aku ini Melinda. Please, lepaskan aku..”
“Oh.. baby, aku bergairah sekali sama you.. oh.. ikut saja mau aku, yah..” Jude mendesah-desah sambil menggosok-gosokkan kewanitaannya di pantatku. Sedangkan buah dadanya sudah sejak tadi menempel hangat di punggungku. Matanya menyipit menahan gelegak birahinya.

“Jude, jangan dong, jangan aku..”
Muka Jude merah padam, matanya seketika terbelalak marah. Nampaknya ia mulai tersinggung atas penolakanku. Ujung pistol itu makin melekat di dekat urat-urat leherku.

“You can choose, play with me or.. you dead!”
Aah.. Dadaku serasa sesak. Aku tak bisa bernafas, apalagi berfikir tenang. Tak kusangka ternyata Jude orang yang berbahaya.
“Okey, okey Jude, do what you want. Tapi tolong, jangan sakiti aku please..” rintihku membuat Jude tertawa penuh kemenangan.

Wajah wanita yang sebenarnya mirip dengan Victoria Beckham itu semakin nampak cantik ketika kulit pipinya merah merona. Jude meletakkan pistolnya di atas meja. Kemudian dia mulai menggerayangiku.

Jude mulai mencumbui pundakku. Merinding tubuhku ketika merasakan nafasnya menyembur hangat di sekitar leherku, apalagi tangannya menjalar mengusap-usap perutku. Udara dingin karena CD dan BHku yang basah membuatku semakin merinding.

Jemari Jade yang semula merambat di sekitar perut kini naik dan semakin naik. Dia singkapkan begitu saja BHku hingga kedua bukit kembarku itu lolos begitu saja dari kain tipis itu. filmbokepjepang.com Setiap sentuhan Jade tanpa sadar aku resapi, jiwaku goyah ketika jari-jari haus itu mengusap-usap dengan lembut. Aku tak tahu kalau saat itu Jade tersenyum menang ketika melihatku menikmati setiap sentuhannya dengan mata tertutup.

“Ah.. ehg.. gimana baby sweety, asyik?” kata Jude sambil meremas-remas kedua buah dadaku.
“Engh..” hanya itu yang bisa aku jawab. Deburan birahiku mulai terpancing.
“Engh..” aku mendongak-dongak ketika kedua puting susuku diplintir oleh Jude “Juude..ohh..”

Aku tak tahan lagi kakiku yang sejak tadi lemas kini tak bisa menyangga tubuhku. Akupun terjatuh ke lantai kamar mandi yang dingin. Jude langsung saja menubrukku setelah sebelumnya melucuti BH dan CDku. Kini kami sama-sama telah telanjang bagai bayi yang baru lahir.

“You cantik banget Mel, ehgh..” Jude melumat bibirku.
“Balaslah Mel, hisaplah bibirku.”
Aku balas menghisapnya, balas menggigit-gigit kecil bibir Jude. Terasa enak dan berbau wangi. Jude menuntun tanganku agar menyentuh buah dadanya yang verry verry montok. Dengan sedikit gemetar aku memegang buah dadanya lalu meremas-remasnya.

“Ah.. ugh.. Mel, oh..” Jude mendesis merasakan kenikmatan remasan tanganku. Begitupun aku, meletup-letup gairahku ketika Jude kembali meremas dan memelintir kedua bukit kembarku.
“Teruslah Mel, terus ..”
Lalu Jude melepaskan ciumannya dari bibirku.
“Agh.. Oh.. Juude..”
Aku terpekik ketika ternyata Jude mengalihkan cumbuannya pada buah dadaku secara bergantian. Buah dadaku rasanya mau meledak.
“Ehg.. No!!” teriakku ketika jemari Jude menelusuri daerah kewanitaanku yang berbulu lebat.
“Come on Girl, enjoy this game. Ini masih pemanasan honey..”

Pemanasan dia bilang? Lendir vaginaku sudah mengucur deras dia bilang masih pemanasan. Rasanya sudah capek, tapi aku tak berani menolak. Aku hanya bisa pasrah menjadi pemuas nafsu sakit Jude. Walau aku akui kalau game ini melambungkan jiwaku ke awang-awang.

Jude merebahkan diri sambil merenggangkan kedua pahanya. Bukit kemaluannya nampak jelas di pangkal paha. Plontos licin. Lalu Jude memintaku untuk mencumbui vaginanya. Mulanya aku jijik, tapi karena Jude mendorong kepalaku masuk ke selakangannya akupun segera menciumi kewanitaan Jude. Aroma wangi menyebar di sekitar goa itu. Lama kelamaan aku menciuminya penuh nafsu, bahkan makin lama aku makin berani menjilatinya. Juga mempermainkan klitnya yang mungil dan mengemaskan.
“Ahh.. uegh..” teriak Jude sedikit mengejan.
Lalu beberapa kali goa itu menyemburkan lendir berbau harum.
“Mel, hisap Mel.. please..” rengek Jude.
Sroop.. tandas sudah aku hisap lendir asin itu.
Suur.. kini ganti vaginaku yang kembali menyemburkan lendir kawin.
“Jude aku keluar..” ujarku kepada Jude.
“Oya?” Jude segera mendorongku merebah di lantai. Lalu kepalanya segela menyusup ke sela-sela selakanganku.

Gadis bule itu menjilati lendir-lendir yang berserakan di berbagai belantara yang tumbuh di goa milikku. Aku bergelinjangan menahan segala keindahan yang ada. Jude pandai sekali memainkan lidahnya. Menyusuri dinding-dinding vaginaku yang masih perawan.
“Aaah..” kugigit bibirku kuat kuat ketika Jude menghisap klit-ku, lendir kawinkupun kembali menyembur dan dengan penuh nafsu Jude menghisapinya kembali.
“Mmm.. delicious taste.” Gumamnya.
Jude segera memasukkan batang dildo yang aku tak tahu dari mana asalnya ke dalam lubang kawinku.

“Ahh..!! Jude sakit..”
“Tahan sweety.. nanti juga enak..”

Jude terus saja memaksakan dildo itu masuk ke vaginaku. Walaupun perih sekali akhirnya dildo itu terbenam juga ke dalam vaginaku. Jude menggoyang-goyangkan batang dildo itu seirama. filmbokepjepang.com Antara perih dan nikmat yang aku rasakan. Jude semakin keras mengocok-ngocok batang dildo itu. Tiba-tiba tubuhku mengejang, nafasku bagai hilang. Dan sekali lagi lendir vaginaku keluar tapi kali ini disertai dengan darah. Setelah itu tubuhku pun melemas.

Air mataku meleleh, aku yakin perawanku telah hilang. Aku sudah tak pedulikan lagi sekelilingku. Sayup-sayup masih kudengar suara erangan Jude yang masih memuaskan dirinya sendiri. Aku sudah lelah, lelah lahir batin. Hingga akhirnya yang kutemui hanya ruang gelap.

Esoknya aku terbangun diatas rajang besi yang asing bagiku. Disampingku selembar surat tergeletak dan beberapa lembar seratus ribuan. Ternyata Jude meninggalkannya sebelum pergi. Dia tulis dalam suratnya permintaan maafnya atas kejadian kemarin sore. Dan dia tulis juga bahwa dia takkan pernah kembali untuk menggangguku lagi. Aku pergi dari rumah kontrakan terkutuk itu seraya bertekad akan memendam petaka itu sendiri

Kisah Taro – Bercinta Dengan Guru Bahasa Indonesiaku

TAROSLOT Bercinta Dengan Guru Bahasa Indonesiaku, Saat ini aku dapat berlatih di universitas yang aku minati, julukan aku Rendi, saat ini aku bermukim di Yogyakarta dengan sarana yang amat baik. Aku pikir aku lumayan asian buat bertugas sembari berlatih jadi aku berpendapatan besar.

Mulai dari reuni SMA aku di Jakarta. Sehabis itu, aku berjumpa dengan guru bahasa Indonesia aku, kita berdialog dengannya. Nyatanya Ms. Santi sedang amat bugat serta amat menarik. Penampilannya luar lazim, menggunakan rok kecil kencang, gamis tank maksimum alhasil lekuk badannya nampak sedemikian itu bening. Nyata ia sedang belia sebab kala aku di sekolah menengah ia merupakan guru paling muda yang membimbing di sekolah kita. Sekolah aku cuma terdiri dari 2 kategori, beberapa besar anak didik merupakan wanita. Aku berdialog lumayan lama dengan Ms. Santi, kita warnanya tidak mengetahui kalau durasi berjalan kilat alhasil para pengunjung wajib kembali. Kemudian kita berjalan mengarah gapura sembari berjalan melampaui ruang kategori tempat aku berlatih kala aku sedang di sekolah menengah.

Seketika Ms. Santi ingat kalau tasnya terabaikan di ruang kategori alhasil kita terdesak kembali ke kategori. Pada durasi itu nyaris jam 2 simpati malam, meninggalkan kita seorang diri. Lampu di tengah alun- alun didiamkan. Sesampainya di kategori, Ms. Santi mengutip tasnya, kemudian aku ingat gimana rasanya di kategori dengan sahabat. Benak aku sirna kala Santi memanggil aku.

Mengapa Rendi?

Ah… tidak apa- apa, saya menanggapi.( Sesungguhnya, atmosfer yang hening serta amat mengerikan membuat kemauan aku meluap paling utama kala terdapat Santi disebelah aku, membuat batin aku senantiasa berdebar- debar).

“ Mari, Rendi, mari kembali, saya hendak kehilangan pemindahan” tutur Bunda Santi.

Lebih bagus bunda turut saja ke mobil aku, aku jawab dengan raguragu.

Dapat kasih, Rendi.

Aku tidak terencana mengatakan perasaan aku pada Ms. Santi kalau aku menyukainya, Oh Tuhan, apa yang aku jalani, di dalam batin aku. Warnanya situasinya berkata suatu yang lain, Ms. Santi senyap serta langsung pergi dari kategori. Aku belingsatan serta berupaya memohon maaf. Bunda Santi nyatanya berpisah dari suaminya di Australia, tuturnya suaminya kembali ke negaranya. Aku terkesima dengan statment Ms. Santi. Kita menyudahi sejenak di depan kantornya serta setelah itu Nyonya Santi mengutip kunci serta berangkat ke kantornya, aku pikir kenapa tiba ke kantornya malam ini. Aku jadi terus menjadi mau ketahui serta masuk serta berarti buat membawanya kembali namun Ms. Santi menyangkal. Aku merasa tidak lezat kemudian menunggunya, aku melekap pundak Nyonya Santi, dengan kilat Santi mau menyangkal namun terdapat peristiwa tidak tersangka, Santi mengesun aku serta aku menanggapi.

Ohh, alangkah baiknya saya, kemudian saya kilat menciumnya dengan seluruh hasratku yang tersembunyi. Warnanya Ms. Santi tidak ingin takluk, ia menciumku dengan kemauan besar buat menginginkan kehangatan dari seseorang laki- laki. Saya dengan terencana melewati dadanya yang besar, Bunda Santi terengah- engah supaya kecupan kita jadi lebih panas serta setelah itu terdapat peperangan yang amat menggembirakan. Santi memainkan tangannya ke arah batang selangkangan aku alhasil aku amat terangsang. Setelah itu aku memohon Ny. Santi buat melepaskan bajunya, satu untuk satu kancing bajunya dibuka dengan halus, aku memandang dengan penuh antusias. Nyatanya perkiraan aku itu salah, dada kecil yang aku pikir nyatanya amat besar serta bagus, bra itu merupakan renda gelap dengan bentuk yang amat subbagian.

Jadi tidak adem, aku mengesun lehernya serta saat ini Ms. Santi separuh bugil, aku tidak mau lekas menelanjanginya, jadi aku lama- lama menikmati keelokan badannya. Aku melepas pakaian aku alhasil badan aku yang kokoh serta atletis membangkitkan antusiasme Ms. Santi, Rendi Aku pikir Bunda mau bercinta dengan kalian saat ini… Rendi, tutup pintunya dahulu, ia berbisik dengan suara sedikit bergetar, bisa jadi menahan hasrat yang pula mulai naik.

Tanpa diberitahu 2 kali, sedini cepat saya lekas menutup pintu depan. Pasti jadi kondisi yang nyaman serta teratasi. Sehabis itu aku kembali ke Ms. Santi. Saat ini aku nongkrong di depannya. Menggosok rok mininya serta meregangkan kakinya. Astaga, alangkah lembut kedua pukang. Basisnya nampak terkulai dibungkus celana gelap amat sedikit. Sembari mengesun pahanya, tangan aku menelusuri selangkangannya, meremas gohong serta klitorisnya yang pula besar. Lidah aku naik ke atas. Bunda Santi berjalan dengan gembira sembari mendesah halus. Kesimpulannya jilatan aku hingga di akar pahanya.

Baca juga: Kenikmatan Bercinta Dengan Pacar Kakak

Apa yang kalian mau, bro, ia menanya dengan halus sembari menggenggam kapal aku eraterat.

Ooo oh.. oh.., desing kecapekan Ms. Santi kala lidahku mulai main di gohong kesenangannya. Ia nampak aman walaupun sedang dibatasi oleh busana dalam.

Aku tingkatkan serbuan itu. Aku membebaskan celana. Saat ini rahasianya terdapat di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris besar cocok dengan impian aku. Di dekat rambutnya tidak sedemikian itu tebal. Lidah aku setelah itu diputar di bibir kemaluannya. Peresmian itu mulai masuk ke dalam dengan aksi melingkar yang membuat Santi lebih aman, hingga ia wajib mengangkut pinggulnya. Aahh, kalian amat cerdas. Berlatih dari mana hh

Tanpa sungungan Santi mengesun bibirku. Setelah itu tangannya memegang celana aku yang muncul sebab batang dari selangkangan yang berdiri, meremasnya buat sedangkan durasi. Alangkah halus ciumannya, walaupun sedang polos. Aku mengulurkan lidah serta membawakannya di dalam mulutnya. Saya menggelikan lidahnya hingga ia nampak semacam ia ingin. Awal mulanya Santi kelihatannya memberontak serta membebaskan diri, namun aku tidak membiarkannya berangkat. Mulutku semacam melekat di mulutnya. Uh, kalian berpengelaman sekali. Dengan siapa? Kekasih Kamu?, Beliau menanya di antara kecupan kecil yang berapi- api serta mulai buas. Aku tidak menanggapi. Tanganku mulai main dengan kedua payudaranya yang menarik. Janganlah goda saya, saya membebaskan bra. Saat ini ia bugil dada. Tidak puas, aku langsung merendahkan rok mininya. Saat ini ia bugil. Alangkah senangnya memandang badannya. Putih padat, cepat serta lembut.

Tidak seimbang. Kalian pula wajib bugil… Ms. Santi melepaskan bajuku, celanaku, serta kesimpulannya celana dalamku. Batang berdiri dari selangkangan aku langsung timbul. Tanpa diperintahkan kita jatuh ke lantai, berguling, silih menumpang bertumpukan. Aku memandang ke dasar di selangkangannya, mencari dasar kesenangannya. Tanpa maaf mulut serta lidah aku melanda wilayah itu dengan buas. Ms. Santi mulai menghasilkan jeritan menahan menahan kenikmatan. Nyaris 5 menit kita menikmati perlombaan. Berikutnya aku merangkak naik. Sorong poros ke mulutnya.

Isaplah ibuu… Tanpa menunggu balasan, saya lekas meletakkan batang selangkanganku ke mulut mungilnya. Awal mulanya kira- kira sulit, namun lambat- laun ia dapat membiasakan supaya tidak lama sehabis batang akar pukang masuk ke gerong mulutnya. Apalagi, terdapat kenikmatan tidak tara… Sepanjang ini, gimana dengan suami yang main seks?, aku menanya sembari meremas payudaranya. Bunda Santi tidak menanggapi. Ia justru melepas batangku dari mulutnya serta kembali mengesun bibirku dengan penuh antusiasme. Tanganku bergantian memainkan kedua payudaranya yang elastis serta selangkangan berair. Aku ketahui, ia sudah rancu. Tetapi saya terencana membiarkannya jadi penasaran sendiri.

Namun lambat- laun aku tidak kuat pula, batang perlengkapan kemaluan aku pula mau lekas mendongkrak lubang kenikmatan. Setelah itu dengan kilat aku memusatkan batang aku mengarah selangkangannya. Kala mulai mendobrak lubang kenikmatan, aku merasa badan Santi lebih bergetar. Ohh, ia mendesah kala sedikit untuk sedikit batang kemaluanku masuk ke lubang memeknya. Sehabis seluruh batang aku masuk, aku lekas bergoyang- goyang di atasnya. Aku lebih terangsang oleh jeritan kecil, memekik serta 2 buah dada yang berasosiasi dengan bergetar.

3 menit sehabis aku berayun, Santi mencocokkan kakinya ke pinggang aku. Pinggulnya terangkat. Kayaknya ia hendak orgasme. Aku tingkatkan energi sorong batang selangkangan aku. Ooo ahh hmm sshhh, santi mendesah dengan badan bergetar menahan kebahagiaan pucuk yang ia miliki. Aku membiarkan ia menikmati orgasme buat sedangkan durasi. Saya mengesun pipinya, jidat, serta semua mukanya yang berkeringat. Saat ini Ms. Santi berputar. Naik di atas meja… saat ini kita main di atas meja ok! Aku menata badannya serta Ms. Santi bagi. Ia saat ini bertumpu pada siku serta kakinya. Apa style ini?, Tanyanya.

Sehabis sedia, aku mulai tingkatkan serta mengguncangkan badannya dari balik. Bunda Santi berteriak lagi serta mendesah pada kenikmatan tidak tara, yang bisa jadi tidak sempat didapatnya dari suaminya. Sehabis ia orgasme 2 kali, kita rehat.

Jenuh?, Aku menanya. Kamu seorang diri. Hingga saya mau memusnahkan tulangku.

Tetapi ini lezat, bu…, saya menanggapi sembari kembali buat meremas payudaranya yang menggemaskan.

Betul, aku letih. Tetapi bantu lagi, aku mau masuk supaya mani aku pergi. Di mari aku tidak kuat lagi dengan batang selangkangan aku. Saat ini Ms. Santi terdapat di atas, kataku sembari membiasakan letaknya.

Aku tiduran serta ia bersandar di pinggang aku. Aku membimbing tangannya buat menggenggam batang aku buat masuk ke selangkangannya.

Sehabis merambah badannya, saya turun cocok dengan ototku dari dasar. Ms. Santi kaget menjajaki aksen ayunan aku yang terus menjadi kilat serta kilat. Payudaranya yang berasosiasi dengan ayunan menaikkan antusiasme aku. Terlebih diiringi dengan erangan serta jeritan saat sebelum orgasme. Kala ia menggapai orgasme, saya tidak memiliki apa- apa. Aku lekas mengganti posisi ke style konvensional. Bunda Santi berserah serta saya menembaknya dari atas. Dekat puncak aku tingkatkan gelombang serta kecekatan perlengkapan kemaluan selangkangan. Oh Santi, aku mau pergi dari mari ahh.. Tidak lama sehabis itu mani aku bersimbur ke lubang kenikmatan. Ms. Santi yang setelah itu beliau pula menjajaki puncak. Kita berpelukan akrab. Saya merasakan lubang kenikmatan sedemikian itu hangat mencubit batang kemaluanku. 5 menit lagi kita bebas semacam itu.

Kita berciuman, silih dekap serta meremas bokong satu serupa lain. Semacam puas puas merasakan kenikmatan yang terkini saja kita rasakan. Sehabis itu kita berbenah serta kembali ke rumah aku sebab Santi wajib berangkat membimbing esok harinya serta aku dapat menjemput petang hari.

Petang datang, Bunda Santi aku jemput dengan mobil aku. Kita makan di plaza serta sehabis berakhir makan kita mengarah ke mobil kita di tempat parker mall. Di tempat parkir itu kita berperan lagi, aku mulai mengesun lehernya. Bunda Santi mendongak sembari menutup matanya, serta tanganku mulai meremas payudaranya. Napas Santi terus menjadi terengah- engah, serta tangan aku masuk di antara pahanya. Celana dalamnya berair, serta jariku menyapu bagian yang membayang. Uuuhh… mmmhh… Ms Santi mengguncangnya, tetapi antusiasme aku sudah datang di ubunubun serta aku sudah membuka menuntut busana serta rok mininya.

Aaahh…! Ms Santi dalam posisi yang menantang di bangku balik mengenakan bra merah serta CD merah. Aku lekas mengesun putingnya yang besar serta sedang terbungkus bra subbagian, bergantian kiri serta kanan. Tangan Santi mengelus bagian balik kepala aku serta tertahan- tahan membuat aku terus menjadi tidak sabaran. Saya melepas celana dalamnya, serta busut kemaluannya timbul. Aku lekas menimbun kepala aku di tengah 2 pukang. Ehhh, mmmhh… Tangan Santi meremas bangku mobil aku serta pinggulnya bergerak kala bibir kemaluannya dipeluk. Sesekali lidahku beranjak ke perutnya serta menjilatnya lama- lama.

Ooohh… aduuhh… Bunda Santi mengangkut punggungnya kala lidahku menyelinap di antara bagian kelaminnya yang sedang amat cepat. Lidah aku beranjak dari atas ke dasar serta bibir perlengkapan kemaluan mulai terbuka. Sesekali lidahku menyapu klitorisnya yang membuat badan Bunda Santi meloncat serta nafas Bunda Santi semacam lagi dikisahkan. Tanganku naik ke dadanya serta meremas 2 busut di dadanya. Putingnya membengkak serta membeku. Kala aku menyudahi menjilati serta mengisap, Santi tergeletak terengah- engah, matanya tertutup. Aku bergegas membuka seluruh busana aku, serta penis aku diulurkan ke lelangit, aku membaringkannya di pipi Santi. Mmmhh, mmmhh… Ooohhm… Kala Ms. Santi membuka bibirnya, saya menekan kepala penisku, saat ini ia mulai menghirup. Tanganku bergantian meremas dadanya serta membelai kemaluannya. Oouuuh, Ny. Santi, enaknyaa ahhh, saya memekik.

Bunda Santi lalu mengisap batang aku sedangkan tangannya menyikat lubang kenikmatannya yang pula sudah terhenti sebab ia terangsang buat mencermati batang selangkangan aku yang sedemikian itu besar serta kokoh untuknya. Nyaris 20 menit ia mengisap batang kemaluanku serta lekas aku merasakan suatu di dalam batang mau melompat pergi. Bunda Santi… ooohh… ohhhh, saya berteriak. Ia paham kalau bila aku mau pergi, hingga ia menguatkan hisapnya serta sembari menekan lubang kenikmatannya, aku memandang ia berkedut serta matanya tertutup, kemudian… Creet.., suuurr… ssuuur..

Oughh… Rendi… lezat… erangan terhambat sebab mulutnya diisi oleh batang selangkanganku. Serta sebab isapannya sangat kokoh, aku kesimpulannya tidak kuat dentuman serta sembari memegangi kepalanya, aku menumpahkan surai aku ke dalam mulutnya, Crooot, croott, crooot, banyak curahan aku di mulutnya.

Aaahkk… ooough, saya bilang puas. Saya sedang belum merasa lesu serta sedang sanggup lagi, saya hendak naik ke atas badan Bunda Santi serta bibirku memusnahkan bibirnya. Aroma penisku terdapat di mulut Ny. Santi serta aroma mulut Nyonya Santi di mulutku, beralih kala lidah kita terangkai. Dengan tangan, saya menggesek kepala penisku ke antara di selangkangan Ms. Santi, serta sesaat setelah itu merasakan tangan Santi menekan pantatku dari balik. Ohm, masukannnlahhh… augh… masuklah

Lambat- laun selangkanganku mulai menerobos ke dalam gohong kemaluannya serta Ms. Santi terus menjadi mendesah dalam napasnya. Lekas kepala penisku ditahan kembali oleh suatu yang elastis. Dengan satu tahap, obati halangan. Ms. Santi berteriak sedikit. Saya menekan lebih dalam serta mulutnya mulai berkicau, Ups, bro… yeah, kemudian, kemudian… mmmhh, oh yeah, baik… Rendi

Aku melingkarkan tangan aku di punggung bunda aku, kemudian membalikkan kedua badan kita alhasil Nyonya Santi saat ini bersandar di pinggul aku. Nampak penisku melekat ke akar ayam kepunyaannya. Tanpa butuh diajari, Ms. Santi lekas menggerakkan pinggulnya, sedangkan jari- jariku bergantian meremas serta menyapu payudaranya, klitoris serta pinggulnya, serta kita pula berkompetisi buat menggapai pucuk.

Sehabis sebagian durasi, aksi pinggul Ms Santi jadi terus menjadi edan serta ia menundukkan tubuhnya dengan bibir kita sirna cair. Tangannya mencapai rambutku, serta kesimpulannya pinggulnya menyudahi tersentak. Terasa semacam larutan hangat di semua batang selangkangan aku. Sehabis badan Santi tenang, aku mendorongnya ke punggungnya, serta sembari menekannya, aku mengejar pucuk orgasme aku sendiri. Kala aku menggapai puncak, Bunda Santi nyata merasakan basut air aku di lubang kenikmatannya, serta ia meringik lemas serta merasakan orgasme keduanya. Buat durasi yang lama kita senyap, terengah- engah, serta badan kita yang berair oleh keringat sedang beranjak bersama- sama bergeseran, merasakan kenikmatan orgasme.

Kisah Taro – Demi Nilai Aku Rela Puaskan Nafsu Dosen

TAROSLOT Demi Nilai Aku Rela Puaskan Nafsu Dosen, Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Herianto berada.

“Winda…”, sebuah suara memanggil.

“Hei Ratna!”.

“Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.

“Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?”.

“Idih jahat banget!”.

“Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!”.

“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu. Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.

“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.

“Selamat siang pak!”.

“Selamat siang, kamu siapa?”, tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.

“Saya Winda…!”.

“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.

“Iya benar pak.”

“Saya tidak ada waktu, nanti hari Minggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.

“Ada lagi?” tanya dosen itu.

“Tidak pak, selamat siang!”

“Selamat siang!”.

Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh!

Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Herianto, dosen berengsek itu.

Rumah Pak Herianto terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.

“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Herianto sendiri.

“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.

“Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Herianto ramah.

“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.

Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.

Rumah Pak Herianto tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.

“Gimana sudah siap?”, tanya pak Herianto mengejutkan aku dari lamunannya.

“Eh sudah pak!”

“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…, kalau…!”

“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Herianto sudah menuburuk tubuhku.

“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.

“Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.

Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Herianto.

“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Herianto.

Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakiku pun terasa gemetar.

Pak Herianto seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Herianto, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.

Merasa mendapat angin kini tangan Pak Herianto bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.

Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.

Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Herianto melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.

Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Herianto berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.

“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak Herianto mengagumi kecantikanku.

Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.

Dengan lembut Pak Herianto mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.

Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.

“Pak…!”, rintihku memelas.

“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Herianto. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.

“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Herianto melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Herianto keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?

Tiba-tiba Pak Herianto melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.

Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Herianto ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.

Beberapa saat kemudian Pak Herianto melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Herianto yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.

Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak mem*kik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.

Pak Herianto cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.

Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Herianto menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Herianto menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.

Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Herianto yang super itu, dan ini makin membuat Pak Herianto tergila-gila.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Herianto membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Herianto. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.

Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang mem*kik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi…,

ku mem*kik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah

Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Herianto kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Herianto yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.

Namun beberapa saat kemudian, Pak Herianto mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.

Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.

Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.

Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.

“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda liar!” kata Pak Herianto penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.

Pak Herianto kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.

Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.

“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut laki-laki itu pendek.

“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak puas.

“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Herianto.

Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi aku pun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.

“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Herianto hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.

Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Herianto, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.

“Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.

“Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek.

“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!”.

“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.

“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.

“Masuklah Winda…”.

“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih mencoba menolak dengan halus.

“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Herianto saja kau mau!”.

Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.

“Da…,Darimana kau tahu?”.

“Nah, jadi benar kan…, padahal aku tadi hanya menduga-duga!”

“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.

Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.

Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.

“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah mendesak.

Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Herianto, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.

Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.

“Ke mana kita?”, tanyaku hambar.

“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”, tanya Dino pura-pura heran.

“Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.

“Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!”, Dia berkomentar.

“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.

“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!”, pancing Dino.

“Sesukamulah…!”, Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.

Dino tertawa penuh kemenangan.

Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.

Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.

Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.

Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata “lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.

Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.

Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.

Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.

Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.

“Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?”.

“Kurang ajar kau Dino!” Aku mengumpat sekenanya.

Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, “Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”

Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.

Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.

“Harum!”, katanya.

Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.

“36B!”, katanya pendek.

Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.

“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”, katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.

Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.

“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”

Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.

Dino rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.

Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.

Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.

Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.Cerpen Sex

“Winda…”,

“Ya?”,

“Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.

“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.

Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.

“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.

Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.

Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.

Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.

Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.

Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.

Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.

Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.

Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku mem*kik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.

Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.

Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.

Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.

Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.

Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.

Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.

Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.

Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.

Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.

Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.

Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya

Dengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.

Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.

Aku berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.

“Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?” tanyaku pada Dino.

Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.

Di sana aku mandi berendam air panas sambil menangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.

Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.

Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.

Kisah Taro – Pijitan Pembantu Berujung Croot

TAROSLOT Pijitan Pembantu Berujung Croot, Cerita ini dimulai dengan obrolan ringan dengan terapis pijat yang sering mengunjungi rumah tetangga saya. Apakah Anda ingin memberi ayah Anda pijatan lagi? Sudah seminggu, bukan? Pak, pulang jam berapa? Sekarang? Ok pak, tapi saya mau mandi dulu? Aku menunggu lama untuk pintu baru yang Nika buka.

Maaf pak, baru mandi, kata Nika buru-buru. Ah, penisku mulai bergerak ke atas. Nika mengenakan baju tidur yang basah kuyup, dan rupanya bentuk kembarannya yang bulat menandakan dia tidak memakai bra. Mungkin cepat. Tidak apa-apa.

Bisa mulai ? Bisa pak saya ganti baju dulu? Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Nica masuk.

Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya.

Dada itu kelihatan makin menonjol saja. Penisku berdenyut. Siap Nica? Ya pak? Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Nica mulai dengan memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar.

Cara memijat tubuhku bagian belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Nica melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku.

Selama telungkup ini, penisku berganti ganti antara tegang dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basabasi dan serius?, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.

Depannya Pak? Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Nica melirik penisku, lagi2 hanya sekilas,

sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri.

Cara mengurut paha masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Nica lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur. Kenapa Nica ? Aku mulai iseng bertanya.

Ah engga katanya sedikit gugup.?Cepet bangunnya hi ..hi..hi..? katanya sambil ketawa polos. Iya dong. Kan masih sip kata kamu? Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku,

kali ini dia langsung menggarap penisku, tanpa kuminta ! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi ? Jangan berharap dulu, mengingat kesetiaannya kepada isteriku. Cara mengurut penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan.

Jadi aku tak sempat mendaki, cuman pengin menyetubuhinya Udah. Benar2 masih sip, Pak Mau coba sipnya ? kataku tiba2 dan menjurus. Wajahnya sedikit berubah. Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu? Engga apaapa asal engga ada yang tahu aj, Nica diam saja.

Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya. Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu.

Aduuuhhh. Aku mampu bertahan engga nih. Apakah aku akan melanggar janjiku ? Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusapusap pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Nica menghindar dengan sopan.

Tapi kali ini tanganku bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkalikali. Lama2 Nica membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremasremas pantat itu, Nica tak berreaksi, masih asyik mengurut. Nica masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengeluselus pahanya.

Tapi itu tak lama, Nica mengubah posisi berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang ? Tanganku mulai diurut.

Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku makin nekat.

Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu. Paak Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku. Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya.

Yang penting Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas.

Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BHnya, Ah putting dadanya sudah mengeras Nica menarik telapak tanganku dari dadanya. Bapak kok nakal sih Katanya, dan .. tibatiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku.

Aku sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur.

Kubuka kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya. Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih.

Kuturunkan tali Bhnya sehingga putting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan mulutku.Aaahhffffhhhhh. Paaaaak rintihnya. Tak ada penolakan.

Aku pindah ke dada kanan, kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BHnya sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Nica ke kasur, dada besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya.

Nica tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku. Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CDnya Jangan Pak.

Kata Nica terengah sambil mencegah melorotnya CD. Wah engga bisa dong aku udah sampai pada point noreturn, harus berlanjut sampai hubungan kelamin.

Engga apaapa Nica ya. Bapak pengin. Badan kamu bagus bener ? Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah terangsang.

Aku melanjutkan menarik CDnya hingga lepas sama sekali. Nica tak mencegah lagi. Benar, Nica punya bulu kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi.

Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya. Auww. Pelan2 Pak.

Sakit.!? Bapak pelan2 nih ? Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya. Bapak sabar ya. Saya udah lamaa sekali engga gini ? Ah masa ? Benar Pak? Iya deh sekarang bapak masukin lagi ya.

Pelan deh..? Benar Bapak engga bilang ke Ibukan ? engga dong gila apa? Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugesergeser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya.

Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan. Aaghhhhfff? serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi Sakit lagi Nica hanya menggelengkan kepalanya. Terusin Pakperlahan? sekarang dia yang minta.

Aku menekan lagi. AH bukan main sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosokgosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok. Kalau dengan isteriku atau Si Ani, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di vaginanya masingmasing.

Nica memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh goyangan Nica, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Nica yang sempit itu. Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan.

Gesekan dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan. Setelah hampir sampai ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok. Demikian seterusnya dengan bertahap menambah kecepatan. Tingkah Nica sudah tak karuan.

Selain merintih dan teriak, dia gerakkan tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat, kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya.

Memang beda, janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga rasanya dengan Ani yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Nica menggerak gerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram punggungku kuatkuat sambil menjerit,

benar2 menjerit ! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam sana.

Ohh nikmatnya.. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas. Nica telah mencapai orgasme ! Sementara aku sedang mendaki.

Paaak ooohhhh..? Kenapa Nic ? Ooohh sedapnya ? Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama. Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur.

Nica menangis ! Kenapa Nic ? Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja. saya berdosa ama Ibu katanya kemudian Engga apaapa Nic.. Kan Bapak yang mau? Iya .. Bapak yang mulai sih.

Kenapa Pak ? Jadinya saya engga bisa menahan Aku diam saja. Saya khawatir Pak Sama Ibu ? Bapak engga akan bilang ke siapapun, Juga khawatir kalo kalo, Kalo apa Tin, Kalo saya ketagihan Oh jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi.

Tinggal bilang aja? Ya itu masalahnya? Kenapa ? Kalo sering2 kan lama2 ketahuan .. Yaah harus hati2 dong? kataku sambil mulai lagi menggoyang. Kan aku belum sampai. Ehhmmmmmm reaksinya. Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Nica juga mulai ikut bergoyang. Makin cepat.

Aku merasakan hampir sampai di puncak. Nic Ya Pak Bapak. hampir. sampai ? Teruus Pak? Kalo.. keluar .gimana ? Keluarin..aja Pak Engga. apaapa? Engga.. usah dicabut? Jangan.. pak . aman.. kok? Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku cepat mencaki puncak.

Kubenamkan penisku dalam2 Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas. Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar biasa.

Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu berbulan madu dengan isteriku. Vagina Nica memanggurih?, dan aku bebas mencapai puncak tanpa khawatir resiko.

Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah ? Nic Ya .. Pak? Makasih ya benar2 nikmat? Sama sama Pak. Saya juga merasakan nikmat? Masa ..? Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak? Ah kamu ? Baner Pak.

Sama suami engga seenak ini? Oh ya ? Percaya engga Pak. Baru kali ini saya merasa kaya melayanglayang ? Emang sama suami engga melayang, gitu? Engga Pak. Seperti yang saya bilang punya Bapak bagus banget? Katamu tadi.

Udah berapa lama kamu engga begini ..? Sejak.ehm.. udah 4 bulan Pak? Lho. Katanya kamu udah cerai 5 bulan? Benar ? Trus ? Waktu itu saya kepepet Pak? Sama siapa? Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak. Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu.

Engga tahan diganggu terus? Cerita dong semuanya? Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak, sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00.

Dia mau ajak saya ke Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu? Trus ? Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya mau? Pernah sama tamu yang lain ? Engga pernah Pak.

Habis itu trus saya langsung berhenti? Kapan kamu terakhirmain ? Ya itu sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu sebelum kesini. Selama itu saya engga pernah?main?, sampai barusan tadi sama Bapak .

Enak banget barusan kali karena udah lama engga ngrasain yaPak atau emang punya Bapak siip bangethi..hi..? Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat. Dia mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yanglegit?, lengketlengket sempit, dan seret.

Kamu engga takut hamil sama tamu itu ? Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB). Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang.

Bapak takut saya hamil ya? Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa khawatir dia akan hamil. Jam berapa Pak ? Jam 4 lewat 5? Pijitnya udah ya Pak.

Saya mau ke belakang dulu? Udah disitu aja? kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku. Dengan tenangnya Nica beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga. Tak lama kemudian Nica muncul lagi.

Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada besarnya.Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BHnya. Melihat caranya memakai BH, aku jadi terangsang.

Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi. Begitu Nica memungut CDnya, tangannya kupegang, kuremas.

Bapak pengin lagi, Nic? Ah nanti Ibu keburu dateng , Pak? Masih ada waktu kok? Ah Bapak nih gede juga nafsunya? katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi.

Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Nica, janda muda beranak satu, pembantu rumah tanggaku.. Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan.

Kapan aku mau tinggal pilih waktu yang aman (cuma Nica sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Nica selalu menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku.

Tempatnya, lebih aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulaiberani? memanggilku untuk menyetubuhinya. Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah berangkat sekolah dan Ade pergi less bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya dia juga pengin disetubuhi.

ketika aku langsung pulang, Nica menyambutku di pintu hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan menelanjangiku ! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu.

Kisah Taro – Diperkosa Malah Ketagihan

TAROSLOT Diperkosa Malah Ketagihan, Namaku Winie, umurku sudah 35 tahun dengan dua orang anak yang sudah beranjak dewasa. Waktu menikah umurku masih 19 tahun dan sekarang anakku yang paling tua sudah berumur 15 tahun sedang yang bungsu berumur 13 tahun. Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang.

Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku.

Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran. Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan.

Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya. Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku.

Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada.

Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku. Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku.

Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.

Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup.

“Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka. Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku. “Aris.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot. “silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.

Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari. Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku.

Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.

“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar. “Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet. “Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang. Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya.

Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu.

Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka. Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya.

Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi. “Aris.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.

Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya. Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk.

Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku. “Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku. “Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.

“Tapi saya majikan kamu Ris..” kataku mencoba mengingatkan. “Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan. “Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku. “Tapi malam ini Bu Winie harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli.

Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang. Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya.

Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu. “Aris.. jangan Ris.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya.

Namun Aris, supirku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku. “Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku. Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku. “Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku.

Tangan Mas Aris terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli. Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk.

Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing. “Ouh.. Winie.. wajahmu cukup merangsang sekali Winie..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.

Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian, “Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu. Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya.

Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah. “Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Aris melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku.

Tidak berapa lama kemudian kurasakan bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan. Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang.

Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang vaginaku yang paling sensitif itu. “Aris.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aar.. riss..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya.

Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya. “Ouh.. Ris..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri. “Sabar Win.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya.

Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Aris lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu. “Bu Winie.., saya entot sekarang ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah.
“Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku. “Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..” “Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya.

Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir vaginaku. Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu.

Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai, “Ouhh..” Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku. “Sialan kamu Ris!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.

Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali. “Kamu gila Ris, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku. “Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal. “Tenang Bu Winie.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Winie.” ucapnya dengan tenang.

“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus. “Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Winie enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.

“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Ris..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama merencanakannya. “Bagaimana Bu Winie..?” “Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Ris..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas. “Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku.

Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali. “Kok ngak dijawab sich!” tanya supirku lagi.

“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Aris!” kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku. “Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku.

Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding.

Setelah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu. Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Aris supirku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.

Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil. Lalu diambilnya sabun Lux cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya.

Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke buah dadaku yang kanan. Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits.

Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.
“Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir vaginaku. Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun Lux cair itu menjadi semakin berbusa.

Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan badan, supirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.

“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara. Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi.

Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal. Supirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.

“Biar saya yang suapin Bu Winie yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya. “Kamu yang masak Ris!” tanyaku ingin tahu. “Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supirku. “Ayo dicicipi!” katanya lagi. Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok.

Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga. “Bolehkan saya memanggil Bu Winie dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue. “Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku. “Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.” Kalau saya boleh manggil Mbak Winie, berarti Bu Winie eh.. salah maksudnya Mbak Winie, panggil saya Bang aja yach!” celetuknya meminta.

“Terserah kamu saja ” kataku. “Sudah nggak capai lagi kan Mbak Winie!” sahut supirku. “Memang kenapa!?” tanyaku. “Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali. Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi saja aku diperkosanya malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati.

Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku.

Kisah Taro – Mama Tiri dan Kakak Tiri Jadi Pelampiasan Nafsuku

TAROSLOT Mama Tiri dan Kakak Tiri Jadi Pelampiasan Nafsuku, Perkenalkan Namaku Riz, Aku tinggal di kota Pekanbaru berbasis disumatera, kisah hidupku ini sangat hancur dimana pada saat aku umur 5 tahun Mama Dan Papaku sudah bercerai, aku tak tahu apa yang mereka pikirkan untuk mengakhiri hubungan mereka yang jelas mereka tidak saling mencitai lagi. Mungkin Karena Papa Sering Mengutamakan Bisnisnya yang dimana Bisnis itu Mempunyai keuntungan besar. Kebetulan aku ikut papaku, aku ke tempat mama pada waktu libur sekolah saja dikarenakan aku sekolah di lingkungan sekitar.

Dua tahun kemudian pada saat umurku 7 tahun papa menikah dengan seorang Janda muda yang terpaut lima tahun dari papaku, papa usia 36 tahun. Namanya Dwi Dia cukup cantik Kulitnya Putih mulus, Langsing, payudaranya 36B kenceng, dan suka Sex, Wajahnya seperti artis fitri karlina, Dan tak hanya itu dia pun membawa anak Yang umurnya beda 5 denganku Sebut saja Mbak Karin. Dia gak kalah cantik dengan Ibunya Kulitnya sawo matang (mirip ayahnya terdahulu), Cantik, Buah dadanya Masih kecil seumuran anak SMP kelas 3. Mirip sama Binca Riiza manisnya.

Cerita Sex Bercinta Dengan Mama Tiriku
Papa Memang Sudah lama Memperkenalkan Mereka kepadaku Namun Baru umur 7 tahun inilah aku merestuinya, bagaimana tidak, diusia seperti itu aku memang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu, walaupun aku takut jika suatu saat nasibku sama seperti bawang putih. dua tahun setelah menikah Mama Dwi memang sangat baik orangnya, dia suka anak kecil dia tidak membanding-bandingkan ku dengan Mbak Karin, Begitupun Mbak karin Juga sangat menyayangiku..

Pada Saat Ulang Tahunku Yang Ke 10th ayah memberiku sebuah Sepeda Untuk belajar mandiri, pada saat itu juga ayah Berpamitan pada aku mama dwi dan mbak kari, kalau dia akan pergi ke Bandar seri begawan untuk menemui rekan bisnisnya.

Singkat cerita. Dua hari setelah papa pergi, Mama sedang mberbaring di sofa depan sambil membaca koran Lypstik. aku bilang dengan mama Dwi

“mah, adik kan ultah, mama gak ngasih kado apa ?”,
“adik mau kado apa” jawabnya dengan lembut.
“yang jelas aku mau yang enak dan gak pernah bisa dilupan” pada saat itu aku berharap mama mengajakku makan.
“jadi kamu mau yg enak-enak ya ? ikut mama yuk sayang ?” aku pun girang
“kemana mah ? restoran ya”, tanpa menjawab mama mengajakku kekamarnya,
“kamu tunggu disini dulu ya, jangan lupa Kamu harus Buka semua pakaian mu Sekarang Riz, mama mau manggil mbak karin Dikamarnya” sungguh aku tidak mengerti apa yg dimaksudkan mama.

Lima menit dia balik lagi membawa kak karin yg saat itu baru habis mandi,rambutnya masih basah setengah kering, dia hanya memakai miniset Hitam dan perutnya dibalut handuk,

“Nih mbak, adikmu Mau yang enak” nih kamu kasih dia sesuatu”.
“baik ma…”.kemudian mama pergi mandi.Pada saat posisiku duduk dipinggir kursi dan teanjang Dia langsung menyuruhku rebahah, Mbak karin langsung menciumi bibirku dgn lembut kemudian ke Dadaku Dan Perutku, aku kegelian dan hanya bisa pasrah menahan Nikmat yg terdalam,
“Dik, kontolmu Masih Kecil, Mau mbak besarin ?” kemudian aku mulai mengerti
“mmaau mbaak.” Lalu Dengan Cepat dia Menjilat, mengulum Kontolku, 5 menitan dia melakukan itu aku merasakan ada yang ingin keluar,
”mbak aku mau kencing udahan dulu”..
“kencing dimulut mbak aja dik Gak papa kok”, Dannn Crooott Ccrooot Ccccrooot.

Cairan putih kental menyembur ke mulut mbak tiriku, dia tertawa melihatku kejang” dan lemas !.

“Udah enak belum”..
“enak mbak,”..
“mau yang lebih enak?”..
“iya” jabwabku singkatt,

Kemudian dia berbaring dan Menanggalkan Semua yg ada dibadanya, dia suruh aku menindihnya kemudian Kontolku Dituntunnya Masuk Ke Vaginanya. Dengan 1kali hentakan, kontolku langsung tenggelam ke vaginanya,

“dia menyuruhku Memaju mundurkan pantatku. Yang keluar dari mulutnya

“ahhh,…. Ahh.. ahhhhhhhh… terus riz… teruuuuuusss… ahhhh….. Nikmat… bangettt…. Adik pintar..” dengan sangat bangga mendengarkata” itu lalu ku percepat gerakaya…
“ahhhhh ahhhhhh dikkkkkkk Riiiiiiiiiizzzzzzzzzzzzzzz Nikmaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaattt Goyanggggggggg….” Lalu Dia Kejang” dan Lemas tak berdaya bisa dikatakan Orgasme.

Tak lama kemudian aku pun mau kencing kembali

” mbakkkk aku mau kencinngggg….”
“cabuttt dik,,… Cabuttttttt. Ahhhhhhhhhh.” Aku tidak menhirukannya karena pada saat itu sedang nikmat”nya kemudian
“Croooooootttt. Croooottt.” Aku menghentikan gerakanku,.
“kok didalem dek ??? dia terkejut”,
“ini enak kak”..
“yah Sudahlah” jawabnya sangat lemas.. aku berbaring disampingnya Kemudian Mama Dwi pun Datang,
“adikmu sudah puas?”..
”sudah ma, Adik Ngecrot didalem”jawabnya.. “ mama lalu tertwa.

Kemudian mama Menanggalkan Daster orangenya dan lansunng Tenkurap, Wajahnya didepan wajahku, dadanya menindih perutku.

“Kamu Sudah Dapat yang enak Riz,”..
“Iya ma, itu tadi apa ya”,
“Itu namanya Ngentot Sayang. Mau gak Riz yang lebih enak”..
”mau mah” kemudian Mama menyuruhku Menjilati Payudaranya yang besar itu.

Aku menjilat putingya, kemudian ku kenyot layaknya seorang bayi yang menetek, mamaku merem melek, tak lama kemudian mama menghentikan Aksiku, dia Duduk Di Kepala Ranjang Dengan Paha yang mengangkang, Jembutnya sangat tipis Dan vagina yang Merah Jambu kecoklahatan, Aku disuruhnya Menjilat memeknya

“Sanyang, Puasin Mama juga yahh,,”. Awalnya aku Sedikit Jijik. Tapi setelah aku Cium Perlahan ternyata baunya wangi, Lalu aku jilat, kenyot, dan aku memencet Klitoris mama.

Sekirtar 7 menitan mama mengejang dan

“ahhhhhh….. Rizzzzz……… Mama Orgasme Sayaaaaaaaaaaanggg”. Ada Cairan Putih Bening yang keluar cukup banyak, tanpa aku Sadari aku menjilatnya dan menelanya sampai habis.

Rasanya asin sedikit gurih.. mama lemas dan bilang

“mama udah puas nak, Kamu Masukin Kontolmu ke Sini ya” sambil menunjuk vaginanya.

Tanpa pikir panjang aku langsung memasukkannya dan Sleebb. Kemudian aku melakukan apa yang aku lakukan pada mbak karin tadi. Dari mulai perlahan hingga ku percepat genjotannku. Mama mendesah saat aku mengulang genjotanku

“ ahhhh ahhhhh ahhhhhaaahhhh, kamu pintar nak… Mama milik mau sayanggg… Ahkkkkkkkkkkkk” .. Kemudian Tanpa diduga kak karin Tertidur sdisamping kami, dan tak mengiraukan permainan kami.

10 menitan Aku kembali ingin kencing…

“ mama aku pingin kencinggggggg… geli maaaaaa ahhhhhh.”
“ kencing aja sayanggggggggg.. kita barengan yahhhh akhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.” Kemudian Crootttttttt crottttt crottttt< banyak sekali cairan yang keluar membanjiri Vagina mama. “ mama tersenyum Dan menundukkan kepalaku,
“ Enak kan, Mulai sekarang kalo kamu mau seperti ini Langsung bilang ya, Tapi jangan kasih tau sama papa, kalo kamu kasih tau mama gak akan ngasih yang enak” lagi, mengerti Sayang “.
“iya ma, mama hebat,mama bisa ngasih yang enak”. aku janji gak akan ngasih tau papa.

Mama tersenyum Lalu tertidur, aku pun sangat lemas dan tertidur ditengah” merekan sambil memegang Payudara kakak dan mama… semenjak ayah sering pergi” kami sering melakukannya bertiga, mabk karin sekarang telah menikah dan dikarunia 3 orang anak 1nya dari sperma ku, kemudian mamapun hamil Itupun dari spermaku, papa sama sekali tidak curiga karena dia memang setiap pulang tujuan utama nya melepas sperma…

Kisah Taro – Kenalan di tempat Gym, Berakhir Croot

TAROSLOT Kenalan di tempat Gym, Berakhir Di Atas Kasur, Suatu saat, saya meluangkan diriku untuk laksanakan kesehatan sehingga kondisiku terjaga, dan saya bekerja di Jakarta dan sedang ada moment yang populer yang bakal saya jalani, setiap dua hari sekali dan setiap saya sesudah kerja, saya segera fitnes yang letaknya ada di hotel bersama alat-alatnya lengkap.

Maklum, pekerjaanku memerlukan vitalitas tinggi. Maka meskipun libur di Bandung, atau tepatnya pulang ke kampung halaman, saya tidak dulu melepas olahragaku yang satu * O ya, saya Aryo, biasa dipanggil Ary. Usiaku 30 tahun, dan belum menikah. Pastinya ini merupakan keuntunganku untuk dapat nikmati jaman bujang lebih lama, bersenang-senang dan melacak kehidupan cerita sex.

Sebenarnya obyek fitnessku sesungguhnya adalah, mengidamkan lihat wanita-wanita mengenakan pakaian ketat (baju senam), namun akhirnya bermanfaat, otot perutku rata, bisep dan trisepku terbentuk, hingga membuatku percaya diri. Tapi tentu saja kegiatanku ngeceng wanita mengenakan pakaian seksi tidak dulu kulewatkan. Sambil menyelam minum air.. he he hee.

Oke, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Asia Afrika. Aku tidak segera pulang ke rumahku. Satu hari cutiku, kumanfaatkan untuk nikmati Bandung sendiri, dibandingkan bersama tempat tinggal orang-orang. Orang tuaku juga tipe lama, yang penuh bersama ketetapan ketat, meskipun tidak sadar bakal hal itu yang dapat membuatku hidup mandiri.

Hari itu masih sakit kira-kira pukul 16. 30. Setelah saya cek di dan istirahat sebentar, kumanfaatkan sarana fitness gratisku. Aku menjadi mengganti bajuku bersama celana pendek dan t-shirt tanpa lengan.

Ketika saya memasuki area kebugaran, saya lihat sekeliling, masih agak kosong. Hanya ada lebih dari satu pria di lebih dari satu alat. Hmm, ini bukan hari keberuntunganku, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis. Ku kayuh sepeda itu kira-kira lima menit dan beralih ke lebih dari satu alat lainnya.

Sepuluh menit pukul lima sore, satu dua wanita masuk. Oke, ini bukan hari sialku. Aku makin motivasi menarik beban. Diikuti lebih dari satu wanita lainnya, yang tentu saja berpakain senam, warna-warni, ada yang kenakan celana panjang cutbray dan kaos ketat, celana pendek dan atasan tipe sport bra, meningkatkan indahnya panorama daerah fitness tersebut. Beberapa di pada mereka ada yang duduk, ada yang ngobrol, cekikikan, dan coba lebih dari satu alat. Oh, barangkali mereka sudi ber-aerobik, pikirku.

Hanya saja kala seorang wanita mengenakan pakaian seperti mereka masuk dan menotak-ngatik tape compo, dan terdengarlah suara musik house bersama tempo cepat. Masing-masing baris menyusun dan menjadi bergerak ikuti struktur. Gerakan demi gerakan mereka ikuti. masih pemanasan.

Tiba-tiba seorang wanita masuk, amat cantik dibanding mereka, tinggi 165-kira, kenakan pakaian senam bahan lycra mengkilat warna krem ​​dengan tipe tank top dan g-string di pantatnya.

Bongkahan pantatnya tertutup lycra ketat warna krem ​​lebih muda, sehingga menyerupai warna kulit bersama warna kuning langsat hingga kaki yang tertutup kaos kaki dan sepatu. Wow, amat seksi. Tak sengaja lihat anggota sebab handuk yang menggantung di dekat kursi bersama alat yang kupakai.

Tonjolan menempatkannya terlihat sadar sekali, tonjolan indah yang kira-kira 36 b ukuran. Sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya melacak baris yang masih kosong dan ikuti gerakan instruktur. Dadaku berdegup kencang terhadap selagi dia melirik meskipun cuma sedetik.

Gerakan demi gerakan instruktur yang diikutinya, menjadi dari gerakan pemanasan hingga gerakan cepat sehingga bongkahan payudaranya bergerak turun naik. Batangku menjadi membengkak sejalan bersama lincahnya gerakan si dia. Mataku tetap tertuju terhadap si dia.

Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm syukurnya diriku. Hingga akhirnya dia laksanakan gerakan pendinginan. Keringat di punggungnya, tercetak sadar di sekali dan di belakang, sehingga tonjolan meletakkan itu terlihat jelas, kala dia memutar badan ke kiri dan ke kanan.

Hingga akhirnya saya dibikin malu. Ketika saya memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku melalui kaca cermin yang berada di atas pengamatan saya memperhatikan kaca pandangan. Dia lihat melalui cerminan. Entah berapa lama dia memandangku sebelum saya sadar dipandangi. Aku segera muka dan beranjak dari alat yang kupakai.

Aku segera berubah pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berubah tipe hingga akhirnya balikan ke empat tipe punggung, menabrak seseorang dan terjatuh ke air.

Sama-sama kita membalikkan dan membalik-balik ku bawah sadar ku tabrak adalah berubah pakaian, potongan tinggi di pinggul bersama warna biru yang seksi. Kini tonjolan tersembunyi dibalik cangkir pakaian renangnya, membuatku sedikit kecewa.

“Eh, maaf Mbak, nggak terlihat, habis tipe punggung sih” kataku meminta maaf.
“Tidak kok Mas, saya yang salah, tidak lihat jalur orang berenang”, sambil mengusap muka dan menghadap ke belakang.
Si dia tersenyum lagi ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari muka hingga anggota pusarku.

“Kenalan dong, saya Aryo, biasa dipanggil Ary”, kataku sambil menyodorkan tangan.
Dijabatnya sambil berkata”Linda, lengkapnya Melinda”, perpustakaan.
Kami menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri ke didalam batas leher masing-masing. Kami duduk bersampingan.

“Baru disini Mas?”, Linda menjadi lagi terhubung pembicaraan.
“Iya, namun jangan panggil Mas, Ary aja lumayan kok. Aku asli Bandung, namun sesungguhnya baru kes Aku kerja di Jakarta. Kamu Lin?”, ku balik bertanya.
“Aku asli Bandung juga, kerja di bank B
*, menjadi CS. Deket sini kok, seberangan. Aku biasa aerobik dan renang disini, duahari sekali, yang ada jadwal aerobiknya saja”.

Pembicaraan kita berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yang lebih pribadi. Linda baru putus bersama pacarnya, kira-kira dua minggu yang lalu. Keluarga pacarnya tidak setuju bersama Linda dan pacarnya dijodohkan bersama orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Linda bercerita hingga..

“Lin, balapan yuk ke seberang, tipe bebas”, ajakku.
“Hayo,..siapa takut?”, taman.
Kami berdua berlomba hingga sebrang. Aku sedikit curang bersama mendorong bahunya ke belakang sehingga Linda sedikit tertinggal. Pada selagi saya duluan di seberang..

“Ari, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sambil memukul-mukul mata kita.

Aku tertawa-tawa dan bergerak mundur Linda. Dia mengejarku, hingga akhirnya”Byurr, .”., saya terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol kakiknya hingga diapun terjatuh dan kita berdua tidak sengaja berpelukan. Dadanya yang empuk menyentuh dadaku, membawa dampak batangku lagi membengkak. Ketika sama-sama berdiri, kita masih berpelukan meskipun agak renggang.

Kami saling pandang, sesudah itu Linda memelukku kembali. Kesempatan ini tidak ku sia-siakan bersama balas memeluknya. Udara Bandung yang dingin terhadap sore yang beranjak malam tersebut, meningkatkan kuatnya pelukan kami.

Batangku yang sedari tadi mengeraskan menyentuh perut anggota bawahnya Linda, atau tepatnya diatas Linda sedikit. Pantat Linda bergerak mendorong, hingga batangku geli terjepit pada perut Linda dan perutku. Berulang-ulang Linda laksanakan itu, sehingga darahku berdesir.

“Emhh.”., Linda dibangun.
Sadar saya berada di daerah umum, meskipun kolam renang agak sepi, cuma ada tiga orang selain kami, sedikit membuatku sedikit melepas pelukan meskipun sayang untuk dilakukan.

“Lin, mending kita sauna hotel yuk!”, ajakku menetralkan suasana.
Linda terlihat agak kecewa bersama sikapku yang sengaja kulakukan.
“Oke!”, singkatnya.

Kami berdua mengambil handuk di kursi tepi kolam, dan berjalan secara bersamaan, menuju area sauna hotel yang tak jauh dari kolam renang. Terbayang apa yang dijalankan Linda selagi di kolam, membuatku menerawang jauh menyusun rencana bersama Linda selanjutnya.

“Kosong.”., kataku didalam hati lihat area sauna hotel.
Kami berdua masuk, dan saya sengaja mengambil daerah duduk dekat pintu, sehingga orang lain tidak dapat lihat kita berdua melalui jendela kecil pintu sauna hotel.
“Lin.”., belum sempat saya bicara, Linda menciumku di bibir.

Bibir kita saling berpagut laksanakan french kiss. Penetrasi lidah Linda di mulutku, perlihatkan dia amat berpengalaman. Tangan Linda memegang dadaku, sesudah itu mengusap perut hingga hingga terhadap batangku yang sudah berdiri dari tadi. Linda meremas batangku yang masih terbungkus celana renang, selagi kuremas dua gunung montok. Betapa kenyal dan kencangnya payudaranya.

Temperatur area sauna hotel meningkatkan panasnya udara disana. Kubalik Linda membelakangiku. Kuciumi tengkuknya, dan ku remas payudaranya”.Emhh.. Ary.. ahh”, Linda melenguh. Ku susupkan tanganku ke payudaranya, dari celah pakaian renangnya. Ku pilih putingnya, dan membawa dampak Linda sedikit menjerit, dan menggelinjang. Untungnya ruangan sauna hotel kedap suara.

“Ary, saya perlu kamu Ry, .. malam ini saja.. ahh.”., Linda berbisik di telingaku, sambil masih kumainkan putingnya.
“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.
Punggung Linda menjauhi badanku dan berbalik.
“Kamu cek in di s*.?”, tanyanya bersama muka sedikit gembira.
“Bukannya kamu.”.
“Ya sayang.”., sambil akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.
Akhirnya kujelaskan alasanku.
Satu-satu kita terlihat dari area sauna hotel. Linda bergegas ke area ganti. Begitupun diriku. Setelah siap, Linda menenteng tasnya dan kita pun berjalan bersamaan. Kami berjalan sambil memeluk pinggang masing-masing, seperti sepasang kekasih yang sudah lama pacaran. Stelah mengambil key card dari recepsionist, kita naik ke kamarku di 304.

Setelah masuk, pintu ditutup, dan segera kita merebahkan diri di ranjang. Untung ku pilih daerah tidur sharing. Linda masih kenakan pakaian seragam banknya, lengkap bersama blazer, sepatu hak tinggi dan stocking hitam menggoda. Seksi sekali!

Linda di bawah selagi saya diatasnya menciumi bibimnya. Sesekali kujilat leher dan telinganya. Linda meracau memanggil-manggil namaku. Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yang masih menempel, terlihat sadar puting berwarna coklat menerawang.

Hmm, sengaja tidak kenakan bra pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku menyapu dua bukit kembarnya yang mengencang. Rambutku diusapnya sambil dia melenguh dan memanggil namaku berkali-kali. Sesekali kugigit putingnya.

Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Linda tidak kenakan CD lagi. Ku jilat kemaluan Linda yang masih terhalang stocking. Noda basah di bibir vagina tercetak sadar di pantyhosenya. Linda makin mecarau dan menggelinjang. Ku gigit sobek anggota yang menutupi vaginanya yang basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir vagina merah merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana.

Linda mengejang hebat, tanda orgasme pertamanya.
“Emhh Arryy.. ahh”, Linda sedikit berteriak tertahan.
“Makasih sayang.. oh.. amat nikmat..!”.
“Pokoknya pindah stocking ku mahal nih”, Linda merengek sambil cemberut.
“Oke, namun puaskan dulu saya Lin, .”., jawabku sambil rebahan di ranjang.

Linda sesudah itu berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yang masih menempel itu disingkirkannya. Hingga terpampanglah dua bukit menggantung di atasku. Vagina basah Linda menjadi di perutku. Rok yang tersingkap dilepasnya melalui atas. Tinggal stocking yang masih menempel, sepatunya pun sudah lepas.

Linda lagi menciumiku. Lidahnya menyapu dadaku dan putingku. Sesekali digigitnya, membuatku juga menggelinjang kegelian. Kemudian lidahnya menyapu perutku hingga hingga ke batang penisku yang tegak. Linda mengocoknya perlahan.

Ujung lidahnya menari di lubang kencingku. Rasa hangat itu menjadi manakala lidahnya menyapu semua permukaan penisku. Seluruh batang penisku terbenam di mulut Linda. Sambil dikocok, terlihat masuk mulutnya Linda.

“Ohh..!” saya pun tak luput meracau.
Hampir menjadi puncakku tercapai, ku dorong linda menjauhi penisku, saya bangun dan berlutut di belakang Linda.

“Masukkin Ry, fuck me please, Ohh.. arrghh.. Arryy!”, Linda berteriak sejalan bersama masuknya batang penisku sedikit-demi sedikit melalui celah stocking yang kugigit tadi.
“Bless.”..Pantat Linda bergerak maju mundur, demikianlah juga pantatku, saling berlawanan.

“Oh.. ooh.. ahh.. ahh.. God, .. fuck me harder.. Aaahh.. Ary.. yes”, begitulah kalinat tak beraturan meluncur dari mulut Linda, sejalan bersama makin capatnya gerakanku.
Ku remas-remas bongkahan pantat seksinya. Linda menjilati jari-jarinya sendiri.
“Mmhh.. Aaahh.. mmh.”., desah Linda yang membuatku makin bernafsu untuk menggenjot pantatku.

Kemudian kita berubah posisi. Aku berbaring dan Linda berada di atasku. Linda mengambil ancang-ancang untuk memasukkan penisku ke didalam vagina basahnya. Linda khususnya dahulu mengusap-usapkan penisku di bibir vaginanya. Aku makin kelojotan bersama perlakuan Linda. Centi demi centi penisku dilahap vagina Linda.

“Blessh.”., lengkap sudah penisku dilahap vaginanya.

Linda bergerak turun naik beraturan. Payudaranya bergoyang turun naik pula. Pemandangan indah terebut tidak kulewatkan selagi badanku bangun, dan wajahku menghampiri payudaranya. Kuremas dua gunung kembar yang begoyang ikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.

“Errgh.. erghh.. ahh.”., Linda mendesah tanda nikmati genjotannya sendiri.

Kini kutarik tubuh Linda sehingga turut berbaring di atas tubuhku. Ku menjadi menggenjot pantatku dari bawah. Linda teridam dan menengadahkan kepalanya, dan sementara sesudah itu Linda berteriak meracau.

“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yang tak ada duanya.

5 menit bersama posisi seperti itu, Linda mengejang, dan berteriak panjang”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh.. Ary.. aaihh.”., tanda dia raih orgasme.

Terlepas penisku dari vaginanya tatkala Linda ambruk di sisiku. Linda ngos-ngosan kecapean. Kini giliranku untuk memperoleh kepuasan dari Linda. Kubalik tubuh penuh keringat yang mengkilat terkena sinar lampu.

Sungguh seksi sekali dia selagi itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti stocking hitam yang masih menempel di kakinya yang mulus. Terlihat indah kaki nan putih mulus dari pantat hingga betis. Kujilati lubang anus Linda, dan membawa dampak dia sedikit mengangkat pantatnya keatas.

“Please.. Ary.. not now.. Give me a break.. Ohh.”., ratapnya kala mendapat perlakuanku.

Aku tak mempedulikan ratapannya. Justru saya makin gila bersama perlakuanku, menjilati lubang anusnya dan membawa dampak penetrasi di lubangnya bersama lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Hingga akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Linda, sebab kulihat lubang anus Linda agak sedikit besar dibanding orang yang belum dulu disodomi.

“Lin, siap ya.”., kataku sambil mengusapkan ludahku di penis yang masih berdiri tegak.
“Apa.., sudi apa Ry.. kamu ma.. AAHH, .. Aryy.. Janng.. aahh”, belum selesai Linda bicara, saya sudah menancapkan penisku di anusnya.. begitu hangat, sempit dan lembut.

Kutarik lagi perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat. Linda pasrah, dan meracau tak karuan.

“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. lin..?, tanyaku sambil menggenjot pantat Linda seksi nan aduhai.
“Ohh.. Arriieh.. aagh.. nikmat rii.. ah.. Shitt.. C’mon.. harder baby.”., jawabnya.

10 menit saya memompa batang penisku di anusnya, menjadi cairan sperma sudah ada di ujung kepala penisku. Buru-buru kutarik terlihat penisku, dan kubalik Linda menghadapku. Sambil kukocok, spermaku muncrat di muka Linda.

Linda yang tidak siap terima spermaku di mukanya, mengelengkan kepala kiri dan kanan, hingga spermaku membasahi rambut dan pipinya. Hingga akhirnya mulutnya terbuka, dan sisa semprotan spermaku masuk di mulutnya. Setelah spermaku habis, dia mengulum penisku. Aku yang masih menjadi geli namun nikmat, makin nikmati sisa-sisa oragasme panjangku.

“God.. Thank you dear.. Linda.”., kataku sementara sesudah roboh ke samping Linda.
“Curang lagi kamu Ry, .. Tau gitu ku minum semuanya.. kasi tau kek sudi mucrat di muka, gitu”, Linda cemberut menjawabnya.
Aku cuma tersenyum. Tak menjadi kita bercinta lumayan lama, hingga jam 10 malam.

Akhirnya Linda menentukan untuk bermalam di kamarku. Kami masih melakukannya lebih dari satu kali hingga subuh. Toh, hari itu akhir pekan dan Linda sesungguhnya libur di hari Sabtu. Pertemuan pertama itulah pula yang membawa dampak kita berpacaran selama 6 bulan hingga akhirnya kita putus.