Kisah Taro – Selingkuh Dengan Tetanggaku Yang Montok

TAROSLOT Selingkuh Dengan Tetanggaku Yang Montok, Manusia memang ditakdirkan untuk tidak pernah puas terhadap apa yang dicapainya. Mulai dari pendidikan, kekayaan, jabatan sampai dengan keluarga. Hal ini bisa berdampak pisitif dalam memotivasi diri untuk berprestasi, namun juga dapat menjadi faktor yang bisa menyebabkan manusia menjadi depresi, apalagi jika membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih sukses, baik itu keluarga, teman maupun.. tetangga anda sendiri.

Namaku Rio, usia 30 tahun, dan saat ini tinggal di sebuah perumahan sederhana (bukan real estate) di kawasan Bekasi Barat. Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipe-tipe kecil yang sebagian besar bertipe 36 dan 45. Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri. Boleh dibilang rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu.

Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu, dulunya sendiri saja, namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua dengan Lia, isteriku. Lia adalah seorang wanita yang cantik dan penuh perhatian, sekilas tidak ada yang kurang darinya. Apalagi dia juga bekerja sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi, jadi keluarga kami secara keuangan tidak punya masalah.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu ternyata semu belaka. Sialnya, hal itu disebabkan seperti kata pepatah di atas:”Rumput tetangga selalu lebih hijau”.

Aku mempunyai tetangga baru, sepasang suami isteri dengan satu anak yang masih bayi. Suaminya seorang pelaut (anak buah kapal) dan isterinya ibu rumah tangga. Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadiran tetangga baru itu, walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan montok. Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa saja.

Namun waktu berkata lain. Ternyata setelah berinteraksi dengan Vera, begitu nama tetanggaku yang montok itu, aku mulai merasa ada daya tarik yang muncul dari wanita itu. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Vera namun tidak dimiliki Lia, isteriku.

Pertama tentu saja body-nya yang montok, dengan dada yang menjulang dan pantat yang besar namun padat. Walaupun Lia juga seksi, namun ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Vera kutaksir mungkin antara 36 B atau 36 C. Apalagi pantatnya yang bahenol itu tak kalah merangsang dibanding pantat”Inul”, membuat pria penasaran untuk meremasnya.

Kedua, wajah Vera yang sensual. Kalau urusan cantik, pasti aku pilih Lia, namun ketika aku melihat wajah Vera, maka aku membayangkan bintang film BF. Mungkin pengaruh dari bibirnya yang agak tebal dan matanya yang nakal. Setiap kulihat bibir itu berbicara, ingin rasanya aku merasakan ciuman dan kulumannya yang membara.

Ketiga adalah selera berbusananya, terutama selera pakaian dalamnya. Pertama kali aku melihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka, aku langsung tertarik pada pakaian dalam Vera yang dijemur. Model dan warnanya beraneka macam, mulai dari celana dalam warna hitam, biru, merah, hijau sampai yang transparan.

Modelnya mulai dari yang biasa-biasa saja sampai model G-string. Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga, polkadot, gambar lucu sampai ada yang bergambar bibir. Wah.. Lia tidak suka seperti itu, menurutnya kampungan dan seperti pelacur jalanan. Padahal sebagai lelaki kadang kita ingin sekali bermain seks dengan perempuan jalanan.

Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Vera dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yang”jalang” itu.

Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Vera dengan menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika kulihat pakaian Vera yang body-fit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik.

“Hai.. Mbak, belanja juga?” sapaku.
“Eh.. Mas Rio, biasa belanja susu”, jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya.
“Memang sudah enggak ASI ya?” tanyaku.
“Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah tidak lagi”.
“Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya.. Ha-ha-ha..” candaku.
Vera juga tertawa kecil, “Tapi enggak juga, sudah dua bulan bapaknya enggak pulang”.
“Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh”.
“Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan”.

Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Vera menangis. Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya.

“Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas”, katanya.
“Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya”, aku mengambil keranjang belanja Vera.
“Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang”.
“Ohh.. Ayo kita sama-sama”, kataku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Vera.

“Ha.. Sudah bayar? Berapa? Nanti saya ganti”, kata Vera kaget.
“Ah.. Sedikit kok, enggak apa sekali-kali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dapat susu ibunya, ha-ha-ha..”, aku mulai bercanda yang sedikit menjurus.
“Ihh.. Mas Rio!” jerit Vera malu-malu. Namun aku melihat tatapan mata liarnya yang seakan menyambut canda nakalku.

Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Vera mengiyakan ajakanku.

Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan Vera juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk “ngelaba”. Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan.

Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Vera semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang melihat pemandangan indah di dalam rok Vera. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Vera yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan!

Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dapat dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit.

“Hi-hi-hi.. Hati-hati Mas..”, celoteh Vera dengan nada menggoda.

Aku memandang wajah Vera yang tersenyum nakal padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Vera menyambutnya.

“Hmm.. Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Vera.. Seksi sekali”, dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar juga dari mulutku.
“Terima kasih, Mas Rio juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan terutama, Mas Rio pria yang paling baik yang pernah saya kenal”.

“O ya?”, aku tersanjung juga dengan rayuannya, “Gara-gara saya traktir Mbak?”
“Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan dari cerita Mbak Lia, Mas Rio sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengepel rumah”.

“Ha-ha-ha..” aku tertawa gembira, “Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi juga sebaliknya”.
“Jadi Mas Rio juga sering memperhatikan saya?”
“Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian”.
“Eh.. Kenapa kok senang?”.
“Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Vera, juga selera pakaian dalam Mbak”, aku berterus terang.

Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan pulang, bayi Mbak Vera tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya.

Mbak Vera masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Vera muncul. Sekitar lima menit, Vera muncul dari dalam kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku.

Sinar lampu ruangan cukup menerangi pandanganku untuk menjelajahi keindahan tubuh Vera di balik gaun malamnya yang transparan itu. Buah dadanya terlihat bagaikan buah melon yang memenuhi bra seksi yang berwarna orange transparan. Di balik bra itu kulihat samar-samar puting susunya yang juga besar dan coklat kemerahan. Perutnya memang agak sedikit berlemak dan turun, namun sama sekali tak mengurangi nilai keindahan tubuhnya. Apalagi jika memandang bagian bawahnya yang montok.

Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Vera. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah.

“Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur?”, tanya Vera memancing.

Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Lia dan menikmati malam bersama tetanggaku yang bahenol ini.

Vera duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Vera, namun kini wanita itu justru yang menantangku.

“Mas Rio mau mandi dulu? Nanti saya siapkan air hangat”, tanya Vera sambil menggenggam tanganku erat.

Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.

“Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak”, kataku agak serius.
“Apa itu Mas?”
“Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Vera, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak”, kataku.

“Terima kasih, saya juga begitu pada Mas Rio”, Vera merebahkan kepalanya di pundakku.
“Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita”.

“Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya teman saat saya kesepian, kalau Mas Rio mau kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Rio, dan sebaliknya saya juga ingin Mas Rio demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan”.

“Hmm.. Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan”.
“Kalau begitu, Mas Rio pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau Mas Rio bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di depan rumah saya”.
“Oh.. Iya, hampir saya lupa”.

Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur.

Aku segera datang kembali ke rumah Vera. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa.

“Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah siapkan air hangat”.
“Terima kasih, Mbak Vera baik sekali”.

Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Vera, lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya.

“Uhh..”, Vera agak kaget dan menggelinjang.
“Maaf”, kataku.
“Tidak apa-apa Mas, justru.. Enak”, kata Vera seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya.
“Crup..!”, aku segera menciumnya, Vera membalasnya dengan liar.

Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman laki-laki, yang jelas ciuman Vera sangat panas dan liar. Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi.

“Ohh.. Ergh..”, lenguh Vera di sela-sela ciuman panasnya.

Baca Juga : Calon Pengantin Wanita Yang Berselingkuh Ayah Mertua Di Saat Resepsi Pernikahan

Dengan beberapa gerakan, Vera meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan CD yang berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Vera.

“Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksi Mbak”, pujiku ,”Buah dada Mbak besar sekali”
“Hi-hi-hi.. Punya Lia kecil ya? Paling 34 A, iya kan? Nah coba tebak ukuran saya?”, tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu.
“36 B”, jawabku.
“Salah”
“36 C”.
“Masih salah, sudah lihat aja nih”, Vera membuka pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku.
“Gila.. 36 D!”, kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu.
“Boleh saya pegang Mbak?”, tanyaku basa-basi.
“Jangan cuma dipegang dong Mas, remas.. Dan kulum nih.. Putingnya”, kata Vera dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku. Vera menggelinjang-gelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah, berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu.

“Ngentot, enak banget Mas..” jeritnya, “Ayo Mas.. Saya sudah kepingin penetrasi nih!”.

Aku yang juga sudah sangat bernafsu segera menjawab keinginan Vera. Dengan bantuan Vera aku menelanjangi diriku sehingga tak tersisa satupun busana di tubuhku. Vera sangat gembira melihat ukuran penisku yang lumayan panjang dan besar itu.

“Ohh.. Besar juga ya..” jeritnya.

Ia benar-benar bertingkah bagaikan perek murahan, namun justru itu yang kusuka. Wanita itu segera membuka CD orange sebagai kain terakhir di tubuhnya. Kulihat daerah bukit kemaluannya yang ditumbuhi rambut-rambut liar, dengan segaris bibir membelah ditengah-tengahnya. Bibir yang merah dan basah, sangat basah. Ingin rasanya aku menikmati keindahan bibir kenikmatan Vera, namun ketika aku ingin melaksanakannya ia menampikku.

“Sudah, nanti saja, masih ada babak selanjutnya, sekarang ayo kita selesaikan babak pertama”.

Vera duduk mengangkang di atas sofa. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar mempersilakan kepadaku untuk melakukan penetrasi kenikmatan sesungguhnya. Aku pun segera menyiapkan senjataku, mengarahkan ujung penisku tepat di depan liang vagina Vera dan perlahan tapi pasti menekannya masuk.

Sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Vera yang basah dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang penisku yang berukuran 20 cm itu memasuki vagina, aku mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya perlahan.

“Enghh.. Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya puas”, jerit Vera keenakan.
“Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak selanjutnya”, tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar.
“Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak Mas”, Vera memejamkan matanya.
Pada penetrasi kelima, Vera menjerit, “Sudah Mas, jangan tarik lagi, saya mau.. Mau.. Oh..!”

Dinding vagina Vera melejat-lejat seakan memijit batang penisku dalam kenikmatan birahi yang sedang direguknya.

“Oh.. Saya sudah sekali Mas”, katanya sambil menarik nafas.
“Mas mau puas dulu atau mau lanjut babak kedua?”, tanya Vera.
“Terserah Mbak”, kataku. Aku sih pasrah saja.
“Sini, saya emut saja dulu”.
“Hmm.. Boleh juga, Lia belum pernah oral dengan saya”, aku mencabut penisku dari dalam vagina Vera yang basah dan menyodorkannya ke Vera.

Wanita itu menjilati ujung penisku dengan lidahnya seakan membersihkannya dari cairan vaginanya sendiri, kemudian dengan sangat bernafsu ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Bibir seksi Vera terlihat menyedot-nyedot penisku seakan menyedot spermaku untuk keluar. Ia kemudian mengocok penisku dalam mulutnya hingga birahiku mencapai puncaknya.

“Oh.. Saya mau keluar nih, gimana?”, aku bingung apakah aku harus mengeluarkan spermaku ke dalam mulutnya atau mencabutnya.

Namun Vera hanya mengangguk dan terus mengocoknya pertanda ia tak keberatan jika aku memuntahkan spermaku ke dalam mulutnya.

Akhirnya aku mencapai orgasme dan memuntahkan semua spermaku ke dalam mulut Vera. Wanita itu tanpa segan-segan menelan seluruh spermaku. Sungguh lihai wanita ini memuaskan birahi laki-laki!

Kami duduk sebentar dan minum air dingin, kemudian Vera mengangkangkan kakinya kembali.

“Nah.. Sekarang babak kedua Mas, kalau mau jilat dulu silahkan, tapi utamakan yang ini ya”, Vera menunjuk ke arah klitorisnya yang agak besar.
“Oke Mbak, saya juga sudah biasa kok”, seruku.

Sejurus kemudian aku sudah berada di hadapan bibir kemaluan Vera yang baru saja aku nikmati. Sebelum kujilat terlebih dahulu kubelai bibir itu dari ujung bawah hingga klitoris. Kusingkap rambut-rambut kemaluannya yang menjalari bibir itu.

“Sudah gondrong nih Mbak”, seruku.
“Oh iya, habis mau dicukur percuma juga, enggak ada yang lihat dan jilat”, jawabnya nakal, “Besok pagi saya cukur deh, tapi janji malamnya Mas Rio datang lagi ya..”.
“Oke.. Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemani Mbak Vera”.

Aku kemudian asyik menjilati dan menciumi labium mayora dan minora Vera. Cairan vagina Vera sudah mulai mengalir kembali pertanda ia sudah terangsang kembali. Desahan Vera juga memperkuat tanda bahwa Vera menikmati permainan oralku. Dengan nakal aku memasukkan jari telunjuk dan tengahku ke dalam vaginanya dan kemudian mengobok-obok liang becek itu.

“Yes.. Asyik banget.. Say sudah siap babak kedua Mas”, seru Vera.

Aku sendiri sudah terangsang sejak melihat keindahan selangkangan Vera, jadi penisku sudah siap menunaikan tugas keduanya. Vera menungging di atas sofa.

“Sekarang doggy-style ya Mas..”

Aku sih iya saja, maklum.. Sama enaknya..

Sejurus kemudian kami sudah terlibat permainan babak kedua yang tak kalah seru dan panas dengan babak pertama, hanya kali ini aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya.

Malam masih begitu panjang. Kami masih menikmati dua permainan lagi sebelum kelelahan dan mengantuk. Vera begitu bahagia, dan aku sendiri merasa puas dan lega. Mimpiku untuk menikmati tubuh montok tetanggaku terlaksana sudah. Bahkan kini setiap waktu jika Lia dinas ke luar kota maka Vera secara resmi menggantikan posisi Lia sebagai isteriku. Asyik juga.

Namun sebagai imbalannya aku mencarikan dan menggaji pembantu rumah tangga di rumah Vera. Betapa bahagianya Vera dengan bantuanku itu, ia semakin sayang padaku dan berjanji akan melayaniku jauh lebih memuaskan dibanding pelayanan kepada suaminya.

Kisah Taro – Disaat Berdua Di Rumah Dengan Tanteku

TAROSLOT Disaat Berdua Di Rumah Dengan Tanteku, Cerita ini bermula saat aku masih duduk dikelas 3 smu. Oh ya Namaku Drian, umurku sekarang 24 tahun. Ada sebuah cerita sex yang sampai saaat ini masih saja terus kukenang dan selalu kuingat. yaitu sebuah kejadian mesum dengan tanteku yang masih terus kuingat sampai saat ini.

Saat sma aku dititipkan kepada seorang tanteku. Tanteku ini cantik dan tubuhnya mulus aduhai bikin semua pria yang liat pasti pengen segera berhubungan tubuh dengannya.

Tanteku namanya Mery, dia ini seorang Single parent dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak,
Tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.

Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.

Tante Yun, belum siap yah makanannya? tanyaku kelaparan.
Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri keluh tanteku

Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja Sekeras ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. Ah, seksi sekali pikirku kotor.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Drian bantuin ya Tante? tawarku.
Boleh Wan, sini! ternyata tanteku tidak keberatan.

Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
Aduh Wan, tolong.., gimana ini? tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.

Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.

Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Aduh Wan gimana ini? tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
Duh gimana ya Tante, aku juga bingung. kataku mengulur waktu.

Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Drian carikan dulu yah
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
Pegang dulu Tante kataku sedikit terengah menahan gairah.
Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih sungut tanteku.

Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.

Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!? tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.

Auhh.. ohh suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.

Kesempatan pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann.. Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.

Auwchh.. Wan.. ahh.. jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.

Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.

Ahh..hh Wann.. ahh aouhh.. dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
Aduh aku belum apa-apa pikirku.

Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.

Ahh sakit Wan.. pelan.. auh kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.

Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.

Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss.. Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.


Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
Cabut dulu Wan.. Tante linuu.. pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante? kataku.
Iya, tapi sekarang dari depan aja yah janji tanteku.

Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.

Ahh.. oohh.. erang tanteku, ciuman kami terlepas.
Kocokkan yang cepatt wann.. pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
Begini Tante.. Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu.. sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss.. rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.
Ohh Wan, Tante hampir sampai.. tubuhnya mulai bergetar agak keras.
Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk.. aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.

Dikeluarin dimana Tante? tanyaku minta ijin.
Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa
Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..
Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt rintih tanteku.
Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh orgasmeku sudah diujung.

Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.
Aku keluarr tantee.. aughh.. sambil kubenamkan dalam-dalam.

Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya.. erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.

Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini sungut tanteku.
Tapi Tante juga menikmatinya kan? belaku.

Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.

Tante air di tandon tadi sudah habis loh candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.

Kisah Taro – Bertemu Ibu Kost Yang Kesepian

TAROSLOT Bertemu Ibu Kost Yang Kesepian, Sudah hampir setahun Dicky tinggal di tempat kost bu Nora. Bisa tinggal di tempat kost ini awalnya secara tidak sengaja ketemu bu Nora di pasar. Waktu itu bu Nora kecopetan, trus teriak dan kebetulan Dicky yang ikut menolong menangkap copet dan mengembalikan dompet bu Nora.

Trus ngobrol sebentar, kebetulan Dicky lagi cari tempat kost yang baru dan bu Nora mengatakan dia punya tempat kost atau bisa di bilang rumah bedengan yang dikontrakkan, yah jadi deh tinggal di kost-an bu Nora.

Bu Nora lumayan baik terhadap Dicky, kelewat baik malah, karena sampai saat ini Dicky sudah telat bayar kontrak rumah 3 bulan, dan bu Nora masih adem-adem aja. Mungkin masih teringat pertolongan waktu itu.

Tapi justru Dicky yang gak enak, tapi mau gimana, lha emang duit lagi seret. akhirnya Dicky lebih banyak menghindar untuk ketemu langsung dengan bu Nora. Sampai satu hari…… waktu itu masih sore jam 4. Dicky masih tidur-tiduran dengan malasnya di kamarnya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu kamarnya di ketok… tok..tok..tok.. lalu suara bu Nora yang manggil,”Zack…Dicky… ada di dalem gak?” Sontak Dicky bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir Dicky. Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu Nora pergi sendiri.

Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara bu Nora,” Dicky lagi tidur ya..?” dan dari kamar mandi Dicky menyahut sedikit teriak,” lagi mandi bu….” Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara bu Nora jadi dekat,”ya udah mandi aja dulu Zack, ibu tunggu di sini ya…” eh ternyata masuk ke kamar, Dicky tadi gak mengunci pintu.

“busyet dah, terpaksa bener-bener harus mandi nie,”pikir Dicky. Sekitar lima belas menit Dicky di kamar mandi, sengaja mandinya agak dilamain dengan maksud siapa tau bu Nora bosan trus gak jadi nunggu.

Tapi rasanya percuma lama-lama toh bu Nora sepertinya masih menunggu. Akhirnya keluar juga Dicky dari kamar mandi, dengan hanya handuk yang melilit di pinggang, tidak pakai celana dalem lagi, maklum tadi gak sempet ambil karena terburu-buru.

Bu Nora tersenyum manis melihat Dicky yang salah tingkah,”lama juga kamu mandi ya Zack…” bu Nora membuka pembicaraan. “pasti bersih banget mandinya ya…” gurau bu Nora sambil sejenak melirik dada bidang Dicky. “ah ibu bisa aja… biasa aja kok bu.., oia ada apa ya bu..?” jawab Dicky sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat tidur.

Bu Nora mendekat dan duduk di samping Dicky, “Cuma mau ngingetin aja, uang sewa kamarmu dah telat 3 bulan lho… trus mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu, kan dah lama gak ngobrol, kamu sie pergi mlulu…”ucap bu Nora.

Dicky jadi kikuk,”wahduh… kalo uang sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu? Soalnya lagi seret nie…” jawab Dicky dengan sedikit memohon. Bu Nora terlihat sedikit berpikir…”mmmm… boleh deh, tapi jangan lama-lama ya… emang uangmu di pakai untuk apa sie?” terlihat bu Nora sedikit menyelidik. “hmmm… pasti buat cewe mu ya…”dia terlihat kurang senang.

“ah nggak juga kok bu….. saya emang lagi ada keperluan,” jawab Dicky hati-hati melihat raut wajah bu Nora yang kurang senang. “huh…laki-laki sama aja, kalo lagi ada maunya, apa aja pasti di kasih pada perempuan yang lagi di dekatinya, hhhh… sama aja dengan suamiku….”keluh bu Nora dengan nada kesal.

Waduh nampaknya bu Nora lagi marahan nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya ditumpahkan pula sama Dicky. Dengan cepat Dicky menjawab,”tapi saya janji kok bu, akan saya lunasi kok…”

“hhhhh….”bu Nora menghela nafas,”udahlah Zack, gak apa-apa kok, gak di bayar juga kalo buat kamu ga masalah… ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia cuma perhatiannya sama Marni terus… aku seperti gak dianggap lagi, mentang-mentang Marni jauh lebih muda ya.” sedikit penjelasan bahwa bu Nora ini istri pertama dari pak Kardi, sedangkan istri keduanya bu Marni.

Dan sekarang sepertinya pak Kardi lebih sering tinggal di rumahnya yang satu lagi bersama bu Marni dan bu Nora tampaknya udah mulai kesepian nie “wah kalo masalah keluarga sie aku kurang paham bu…. “jawab Dicky kikuk “gak apa-apa Zack, ibu hanya mau curhat aja sama kamu… boleh kan Zack?” suara bu Nora sendu.

Agak lama terdiam, terdengar tarikan nafas bu Nora terasa berat, dan sedikit sesunggukan, waduh lama-lama bisa nangis nie, gawat dong pikir Dicky. “udah bu jangan terlalu dipikirkan, nanti juga pak Kardi kembali lagi kok, kan ibu juga gak kalah cantiknya sama bu Marni,”Dicky bermaksud menghibur.

“ah kamu Zack… emang ibu masih cantik menurutmu?” bu Nora menatap sendu ke arah Dicky, terlihat dua butir air mata mengalir di pipinya. Uhh…. ingin rasanya Dicky menghapus air mata itu, pak Kardi emang keterlaluan masa wanita cantik nan elok seperti ini dianggurin sie, coba Dicky bisa berbuat sesuatu… busyet… Dicky memaki dalam hati… “kenapa otak gwa jadi kotor gini.”

Dengan sedikit gugup Dicky menjawab,”mmm…eee…iya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis mungkin aku yang duluan tergoda.” Uupsss …. Maksud hati ingin menghibur, tapi kenapa kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut… gerutu Dicky dalam hati.

Dicky jadi panik, jangan-jangan bu Nora marah dengan ucapan Dicky. Tapi ternyata Dicky salah, karena bu Nora tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang putih dan rapi,”ih Dicky bisa aja menghibur…. Iya juga sie, kalo masih gadis bisa aja tergoda, pantes aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie…” rona wajah bu Nora berubah sedih lagi,

”kalo menurutmu Zack, apa ibu emang gak menarik lagi…?” sambil berdiri dan memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Dicky minta penilaian. Terang aja Dicky makin kikuk,”wah aku mau ngomong apa ya bu…? Takutnya nanti di bilang lancang lho… tapi kalo mau jujur…. Ibu cantik banget, seperti masih 30an deh.”

Bu Nora tampaknya senang dengan pujian itu,”hmmm.. kamu ada-ada aja saja… ibu udah 43 lho.. emang Dicky liat dari mananya bisa bilang begitu?” Dicky jadi cengar cengir,” ….itu penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.” Bu Nora kembali duduk mendekat, sekarang malah sangat dekat hampir merapat ke Dicky sambil berkata,

” ah.. gak perlu malu…. Bilang aja…” Nafas Dicky terasa sesak, badan nya terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Nora, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, sesaat kemudian Dicky mengalihkan pandangan ke arah tubuh bu Nora mencari alasan penilaian tadi, uups baru deh Dicky memperhatikan bahwa bu Nora memakai baju terusan seperti daster tapi dengan lengan yang berupa tali dan diikat simpul di bahunya.

Hmmm .. kulit itu mulus kuning langsat dengan tali baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Dicky beralih ke bagian depan uupss… terlihat belahan dada yang hmmm… sepertinya buah dada itu lumayan besar.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Sentuhan lembut tangan bu Nora di paha Dicky yang masih dibungkus handuk cepat menyadarkan Dicky. Dengan penuh selidik bu Nora bertanya,”lho… kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an…” Dicky sedikit tergagap karena merasa ketahuan terlalu lama memandangi tubuh bu Nora,

”mmm… eeemm.. ibu benar-benar masih cantik, kulitnya masih kencang… masih sangat menggoda…” Tidak ada jawaban dari mulut bu Nora, hanya pandangan mata yang kini saling beradu, saling tatap untuk beberapa saat… dan seperti ada magnet yang kuat, wajah bu Nora makin mendekat, dengan bibir yang semakin merekah.

Dicky pun seakan terbawa suasana, dan tanpa komando lagi, Dicky menyambut bibir merah bu Nora, desahan nafas mulai terasa berat hhhh…hhhh…ciuman terus bertambah dahsyat, bu Nora menjulurkan lidahnya masuk menerobos ke mulut Dicky, dan dibalas dengan lilitan lidah Dicky sehingga lidah tersebut berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa.

Dengan naluri yang alami, tangan Dicky merambat naik ke bahu bu Nora, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut Dicky meraba bahu bu Nora sampai ke lehernya…. Kemudian turun ke arah dada, dengan remasan lembut Dicky meremas payudara yang masih terbungkus bra itu.

“hhhhh…hhhh” nafas bu Nora mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak. Jemari lentik bu Nora tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada Dicky… melingkari pinggang Dicky, mencari lipatan handuk, hendak membukanya… Uupps…. Dicky tersentak dan sadar….,

”ups…hhh… maaf bu… maaf bu… saya terbawa suasana….” Dicky tertunduk tak berani menatap bu Nora sambil merapikan kembali handuknya, baru kemudian dengan sedikit takut melihat ke arah bu Nora. Terlihat bu Nora pun agak tersentak, tapi tidak berusaha merapikan pakaiannya, sehingga tubuh bagian atas yang hanya tertutup bra itu dibiarkan terbuka.

Pemandangan yang menakjubkan. “napa Zack… kita sudah memulainya… dan kamu sudah membangkitkan kembali gairah ibu yang lama terpendam… kamu harus menyelesaikannya Zack…” tatapan bu Nora terlihat semakin sendu… “mmm… ibu gak marah..? gimana nanti kalo ada yang lihat bu… bisa gawat dong… pak Kardi juga bisa marah besar bu…” jawab Dicky.

Tanpa menjawab bu Nora bangkit berdiri, namun karena tidak merapikan pakaiannya, otomatis baju terusan yang dipakai jadi melorot jatuh ke lantai. Dicky terpana melihat tubuh indah itu, sedikit berlemak di perut dan bokongnya namun itu malah menambah seksi lekuk tubuh bu Nora. Kemudian dengan tenang bu Nora melangkah ke arah pintu kamar dan menguncinya.

Saat berjalan membelakangi Dicky itu nampak gerakan bokong bu Nora naik turun, dan perasaan Dicky semakin tegang dengan nafsu yang semakin tak tertahankan, demikian juga saat bu Nora berbalik dan melangkah kembali menuju tempat tidur, Dicky tidak melepaskan sedikit pun gerakan bu Nora.

Sampai bu Nora berdiri dekat di depan Dicky dan berkata,”kamarnya udah di kunci Zack, dan gak ada yang akan mengganggu….” Dicky tidak langsung menjawab, menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, setidaknya untuk menyamarkan suara yang ada di ruangan. Bu Nora kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka bra yang digunakannya.

Dicky mendekat dan duduk di samping bu Nora… hmmm… nampak payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Dicky langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya. Bu Nora yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher Dicky, menarik wajah dan langsung melumat bibir Dicky dengan nafsu yang membara.

Dicky membalas dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni serangan bibir dan lidah bu Nora, tangan Dicky meremas payudara montok milik bu Nora. Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan musik menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Nora mendorong lembut badan Dicky, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu.

Dicky mendorong lembut tubuh bu Nora, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi Dicky melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara, melingkari dan menuju puncak puting.

Dengan gemas Dicky menyedot dan memainkan puting susu itu sambil tangan meremas payudara kembarannya ………………… “HHHH…. AHHH….MMMH….”suara bu Nora mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan. Dicky melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu Nora yang menggelinjang kegelian.

Dicky menghentikan penjelajahan lidah, kemudian dengan cekatan menarik celana dalam bu Nora, melepaskan dan membuang ke lantai. Dengan spontan bu Nora mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata rapi.

Dicky mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha bu Nora yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui bibir vagina yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, Dicky menyapu cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah sepanjang bibir vagina bu Nora dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yang membuat bu Nora mengerang kenikmatan,

”AHHHH…. MMMMH… HHH… Zack….UHH…”desahan birahi yang memuncak dari bu Nora membuat Dicky semakin bersemangat dan sesekali lidah di julurkan mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu. Setelah beberapa menit Dicky mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Nora tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya,”Zack…. Ayo sayang… masukkin Zack… hhhh…mmmmh.”

Suara bu Nora ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang. Dengan tenang Dicky menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas mengacung penis dengan bagian kepala yang merah mengkilap.

Bu Nora semakin membuka lebar pahanya, besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Dicky naik ke tempat tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Nora yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan Dicky dan membantu mengarahkannya tepat ke liang vaginanya.

Dengan sekali dorongan penis Dicky amblas sampai setengahnya. Dicky menahan gerakan sebentar menikmati prosesi masuknya penis yang disambut desahan bu Nora,” AHHH….TERUSKAN ZACK….AHHH.” kemudian dengan meresapi masuknya penis sampai sedalam-dalamnya.

Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah Dicky memompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan hot. Dicky bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan bu Nora mencengkam punggung Dicky, meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya.

Suara desahan bercampur aduk dengan alunan musik dan peluh mulai bercucuran di sekujur tubuh,”AH..AH..AH..MMH…MHH…HHHH.” tak hentinya desahan meluncur dari bibir Dicky dan bu Nora. Sesaat Dicky menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar, bu Nora memeluk

Dicky dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap berada di liang vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah berjongkok, bu Nora memompa dan menaikturunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan. Sesekali bu Nora memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakar Dicky lebih dalam.

Dicky tak diam saja, tangan meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu bu Nora. Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat bu Nora seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak mencapai puncak pemenuhan.

Dengan sigap Dicky membalikkan posisi, bu Nora kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan Dicky meneruskan pertempuran. “Zack…AHH..AH..AH..UH…TERUS ZACK…. AHHH…AHH IBU SAMPAI…ZACK….AHHHHHHHHH… MMMMMHHH.” Setelah teriakan tertahan bu Nora mengatup bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar. Dicky merasa vagina yang mengalami orgasme itu berkedut-kedut seperti menyedot zakarnya.

Dicky menikmatinya dengan memutar –mutar pantatnya dan memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa ada dorongan kuat menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Dicky kembali mendorong batangnya dengan cepat dan saat terakhir menarik keluar batanga zakarnya dan melepaskan air maninya di atas perut bu Nora….

Yang dengan cepat meraih penis Dicky dan mengocoknya sampai air mani itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Nora mengusap penis yang mulai turun ketegangannya. Dicky membaringkan tubuhnya disamping bu Nora. Terdiam untuk beberapa saat. Bu Nora bangkit duduk meraih kain di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Kemudian dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Dicky. “makasih ya sayang… ini rahasia kita berdua… I love u Zack,” bisik mesra bu Nora di telinga Dicky. “mmm…baik bu…”belum sempat Dicky menyelesaikan ucapannya, jari telunjuk bu Nora menempel di bibirnya, “kalo lagi berdua gini jangan pangil ibu dong…”ucap bu Nora manja.

“iya sayang….” Balas Dicky, senyum manis merekah di bibir seksi bu Nora. Setelah itu dengan cepat Dicky dan bu Nora merapikan pakaian, dan sebelum meninggalkan Dicky, bu Nora berbisik mesra,”sayang… tar malem suamiku gak ada di rumah….. aku tunggu di kamar ya… berapa ronde pun dilakoni buat Dicky sayang.”

Sambil berpelukan mesra, Dicky menyanggupi ajakan bu Nora.

Kisah Taro – Tante Mia Sungguh Menggoda

TAROSLOT Tante Mia Sungguh Menggoda, Aku berasal dari desa dan memutuskan pergi merantau ke Jakarta disaat umurku tujuh belas tahun, orang tuaku yang panik akan keadaanku jadi aku dititipkan di rumah Mia, Mia merupakan tanteku ini masih berumur 29 tahun mempunyai suami yang super sibuk dengan bisnisnya.

Karena Ekonomi Keluargaku sedang tidak memadai akhirnya aku tidak dapat meneruskan kuliah, Tanteku sempat memintaku untuk meneruskan kuliahku dengan dibiayaiin mereka, namun aku menolak. Alasanku tidak ingin merepotkan mereka dan aku ingin coba bekerja. padahal aku sangat ingin kuliah.

Disaat Aku coba kirim cv kebeberapa perusahaan, dan beberapa perusahaan memanggilku.. disaat itu om melarangku saat aku ingin pergi interview, katanya,

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

”kamu gak usah dateng om sudah urus kerjaan buatmu dikantor tante diva.” akhirnya aku bekerja dikantor tante diva, setiap hari aku harus berangkat kerja naik mobil bersama tante, maklum aku gak bisa nyetir mobil jadi tante yg nyetir, dikantornya tante seorang manager yg sangat dihormati.

Aku sangat suka masturbasi, koleksi film bokepku banyak dari yg indonesia, bule, korea, jepang, china, india sampe arabpun ada.hehehe setiap 2 hari sekali aq masturbasi sambil nonton bokep, paling sering dipagi hari ketika bangun tidur kontol aq tegang..hehe sampai akhirnya tante diva tau ketika aq sedang asyik mengkocok kontolku.

Tante masuk kamarku untuk memanggilku sarapan.

“van sarapan dulu, ehhh kamu lagi asyik yak?!”, ujarnya sambil tersenyum dan dia menutup pintu kamarku lagi sambil berkata,

“selesein dulu tuch sampe keluar..” aq kaget setengah mati dan sangat malu sekali.. aq lupa.mengunci pintu kamar rupanya semalam. aq sangat heran karena.tante tidak memarahiku tp malah tersenyum..dan seharian itu kerjaanku jadi kacau karena masih malu banget sm tanteku.

Selesai makan malam aq langsung buru.buru masuk kamar. keesokan harinya aku terbangun ketika spermaku keluar karena aq mimpi.basah, dan kontol aq masih tegang serta berdenyut-denyut..rasanya pagi itu aq ingin masturbasi lagi.

Kucari hp ku dan kunyalakan film bokep jepang..kuusap-usap kontol aq yg masih dibungkus CD..sesekali kumasukan tangan kedalam CD untuk mengkocok-kocok kontolku.

Ketika tanganku sedang asyik mengkocok tiba-tiba terdengar suara tante diva,

” van keluarin aja kontolnya biar tante yang kocokin.

”pintanya manja.. spontan aq tersentak kaget.

“udah kamu gak perlu malu sm tante, tante juga lagi horny karena udara pagi ini dingin banget.” tante diva mendekatiku dan duduk dikasurku sambil tangannya menarik CD ku dan kontolku mencuat keluar karena udah tegang sedari tadi.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“jangan tante nanti ketauan om…!!”, ujarku..

“gpp van, om tidak ada dirumah, dia tadi jam 5 berangkat ke papua untuk urusan kantorny”

Tanpa banyak bicara lagi tante diva langsung mengulum kontol aq..disedot-sedot kepala kontol aq…dijilati dari testis, batang dan kepala kontolnya…uggghhhh bigini yakk rasanya dioral…nikmat banget.

Melihatku merem melek keenakan permainan lidah tante diva makin belingsatan..dia sangat nafsu banget kulumin kontolku..dihisapnya dalam-dalam kontolku… aaakkkkhhhh…gila nikmat banget banget tante…ujarku.. tak mau kalah dengan permainan tante diva.

Tanganku mulai berani memegang payudara tante diva yg berukuran 34b, tidak terlalu besar tp masih padat berisi dan kenyal.. kuselipkan tanganku masuk dalam piyama yg tante diva kenakan..rupanya dia tidur tidak mengenakan bra.

Kuusap-usap puting kanannya..tanganku yg 1 lagi membelai rambutnya yg halus dan lembut sebahu panjangnya. kupilin-pilin putingnya yg mulai mengeras dan kuremas dengan lembut… aq semakin bergairah dibuatnya dan kuangkat tubuhnya agar aq bisa mencium bibirnya yg tipis.

Kukulum bibirnya, kuhisap-hisap lidahnya.. eehhmmmm…hmmm..gumam tanteku.. tanganku terus bergerilya kali ini kedua payudaranya bisa kuremas-remas..kujepit kedua putingnya dan kugesek-gesek dengan ujung jariku.. aaahhhh…desahnya menggoda…terus vannn…enak banget, katanya…kuciumi lehernya telinganya terus turun ke payudaranya… aq hisap kuat putingnya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Sssssllllluuuurrrrppppp….ssssshhhhh….begitu terdengar suara hisapanku.. aaaaakkkkhhhhhhh….nikmat banget vaaannnn….kamu hebat banget!! lengkuhnya..sambil matanya terpejam menikmati jilatanku…tangan kiriku kuselipkan masuk CD tante diva,kucari itilnya, rupanya tante diva udah sangat terangsang.

Memeknya basah banget.. foreplay kamu hebat…terusin van, puasin tante hari ini..ujarnya manja.. tanpa ragu kupijit-pijit lembut itilnya yg mungil..kutekan kebawah keatas..tante diva jd belingsatan.. tubuhnya mengeliat.

Jariku kumainkan disekeliling itilnya..sesekali kumasukan jari tengahku keliang memeknya yg udah basah banget…kulepasin semua piyama tante diva dan CD nya hingga telanjang bulat, kubuka kakinya lebar-lebar lalu kujilatin memeknya.

Kisah Taro – Bercinta Dengan Pak Sopir Bus Pariwisata

TAROSLOT Bercinta Dengan Pak Sopir Bus Pariwisata, Bisa dibilang aku maniak sex. Fantasiku untuk melakukan sex di luar pernikahan sangatlah liar. Awal aku mengenal sex bebas itu karena pacarku waktu itu. Kami masih duduk di bangku SMA dan dia mengajak aku untuk petting di toilet sekolah. Rasanya sungguh nikmat sampai akhirnya kami jadi sering melakukan sex bebas dimanapun kami merasa aman untuk melakukannya. Sekarang kamu sudah tidak bersama lagi. Ternyata pacarku menghamili wanita lain dan tidak lama lagi akan segera menikah.

Cerita sex ini terjadi sekitar 1 bulan yang lalu saat aku mengikuti tour ke luar kota. Aku memilih untuk duduk di baris ke dua di belakang sopir, namanya Rudi. Tubuhnya gelap layaknya sopir pada umumnya,perutnya cukup buncit dan mukanya sedikit berewokan. Aku Saat itu aku menggunakan pakaian yang kebesaran dengan celana hotpans jeans sehingga terlihat seperti tidak menggunakan celana. Selama perjalanan,aku mendapati Pa Rudi menatapku dari kaca spion mobil. Aku membalasnya dengan senyum

Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Semua peserta tour turun dari bus dan aku turun di urutan terakhir. Lagi-lagi kulihat Pa Rudi menatapku dari kaca spion. Aku cukup risih dibuatnya. Setelah turun dari bus,panitia memberikan pengumuman. Aku sibuk mengibas-ngibas bajuku karena kepanasan. Aku sadar Pa Rudi masih menatapku dari dalam bus. Aku berusaha mengabaikan.

Saat acara tour sudah berlangsung,aku merasa bosan dan mengantuk. Aku berusaha kabur dari keramaian dan menuju ke dalam bus. Aku melihat Pa Rudi sedang tidur, saat pintu bus kubuka Pa Rudi terbangun dan melihat aku naik ke dalam bus. Pikiranku langsung menjadi nakal,ingin mengerjai Pa Rudi. Aku pura-pura menjatuhkan barang dan membungkuk tepat mengarah ke mukanya. Dengan pakaianku yang kebesaran, paakaian dalamku terlihat jelas saat membungkuk. Aku melihat Pa Rudi berusaha menelan ludah melihatnya.

“Ada yang ketinggalan ya?” tanya Pa Rudi berusaha menyembunyikan kegugupannya.
“Enga kok Pa,acaranya bosen dan bikin ngantuk. Jadi mendingan kabur aja ke bus,mau numpang tidur.” jawabku sambil mengedipkan sebelah mata pada Pa Rudi.

Aku duduk di tempatku dan menutup kaca dengan kain gorden karena silau. Kursiku kuturunkan ke belakang agar enak untuk aku tidur,kedua kakiku kunaikan. Paha mulusku terlihat jelas,Pa Rudi memperhatikanku lewat kaca spion. Aku tersenyum nakal padanya lalu memejamkan mata. Aku tidak benar-benar tidur,karena aku tau ada Pa Rudi bersamaku di dalam bus.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Kudengar Pa Rudi berusaha menutup kain gorden di sekitar tempat dudukku. Aku sepertinya tau maksudnya,dan aku berusaha menyingkapkan baju kebesaranku sehingga pakaian dalamku yang berwarna merah terlihat jelas. Aku merasakan Pa Rudi mendekatiku,jantuungku berdegup cukup kencang dibuatnya.

Aku membuka mata,Pa Rudi terlihat kaget mendapati aku terbangun. Dengan cepat Pa Rudi menciumku dengan buas dan memegang kedua tanganku dengan kuat. Aku tidak berontak. Kunikmati lumatan bibirnya yang kasar. Pa Rudi mulai mengendurkan pegangannya dan beranjak memegang kedua bukit kembarku. Aku melepaskan ciumannya,menatapnya dan berdesah nikmat.

“ough”. Pa Rudi semakin bernafsu mendengarnya,meremas buah dadaku lebih keras.

Aku kembali berdesah dengan lebih keras sehingga Pa Rudi kembali menciumku dengan penuh nafsu. Tali Bhku dilepaskannya dan mulutnya mulai menyusuri leherku lalu ke buah dadaku. Aku merasakan kenikmatan,Pa Rudi menjilati putingku dan membuat bagian bawahku menjadi lembab. Kuarahkan tangannya ke celanaku dan dengan senang hati Pa Rudi meraba memekku dari luar.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Tanpa basa-basi,Pa Rudi membuka celana hotpansku. Ia cukup terkejut melihat celana dalamku yang berenda,sehingga dalamnya sudah langsung terlihat jelas olehnya. Ia kembali melumat buat dadaku sambil tangannya meremas-remas memekku.

“oughh,nikmat”

Pa Rudi meneruskan jilatannya ke bagian perutku,lalu membuka celana dalamku. Dijilatinya memekku dengan penuh nafsu. Aku semakin tidak karuan, tanaganku tanpa sadar meremas-remas rambutnya. Aku hampir mencapai orgasme dibuatnya.

“oughh,aku sampai sayang!!” bisikku lemas.

Pa Rudi berusaha menarik kepalaku dan mengarahkan tanganku ke bagian celananya yang terlihat sudah penuh sesak. Aku merabanya dari luar,dengan tidak sabar,Pa Rudi membuka celananya sendiri dan mengeluarkan kontolnya yang sudah mengaceng. Cukup besar dan panjang. Aku menolak ketika Pa Rudi memintaku untuk menjilati kontolnya.

Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Semua peserta tour turun dari bus dan aku turun di urutan terakhir. Lagi-lagi kulihat Pa Rudi menatapku dari kaca spion. Aku cukup risih dibuatnya. Setelah turun dari bus,panitia memberikan pengumuman. Aku sibuk mengibas-ngibas bajuku karena kepanasan. Aku sadar Pa Rudi masih menatapku dari dalam bus. Aku berusaha mengabaikan.

Saat acara tour sudah berlangsung,aku merasa bosan dan mengantuk. Aku berusaha kabur dari keramaian dan menuju ke dalam bus. Aku melihat Pa Rudi sedang tidur, saat pintu bus kubuka Pa Rudi terbangun dan melihat aku naik ke dalam bus. Pikiranku langsung menjadi nakal,ingin mengerjai Pa Rudi. Aku pura-pura menjatuhkan barang dan membungkuk tepat mengarah ke mukanya. Dengan pakaianku yang kebesaran, paakaian dalamku terlihat jelas saat membungkuk. Aku melihat Pa Rudi berusaha menelan ludah melihatnya.

“Ada yang ketinggalan ya?” tanya Pa Rudi berusaha menyembunyikan kegugupannya.
“Enga kok Pa,acaranya bosen dan bikin ngantuk. Jadi mendingan kabur aja ke bus,mau numpang tidur.” jawabku sambil mengedipkan sebelah mata pada Pa Rudi.

Aku duduk di tempatku dan menutup kaca dengan kain gorden karena silau. Kursiku kuturunkan ke belakang agar enak untuk aku tidur,kedua kakiku kunaikan. Paha mulusku terlihat jelas,Pa Rudi memperhatikanku lewat kaca spion. Aku tersenyum nakal padanya lalu memejamkan mata. Aku tidak benar-benar tidur,karena aku tau ada Pa Rudi bersamaku di dalam bus.

Kudengar Pa Rudi berusaha menutup kain gorden di sekitar tempat dudukku. Aku sepertinya tau maksudnya,dan aku berusaha menyingkapkan baju kebesaranku sehingga pakaian dalamku yang berwarna merah terlihat jelas. Aku merasakan Pa Rudi mendekatiku,jantuungku berdegup cukup kencang dibuatnya.

Aku membuka mata,Pa Rudi terlihat kaget mendapati aku terbangun. Dengan cepat Pa Rudi menciumku dengan buas dan memegang kedua tanganku dengan kuat. Aku tidak berontak. Kunikmati lumatan bibirnya yang kasar. Pa Rudi mulai mengendurkan pegangannya dan beranjak memegang kedua bukit kembarku. Aku melepaskan ciumannya,menatapnya dan berdesah nikmat.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“ough”. Pa Rudi semakin bernafsu mendengarnya,meremas buah dadaku lebih keras. Cerita Seks Mantap

Aku kembali berdesah dengan lebih keras sehingga Pa Rudi kembali menciumku dengan penuh nafsu. Tali Bhku dilepaskannya dan mulutnya mulai menyusuri leherku lalu ke buah dadaku. Aku merasakan kenikmatan,Pa Rudi menjilati putingku dan membuat bagian bawahku menjadi lembab. Kuarahkan tangannya ke celanaku dan dengan senang hati Pa Rudi meraba memekku dari luar.

Tanpa basa-basi,Pa Rudi membuka celana hotpansku. Ia cukup terkejut melihat celana dalamku yang berenda,sehingga dalamnya sudah langsung terlihat jelas olehnya. Ia kembali melumat buat dadaku sambil tangannya meremas-remas memekku.

“oughh,nikmat”.

Pa Rudi meneruskan jilatannya ke bagian perutku,lalu membuka celana dalamku. Dijilatinya memekku dengan penuh nafsu. Aku semakin tidak karuan, tanaganku tanpa sadar meremas-remas rambutnya. Aku hampir mencapai orgasme dibuatnya.

“oughh,aku sampai sayang!!” bisikku lemas.

Pa Rudi berusaha menarik kepalaku dan mengarahkan tanganku ke bagian celananya yang terlihat sudah penuh sesak. Aku merabanya dari luar,dengan tidak sabar,Pa Rudi membuka celananya sendiri dan mengeluarkan kontolnya yang sudah mengaceng. Cukup besar dan panjang. Aku menolak ketika Pa Rudi memintaku untuk menjilati kontolnya

Pa Rudi kembali melumat payudaraku dan aku meremas-remas rambutnya. Ku rasakan aku hampir sampai. Aku mengelijang hebat ketika Pa Rudi menggigit kecil putingku. Pa Rudi mempercepat genjotannya sambil menciumku yang rasanya ingin berteriak karena nikmat. Kulihat Pa Rudi hampir mencapai klimaks dan aku berusaha melepaskan kontolnya dari dalam memekku. Kucium bibirnya sambil kukocok kontolnya. Kuambil tissue dari dalam tasku agar muncratan air mmaninya tidak kemana-mana.

“ouhhh,ouhhh” bibirnya kembali melumat bibirku dengan nafsu.

Setelah dirasa semua air maninya keluar,aku kembali menggunakan pakaian dalamku dan celana hotpansku. Pa Rudi mengucapkan terima kasih padaku sambil tangannya kembali meremas buah dadaku. Aku bergegas turun dari bus dan mencari toilet untuk membersihkan memekku dari genjotan Pa Rudi.

Kisah Taro – Jeritan Histeris Tante Ghina

TAROSLOT Jeritan Histeris Tante Ghina, Sudah dari aku kecil aku tinggal bersama nenekku, aku juga bersama nenekku tinggal om-om dan tante-tanteku (anak-anak dari nenekku). dan omku yang ketiga sudah menikah dengan seorang wanita yang bernama Ghina yang kupanggil dengan sebutan Tante Ghina. Tante Ghina orangnya cantik, wajah dan tubuhnya cukup sexy dan orangnya mudah bergaul, terutama denganku.

Oh ya, namaku adalah Rezha, masih sekolah di SMA waktu itu. Semula omku tersebut tinggal bersama kami, dan aku yang saat itu sedang menikmati masa remaja kira-kira umur 16 tahun sering melihat Tante Ghina sedang bercumbu dengan suaminya, dan kadang-kadang di depanku Tante Ghina mengusap penis omku, sebut saja Om Wahyu. Batang kemaluanku yang saat itu sedang remaja-remajanya langsung menjadi tegang, dan setelah itu aku melakukan onani membayangkan sedang bersetubuh dengan Tante Ghina.

Setelah mereka menikah 1 tahun, akhirnya mereka pindah dari tempat nenek kami dan membeli rumah sendiri yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah nenek kami. Kalau Tante Ghina hendak pergi, biasanya dia memanggilku untuk menjaga rumahnya, takut ada maling. Suatu hari aku dipanggil oleh Tante Ghina untuk menjaga rumahnya.

Ketika aku datang, dia sedang ada di kamar dan memanggilku, “Rezha, masuk ke kamar..!” teriaknya.
“Ya Tante..” jawabku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar
Ternyata di dalam kamar, tante sedang memakai BH dan celana dalam saja, aku disuruh mengaitkan tali BH-nya. Dengan tangan gemetaran aku mengaitkan BH-nya. Rupanya Tante Ghina tahu aku gemetaran.
Dia bertanya, “Kenapa Rezha gemetaran..?”
“Enggak Tante,” jawabku.
Tapi tante cepat tanggap, dipeluknya tubuhku dan diciumnya bibirku sambil berkata, “Rezha, Tante ada perlu mau pergi dulu, ini Tante kasih pendahuluan dulu, nanti kalau Tante pulang, Tante akan berikan yang lebih nikmat.”
“Ya Tante.” jawabku.

Kepalaku terasa pusing, baru pertama kali aku menyentuh bibir seorang wanita, apalagi wanita cantik seperti Tante Ghina. Lalu aku ke kamar mandi melakukan onani sambil membayangkan tubuh Tante Ghina.

Kira-kira jam 3 sore, tante pulang dan aku menyambutnya dengan penuh harap. Tante Ghina langsung masuk kamar, sedangkan aku menunggu di ruang tamu, kira-kira 10 menit kemudian, dia memanggil pembantunya untuk disuruh ke supermarket untuk membeli sesuatu, jadi tinggallah di rumah aku dan Tante Ghina saja.

Setelah pembantunya pergi, Tante Ghina menutup pintu dan menggandengku untuk masuk ke kamarnya.
Lalu Tante Ghina berkata, “Rezha, seperti yang kujanjikan, aku akan meneruskan pendahuluan tadi.”
Aku diam saja, gemetar menahan nafsu.
Tiba-tiba Tante Ghina mencium bibirku, dan berkata, “Balaslah Rezha, hisap bibirku..!”
Aku menghisapnya, dan terasa bibirnya sangat enak dan bau tubuhnya wangi, karena dia memakai parfum Avon yang merangsang, aku menjadi salah tingkah.

Tiba-tiba dia memegang batang kemaluanku, aku sangat kaget.
“Wah punyamu sudah tegang dan besar Rezha,” sahut Tante Ghina.
Lalu Tante Ghina berkata lagi, “Apakah kamu pernah berhubungan sex dengan wanita?”
Aku menjawab sambil gemetar, “Jangankan berhubungan sex, mencium wanita saja baru kali ini.”
Tante Ghina tersenyum dan berkata, “Hari ini Tante akan ajarkan cara berhubungan sex dengan seorang wanita.”
Lalu Tante Ghina membuka bajunya sehingga telanjang bulat, lalu dipegangnya tanganku dan dibawanya ke buah dadanya yang cukup besar.

Sambil gemetaran aku memegang buah dadanya dan memegang putingnya.
Tante Ghina mendesis merasakan kenikmatan usapanku dan berkata, “Terus Rezha.., terus..!”
Lalu dengan memberanikan diri aku mencium putingnya, dan Tante Ghina bertambah mendesis. Dibukanya celana pendekku dan CD-ku, sehingga aku juga menjadi telanjang bulat sepertinya. Penisku dielus-elusnya sambil berkata, “Rezha, punyamu besar amat, lebih besar dari punya Om Wahyu.”

Setelah puas menghisap puting buah dada tante, aku mencium pusarnya, dan akhirnya sampai di vaginanya.
“Ayo Rezha, cepat hisap punyaku..!”

Aku memberanikan diri mencium kemaluannya dan menjilat-jilat dalamnya, sedangkan tante tambah mendesis.
Tante berkata, “Sabar Rezha, Tante kepingin mencium punya Rezha dulu.”
Lalu dia membaringkanku di tempat tidur dan mulai mencium biji kemaluanku dan menghisap penisku perlahan-lahan. Serasa dunia ini melayang, alangkah nikmatnya, baru pertama kali batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita cantik, apalagi oleh Tante Ghina yang sangat cantik.

Penisku semakin membesar, dan rasanya seperti mau kencing, tetapi rasanya sangat nikmat, ada yang mau keluar dari kemaluanku.
Aku menjerit, “Tante, Tante.., lepas dulu, aku mau kencing dulu.”
Tetapi rupanya tante sudah tahu apa yang mau keluar dari kemaluanku, malah dia semakin kuat menghisap penisku. Akhirnya meletuslah dan keluarlah air maniku, dengan mesranya Tante Ghina menghisap air maniku dan menjilat-jilat penisku sampai bersih air maniku.

Batang kemaluanku terkulai lemah, tetapi nafsuku masih terasa di kepalaku.
Lalu tante berkata, “Tenang Rezha, ini baru tahap awal, istirahat dahulu.”
Aku diberi minum coca-cola, setelah itu kami berciuman kembali sambil tiduran. Tanpa kusadari kemaluanku sudah membesar lagi dan kembali aku menghisap buah dadanya.
“Tante.., aku sayang Tante.”

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Lalu tante berkata, “Ya Rezha, Tante juga sayang Rezha.”
Lalu aku menjilat vagina tante sampai ke dalam-dalamnya dan tante menjerit kemanjaan.
“Ayo Rezha.., kita mulai pelajaran sex-nya..!”
Penisku yang sudah tegang dimasukkan ke dalam liang kemaluan Tante Ghina yang sudah licin karena air vaginanya.

Perlahan-lahan batang kemaluanku amblas ke dalam lubang kemaluan tante, dan tante mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Aduh terasa nikmatnya, dan kembali kami berciuman dengan mesranya.
Lalu aku berkata kepada Tante Ghina, “Tante.., kalau tahu begini nikmatnya kenapa enggak dulu-dulu Tante ajak Rezha bersetubuh dengan Tante..?”
Tante hanya tersenyum manis. Terasa penisku semakin mengembang di dalam vagina Tante Ghina, tante semakin mendesis.
Tante mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, “Rezha.., Tante kepengen keluar nih..!”
Kujawab, “Keluarin saja Tante, biar Tante merasa nikmat..!”

Tidak lama kemudian tante menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan air kemaluannya, penisku masih tegang rasanya.
Dengan lembut aku mencium tante dan berkata, “Tante sabar ya, Rezha masih enak nih..,”
Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batangku ke liang tante, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku di dalam vagina Tante Ghina bersamaan dengan keluarnya cairan tante untuk kedua kalinya. Terasa tubuh ini menjadi lemas, kami tetap berpelukan dan berciuman. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama saling menyabuni tubuh kami masing-masing, dan kami berjani untuk melakukannya lagi dilain waktu.

Setelah peristiwa itu, setiap malam aku selalu terkenang akan vagina Tante Ghina, sehingga rasanya aku ingin tidur bersama Tante Ghina, tetapi bagaimana dengan Om Wahyu. Rupanya nasib baik masih menemaniku, tiba-tiba saja Om Wahyu dipindahkan tugasnya ke Bandung, dan untuk sementara Tante Ghina tidak dapat ikut karena Om Wahyu tidurnya di mess. Sambil mencari kontrakan rumah, Tante Ghina tinggal di Jakarta, tetapi setiap Sabtu malam Om Wahyu pulang ke Jakarta.

Atas permintaan Tante Ghina, setiap malam aku menemaninya, aku harus sudah ada di rumah Tante Ghina jam 8 malam. Untuk tidur malam, aku disiapkan sebuah kamar kosong, tapi untuk kamuflase saja, sebab setelah pembantunya tidur aku pindah ke kamar Tante Ghina. Tentunya Tante Ghina sudah siap menyambutku dengan pelukan mesranya, dan kami bercumbu sepanjang malam dengan nikmatnya dan mesranya. Kalau waktu pertama kali aku hanya menghisap kemaluannya, sekarang kami sudah saling menghisap atau gaya 69. Lubang kemaluan Tante Ghina sudah puas kuciumi, bahkan sekarang bukan saja lubang vagina, tetapi juga lubang anus, rasanya nikmat menghisapi lubang-lubang tante. Penisku juga dihisap tante dengan ketatnya dan terasa ngilu ketika lubang kencingku dihisap Tante Ghina, tapi nikmat.

Setelah kami saling menghisap, akhirnya barulah kami saling memasukkan kemaluan kami, dan kali ini tante berada di atasku. Batang kemaluanku yang sudah tegang dan berdiri tegak dimasukkan ke kemaluan tante, aduh nikmatnya. Lalu aku menghisap buah dada tante sambil menggoyang-goyangkan pantatku. Kira-kira sepuluh menit, tante mengeluarkan air maninya sambil menjerit nikmat, namun aku belum mengeluarkan air maniku. Lalu aku bertukar posisi, sekarang tante di bawah, aku yang di atas. Karena tante sudah keluar, terasa mudah memasukkan kemaluanku ke dalam vagina tante, dan kembali kami berpacu dalam nafsu.

Sambil mencium bibir Tante Ghina, aku berkata, “Tante… Tante.., kenapa sih lubang Tante enak banget, punyaku terasa dijepit-jepit lubang Tante yang lembut.”

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar
Sambil tersenyum tante menjawab, “Rezha.., batang kamu juga enak, kalau dengan Om Wahyu Tante hanya bisa orgasme sekali, tetapi dengan kamu bisa berkali-kali.”
Kembali aku menekan batang penisku erat-erat ke liang kemaluan tante sambil mengoyang-goyangkan pantatku, dan akhirnya aku menjerit, “Tante.., Tante.., aku keluar..!”
Alangkah nikmat rasanya.

Perlahan-lahan aku mengeluarkan batang kemaluanku dari liang senggama tante. Setelah itu kembali kami berciuman dan tidur sambil berpelukan sampai pagi. Ketika bagun pagi-pagi aku kaget, karena aku tahu di sampingku ada Tante Ghina yang tidak memakai apa-apa, nafsuku timbul kembali. Kubangunkan Tante Ghina dan kembali kami bersetubuh dengan nikmatnya, dan akhirnya kami mandi bersama-sama.

Selama hampir 1 bulan lamanya kami seperti sepasang suami istri yang sedang berbulan madu, kecuali hari Sabtu dan Minggu dimana Om Wahyu pulang. Pengalaman ini tidak akan terlupakan seumur hidupku, walaupun sekarang aku sudah beristri dan mempunyai 2 orang anak. Kadang-kadang Tante Ghina masih mengajak aku bersetubuh di hotel. Tetapi sejak aku beristri, perhatianku kepadanya agak berkurang, lagipula usia Tante Ghina sudah bertambah tua.

Kisah Taro – Hasrat Sex Tante Belum Terpuaskan

TAROSLOT Hasrat Sex Tante Belum Terpuaskan, Namaku Arga Aku tinggal bersama tanteku dibanten karena orang tuaku sedang ada urusan kerja di Eropa, Jadi aku tinggal dengan tanteku saja. Lagipula Tante Orang yang baik denganku. Namanya Elsa Bertubuh Sexy dan Hot walaupun sudah berumur 36 tahun, Payudara berukuran 36B dan Pantat yang masih padat dan bulat Semua orang banyak yang tertarik dengna tubuh Tante Elsa Yang semok
Oh ya, Tante Elsa Seorang Janda Yang ditinggal suaminya 3tahun karena Suaminya Selingkuh

Sudah daridulu aku suka sekali dengan tubuh Tante Elsa yang molek sudah sering sekali aku melihat Tante Elsa hanya mengunakan BH dan CD saja dirumah tapi takada niatku untuk menyetubuhinya, Tapi kemarena aku pertama kalinya melihat tubuh tanteku tak memakai Pakaian sama sekali. Indah sekali tubuhnya yang putih dan mulus belum ada yang kendor dimanapun

Hari minggu pagi aku sedang nongkrong dirumah temanku, Tante Elsa Menelfonku untuk pulang kerumahnya sekarang karena dirumah lagi tidak ada orang karena pembantunya semua sudah pulang kampung. ketika mendengar perintah itu aku langsung menghidupkan mobilku

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Ada apaa tan? kok nyuruh Arga pulang??” aku bertanya penasaran.

“Arga Temenin Tante dirumah yah? Mbok semua pada pulang kampung barusan” Elsa membalas sapaanku.

“Walah Kirain ada apa, yauda takut ntar ada apaapa sama tante” aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.

“Arga Kamu udah makan? Kok langsung baring disofa sih?” Dari dapur tante menanyakan aku.

“Belum sih tan, ntar Arga masak sendiri aja” jawabku singkat.

“yakin? yauda ntaran yah tante mandi dulu, kamu jangan tidur.” katanya

Sekitaran 10menitan aku sudah mendengarkan percikan Air jatuh kelantai aku langsung bergegas kedapur dan mempersiapkan rencanaku yang sudah dari dulu ingin kulakukan
Disamping kamar mandi ada lubang ventilasi yang menghadap ke arah bak mandi sehingga tante tidak akan sadar kalau sedang kuintip

kulihat tante sedang menghusap payudaranya dan selangkangannya oh telihat jelas belahan memeknya dengan ditumbuhi Bulu Kemaluan yang jarang, tubuh mulus dan putih tante
Aku mengocok penisku yang sudah dari tadi menegang, aku mengerang “Aah Sshh”

Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya Tante Elsa ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya.

Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek Tante Elsa, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan Tante Elsa berhubungan badan denganku. Sampai membuat penisku masih mengacung tegak tak bisa diturunkan jadi aku hanya mennutupnya dengan tanganku

“Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu ditaruh terus diatas celana malah ada yang gerak2 lagi”
“Ohh.. Eehh Nggak papa kok tan, Ini cuman lagi susah tidur aja” kataku mengelak.

Ketika Aku tidur siang dikamar Tante, Aku merasahkan seperti penisku sedang basah tetapi hanget aku diam saja lama kelamaan seperti ada yang menyapu-nyapu kepala kontolku. aku tersentak bangun kulihat Tante Elsa yang sedang rakus mengulum kontolku

“Eee..eh tan? tante ngapain? Aah” Tanyaku sedikit mengerang karena jilatan tante.

“Kamu sukaa kan Arga?? Sruppt Srupppht Semakin Ganas menghisap penisku” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang 90%.

“Iii..yahh sih tapikan..” tanpa banyak alasan tante membuka bajunya dan branya. Payudara yang sekal sekali pentilnya masih merah kecoklatan dan dikocoklah penisku dengan payudaranya yang padat itu

Sungguh nikmat sekali ketika tante menjepit payudaranya dibatangku hanget sekalii, sesekali kepala penisku disedot sedot mmebuat aku geli nikmat

“Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.

“Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah.

“Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah.

Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya.

Tante Elsa membuka celananya dan CDnya

“Ayoo cepat puasinn tante, sudah lama memek tante tidak ada yang jamah”Tante Elsa berbaring sambil membuka pahanya lebar meyakinkanku.

“Emm.., Tante yakin nih mau disetubuhin sama Arga” Aku semakin salah tingkah.

“Yakin dong, tantekan tau kalau punyamu Besar dan Keras” tante Ninik merengek perlahan.

aku naik kerangjang dan tunduk diantara dua pahanya, kuciumi aroma memeknya yang khas Kujilati perlahan bibir kemaluannya yang sudah basah daritadi, kumainkan Biji kedelenya dengan lidahku dengan cepat.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Oohh Arga Pelan saja, Ssshhh Sayangg jangan galak gitu dong tante nggak kuatt”

“Shh.. ohh…ssshhh ooohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.

“Ahh..Aaahh Sshhtt Aahh” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.

Aku menghisap pelan pelan memeknya, kusedot semua cairan wanitanya yang nikmat. dia mengelinjang setelah 10 aku merajahi mekinya akhirnya Tante Elsapun orgasmee

Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Ninik.

“Ahh..Argan..shh..Argan Ooo…hhh Aa…ahh…hkkk.” tante mengerang dengan keras.

Setelah dia selesai dengan Orgasmenya Tante fita bangkit dan mendorongku tidur diranjang, dia menghadap kearah kontolku dan mulai mengulumnya lagi tangan kanannya mengocok Penisku dan tangan kirinya asik mengelus memeknya yang masih gatal karena orgaasme hebat

“Argan, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Mr.Pku.

Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

“Tantee Aku masukin yah aku udah nggak tahan nih ” Kataku.
“Cepetann Argan tante juga pengen ngerasain kontol besarmu” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Kontolku.

Dengan pelan aku dorong kontolku, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga sepenuhnya batangku sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak.

“Arga nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan.
Lalu dengan hentakan lembut kumaju mundurkan kontolku didalam vaginaa sempitnya.
“Ahh..Aaah auuu Enakk Aaahh” kami berdua melenguh.
Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan.

“Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan selangkagan tante Elsa semakin menambah rangsangan.
Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Arga tante Sampaii lagi kamu buat”

Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan kontolku masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras.

“Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante.
“Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.

Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.

“Arghh.. tante aku nyampai”.
“Aku juga Argan. ahh” tante juga meracau.
ku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.

Kisah Taro – Bercinta Dengan papa Tiri

TAROSLOT Bercinta Dengan papa Tiri, Perkenalkan namaku Mitha, usiaku 16 tahun. Aku sekarang duduk di kelas II SMU di Medan. Aku punya pengalaman pertama merengkuh surga dunia. Tetapi semua itu kulakukan dengan papa tiriku. Pengalamanku ini sebagai referensi buat teman-teman yang lain. Aku tahu kalau perbuatan ini salah, tetapi aku tidak tahu bagaimana menghentikannya.

Baiklah, ceritaku begini. Suatu hari aku mendapat pengalaman yang tentunya baru untuk gadis seukuranku. Oya, aku gadis keturunan Cina dan Pakistan. Sehingga wajar saja kulitku terlihat putih bersih dan satu lagi, ditaburi dengan bulu-bulu halus di sekujur tubuh yang tentu saja sangat disukai lelaki. Kata teman-teman, aku ini cantik lho.

Memang siang ini cuacanya cukup panas, satu persatu pakaian yang menempel di tubuhku kulepas. Kuakui, kendati masih ABG tetapi aku memiliki tubuh yang lumayan montok. Bila melihat lekuk-lekuk tubuh ini tentu saja mengundang jakun pria manapun untuk tersedak. Dengan rambut kemerah-merahan dan tinggi 167 cm, aku tampak dewasa. Sekilas, siapapun mungkin tidak percaya kalau akuadalah seorang pelajar. Apalagi bila memakai pakaian casual kegemaranku. Mungkin karena pertumbuhan yang begitu cepat atau memang sudah keturunan, entahlah. Tetapi yang jelas cukup mempesona, wajah oval dengan leher jenjang, uh.. entahlah.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasanya aku berpamitan dengan kedua orangtuaku. Cium pipi kiri dan kanan adalah rutinitas dan menjadi tradisi di keluarga ini. Tetapi yang menjadi perhatianku siang ini adalah ciuman Papa. Seusai sarapan pagi, ketika Mama beranjak menuju dapur, aku terlebih dahulu mencium pipi Papa. Papa Robi (begitu namanya) bukan mencium pipiku saja, tetapi bibirku juga. Seketika itu, aku sempat terpaku sejenak. Entah karena terkejut untuk menolak atau menerima perlakukan itu, aku sendiri tidak tahu.

Papa Robi sudah setahun ini menjadi Papa tiriku. Sebelumnya, Mama sempat menjanda tiga tahun. Karena aku dan kedua adikku masih butuh seorang ayah, Mama akhirnya menikah lagi. Papa Robi memang termasuk pria tampan. Usianya pun baru 38 tahun. Teman-teman sekolahku banyak yang cerita kalau aku bersukur punya Papa Robi.

“Salam ya sama Papa kamu..” ledek teman-temanku.
Aku sendiri sebenarnya sedikit grogi kalau berdua dengan Papa. Tetapi dengan kasih sayang dan pengertian layaknya seorang teman, Papa pandai mengambil hatiku. Hingga akhirnya aku sangat akrab dengan Papa, bahkan terkadang kelewat manja. Tetapi Mama tidak pernah protes, malah dia tampak bahagia melihat keakraban kami.

Tetapi ciuman Papa tadi pagi sungguh diluar dugaanku. Aku memang terkadang sering melendot sama Papa atau duduk sangat dekat ketika menonton TV. Tetapi ciumannya itu lho. Aku masih ingat ketika bibir Papa menyentuh bibir tipisku. Walau hanya sekejab, tetapi cukup membuat bulu kudukku merinding bila membayangkannya. Mungkin karena aku belum pernah memiliki pengalaman dicium lawan jenis, sehingga aku begitu terkesima.

“Ah, mungkin Papa nggak sengaja..” pikirku.
Esok paginya seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku memberikan ciuman ke Mama, Papa beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau tidak mau kuikuti Papa ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Papa. Respon Papa pun kulihat biasa saja. Dengan sedikit membungkukkan tubuh atletisnya, Papa menerima ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Papa mendaratkan bibirnya ke bibirku. Serr.., darahku seketika berdesir. Apalagi bulu-bulu kasarnya bergesekan dengan bibir atasku. Tetapi entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Papa mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas Papa Robi menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Papa menikmati bibirku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!” begitu yang kudengar dari Papa.
Sejak kejadian itu, hubungan kami malah semakin dekat saja. Keakraban ini kunikmati sekali. Aku sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Papa tiriku, begitu yang tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kami bersentuhan.
Begitulah, setiap berangkat sekolah, ciuman ala Papa menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia kami berdua saja. Bahkan pernah satu hari, ketika Mama di dapur, aku dan Papa berciuman di meja makan. Malah aku sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Papa yang masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap. Papa juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mama yang berada di dapur, mungkin kami akan melakukannya lebih panas lagi.

Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di rumah. Mama membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dengan hanya mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan tubuh, aku merasakan segar di tubuhku.

Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yang cukup akrab di telingaku menyebut namaku.
“Vin.. Vin.., Papa pulang..” ujar lelaki yang ternyata Papaku.
“Kok cepat pulangnya Pa..?” tanyaku heran sambil mengambil baju dari lemari.
“Iya nih, Papa capek..” jawab papa dari luar.
“Kamu masak apa..?” tanya papa sambil masuk ke kamarku.
Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belum dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk yang melilit di tubuhku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi. Kemudian membalikkan tubuh. Papa rupanya sudah tiduran di ranjangku.
“Ada deh..,” ucapku sambil memandang Papa dengan senyuman.
“Ada deh itu apa..?” tanya Papa lagi sambil membetulkan posisi tubuhnya dan memandang ke arahku.

“Memangnya kenapa Pa..?” tanyaku lagi sedikit bercanda.
“Nggak ada racunnya kan..?” candanya.
“Ada, tapi kecil-kecil..” ujarku menyambut canda Papa.
“Kalau gitu, Papa bisa mati dong..” ujarnya sambil berdiri menghadap ke arahku.
Aku sedikit gelagapan, karena posisi Papa tepat di depanku.
“Kalau Papa mati, gimana..?” tanya Papa lagi.
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
“Lho.., kok kamu diam, jawab dong..!” tanya Papa sambil menggenggam kedua tanganku yang sedang memegang handuk.

Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yang membuatku diam, tetapi keberadaan kami di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belum lagi terjawab, tangan kanan Papa memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dengan hangat. Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat pancaran mata Papa begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Papa mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Birahiku mulai terusik. Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini.

Nafsu remajaku mulai keluar ketika tangan kiri Papa menyentuh payudaraku dan melakukan remasan kecil. Tidak hanya bibirku yang dijamah bibir tebal Papa. Leher jenjang yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu pun tidak luput dari sentuhan Papa. Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.

“Pa..” kataku ketika lidah Papa masuk dan menggelitik telingaku.
Papa kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur empuk.
“Pa.. nanti ketahuan Mama..” sebutku mencoba mengingatkan Mama.
Tetapi Papa diam saja, sambil menindih tubuhku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yang melilit di tubuhku disingkapkannya.

“Mitha, tubuh kamu sangat harum..” bisik Papa lembut sambil mencampakkan guling ke bawah.
Dalam posisi ini, Papa tidak puas-puasnya memandang tubuhku. Bulu halus yang membalut kulitku semakin meningkatkan nafsunya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke payudaraku.
“Kamu udah punya pacar, Vin..?” tanya Papa di telingaku.

Aku hanya menggeleng pasrah.
Papa kemudian membelai dadaku dengan lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Papa mencium pinggiran payudaraku.

“Uuhh..,” desahku ketika bulu kumis yang dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara tangan Papa mengelus pahaku yang putih. Puting susu yang masih merah itu kemudian dikulum.
“Pa.. oohh..” desahku lagi.
“Pa.. nanti Mamm..” belum selesai kubicara, bibir Papa dengan sigap kembali mengulum bibirku.
“Papa sayang Mitha..” kata Papa sambil memandangku.

Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Papa mencium bibirku, aku tidak diam. Dengan panasnya kami saling memagut. Saat ini kami sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku, bibir Papa pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Papa memang pintar membuatku terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yang mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Ohh, ohh..” desahku panjang.
Papa rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Papa, besar dan tegang. Dengan mata yang sedikit tertutup, aku menggenggamnya dengan kedua tanganku. Setan yang ada di tubuh kami seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika Papa mengarahkannya ke mulutku.

“Terus Vin.., oh.. nikmatnya..” gumamnya.
Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku. Sesekali kuhisap dengan kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Papa yang merasakan kenikmatan, aku pun merasakan hal serupa. Tangan Papa mempermainkan kedua putingku dengan tangannya.

Karena birahi yang tidak tertahankan, Papa akhirnya mengambil posisi di atas tubuhku sambil mencium bibirku dengan ganas. Kemudian kejantanannya Papa menempel lembut di selangkanganku dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya masuk. Perlahan-lahan kepala penis itu menyeruak masuk menembus selaput dinding vaginaku.

“Sakit.. pa..” ujarku.
“Tenang Sayang, kita nikmati saja..” jawabnya.
Pantat Papa dengan lembut menekan, sehingga penis yang berukuran 17 cm dan berdiameter 3 cm itu mulai tenggelam keseluruhan.

Papa melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Papa memang cukup lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aku mengimbangi kenikmatan ini dengan menggoyang-goyangkan pantatku.
“Terus Vin, ya.. seperti itu..” sebut Papa sambil mempercepat dorongan penisnya.
“Papa.. ohh.., ohh..” renguhku karena sudah tidak tahan lagi.
Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir vaginaku. Kutarik leher Papa hingga pundaknya kugigit keras. Papa semakin terangsang rupanya. Dengan perkasa dikuasainya diriku.

Vagina yang sudah basah berulangkali diterobos penis papa. Tidak jarang payudaraku diremas dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Papa. Birahiku kembali memuncak. Selama tiga menit kami melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yang dilakukan Papa. Mungkin karena baru pertama kali, dia takut menyakitiku.

Kenikmatan ini semakin tidak tertahankan ketika kami berganti gaya. Dengan posisi 69, Papa masih perkasa. Penis Papa dengan tanpa kendali keluar masuk vaginaku.
“Nikmat Vin..? Ohh.. uhh..” tanyanya.


Terus terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelumnya. Berulangkali aku melenguh dan mendesah dibuatnya.
“Pa.. Mitha nggak tahan..” katakuku ditengah terjangan Papa.
“Sa.. sa.. bar Sayang.., ta.. ta.. han dulu..” ucap Papa terpatah-patah.
Tetapi aku sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aku mengeluarkan mani kembali.
“Okhh.. Ohkk.. hh..!” teriakku.

Lututku seketika lemas dan aku tertelungkup di ranjang. Dengan posisi telungkup di ranjang membuat Papa semakin belingsatan. Papa semakin kuat menekan penisnya. Aku memberikan ruang dengan mengangkat pantatku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia pun keluar juga.

“Okhh.. Ohh.. Ohk..” erang Papa.
Hangat rasanya ketika mani Papa menyiram lubang vaginaku.
Dengan peluh di tubuh, Papa menindih tubuhku. Nafas kami berdua tersengal-sengal. Sekian lama Papa memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yang baru pertama kali kualami. Dengan penis yang masih bersarang di vaginaku, dia mencium lembut leherku dari belakang.

“Vin, Papa sayang Mitha. Sebelum menikahi Mamamu, Papa sudah tertarik sama Mitha..” ucap Papa sambil mengelus rambutku.

Mama dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu pula, aku dan Papa mencari kepuasan bersama. Entah setan mana yang merasuki kami, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kami lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mama ada di rumah. Dengan alasan menonton bola di TV, Papa membangunkanku, yang jelas perbuatan ini kulakukan hingga sekarang.

Kisah Taro – Icha Sekretaris ABG Baruku

TAROSLOT Icha Sekretaris ABG Baruku, Kenalkan nama saya Bambang dan biasa di panggil Bang. Saya seorang pegawai kantoran biasa. Pengalaman ini terjadi saat saya masih di kantor dengan teman sekolahku dulu yaitu Icha.

Kejadian itu terjadi di hari jumat kira-kira jam 8. Saat itu di kantor ada pendaftaran akun bank untuk pengajian kaBangawan kami semua diwajibkan memiliki bank X. Tak disangka petugas bank yang datang adalah teman sekolahku.

“Eh,, Bambangkan?” Icha menunjuk ke arahku dengan wajah bingung.

“Nah loh, ketemu disini kita Bang” kataku sambil tersenyum.

Tapi kami tak sempat ngobrol banyak karena masih jam kerja. Saat dia sudah selesai mendata kaBangawan kantor kami, dia berpamitan denganku.

“Bang, aku balik dulu ya. Sudah kelar nih” katanya.

“Tunggu Bang, nanti kita ketemuan bisa kagak? tanyaku.

“Boleh boleh. Kebetulan aku kangen nih. hehe..” jawabnya dengan senang.

Akhirnya kami bertukar pin BB untuk mengatur jadwal bertemu nanti sore. Apa mau dikata rupanya aku disuruh lembur, aku pun mengabarinya. Tapi Icha sepertinya ingin ngobrol denganku dan bertanya apa boleh dia datang ke kantorku saja.

Tentu saja boleh jawabku. Jam 5 lewat dia datang dan kusurh menunggu sebentar sambil dia menonton televisi yang ada di kantor. Tak terasa sudah jam 6 lewat dan diluar hujan deras.

“Bang, ngobrol disini aja sampai hujan reda ya. Kagak bawa payung nih” jelasku. Dia pun mengiyakan kondisiku.

Kami ngobrol panjang lebar mengingat masa sekolah dulu dan juga membahas masalah pekerjaan.

“Bang, kok jadi agak panas ya disini? AC kantormu rusak?” tanyanya.

“Ah iya, freonnya belum diganti” jawabku.

“Akunya jadi kepanasan karena pakai seragam, aku buka blazerku yah” katanya sembari melepaskan blazer.

Kami lanjut mengobrol sampai akhirnya aku hilang fokus karena terlintas pikiran bentuk tubuh Icha yang seksi setelah dia membuka blazernya tadi. Dia bukanlah perempuan yang terlalu kurus atau gemuk, tapi semok dan pas menurutku. Dan tentunya dia memiliki dada yang lumayan besar.

“Ah, jadi gerah yaa” aku mengalihkan pikiranku.

“Haa? Telat amat lu Bang. Aku sudah dari tadi kepanasan, kamu baru ngerasain. Eh, tapi cowok enak lok. Kepanasan bisa buka baju telanjang dada dengan santai, kalau cewek susah.” katanya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Kamu mau aku telanjang dada nih?” candaku.

“Ihh, bukan gitu. Aku cuman jelasin pemikiranku. Lagian aku gak masalah kalau teman sekolahku telanjang dada di depanku, habisnya aku masih ingat kalian waktu dulu sih.. hehe..” jelasnya sambil tertawa.

“Yaahhh, tapi emank gerah sih.” kataku sambil membuka kemejaku. “Gimana Bang? Sudah gak kurus kayak dulu kan? Hehe.” lanjutku sambil berpose ala binaragawan.

“Dih, baru juga gemukan sikit. Udah bangga. Weee..” ejeknya sambil melihatku.

“Jangan salah, aku juga tambah kuat loh.. Nih lihat..” jawabku dengan refresh menggendongnya.

“Gimana hee? Masih mau ngejek?” gangguku.

Bukannya menjawab, Icha malah terdiam. Dan saat aku melihatnya, wajahnya memerah.

Ternyata dia malu. Wajahnya yang sedikit oriental dengan kulit putihnya, rambut hitam sepundaknya dan sekarang ditambayh wajahnya memerah. Sangat manis menurutku, dan akal sehatku pun hilang, aku merebahkannya di sofa dan menciumnya.

“mmmhhhh.. mmhhhh..” Desahnya tertahan dengan ciumanku.

Aku sempat mengintip dan melihat dia memejamkan mata dan tidak menolak ciumanku. Sempat terlintas ini tidak benar karena kami baru saja bertemu tapi nafsuku lebih menguasaiku. Kulanjukan menciumnya dan kali ini dengan permainan lidah. Dia pun membalasnya dan aku semakin bernafsu dan meremas susunya dengan kuat.

“Mmmhhhh..” desahnya lagi.

Hanya sebentar saja kontolku pun sudah menegang. Icha melepaskan ciumannya dan menatapku.

“Kenapa kamu mau Bang?” tanyaku yang sebenarnya penasaran.

“Aku sebenarnya suka kamu dari dulu Bang, tapi aku malu untuk bilang itu. Karena itu aku tidak menolak” jawabnya tertunduk.

Aku hanya diam dan tersenyum menatapnya. Lalu kulanjutkan lagi permainan lidahku. Dan sekarang aku sambil membuka celanaku. Ya, nafsuku sudah menguasaiku.

“Bang, hisap kontolku” kataku. Tanpa menjawab , Icha turun dari sofa dan dengan posisi berlutut dia pun mulai menjilati kontolku dari bawah ke atas lalu menhisapnya.

“Uuughh…” desahku sambil melihat bibir mungilnya menhisap kontolku.

“Terus Bang, hisap yang kuat.. Uuughhh” akju sudah tidak tahan lagi.

Icha melanjutkan menghisap kontolku, dia menhisap dengan kuat dan kuiringi dengan menggerakkan kontolkiu seperti sedang bercinta. Kami berdua semakin diselimuti nafsu dan membuka baju kami masing-masing. Astaga, baru ini aku melihat tubuhnya. Payudaranya yang besar.

Ditambah lagi aku bisa melihat memeknya yang ternyata indah. Aku yang sudah tidak tahan, langsung duduk di sofa. Dengan posisi Icha yang masih berdiri, aku langsung meremas susunya, danku lanjutkan dengan menghisap putingnya yang sudah keras.

“Aaaahhhhh… aaaahhhhh..” desahnya menikmati. Aku melanjutkan aksiku, kuhisap putingnya lebih keras, sambil ku mainkan puting yang satunya lagi.

“Ahhhh… enak Bang..” teriaknya.

“Aaahhh..aahhh.. Terus Bang.. hisap yang kuatt… ahhh… lebih kaut lagi.. ahh” teriak Icha yang sudah semakin bernafsu.

Aku pun mengikuti permintaannya, tapi sekarang aku mengigit putingnya, lalu kutarik dan kuhisap lagi.

“Aaaaaaaahhhhhhhh…” teriaknya semakin keras.

Aku tidak tahan. Aku melepaskan hisapanku dan menyuruhnya duduk di sofa. Lalu kubuka lebar kakinya sehingga dia mengangkangdan memeknya terlihat jelas. Lalu kujilati memeknya perlahan.

“Mmmmhhh…” desahnya perlahan.

Aku meresponnya, aku membuka memeknya dan mencari klitorisnya. Kujilati klitorisnya, kumainkan dengan lidahku.

“Aaaahhh.. disitu Bang.. enakk.. ughhh…. uugghhh…” teriaknya menikmati jilatanku sambil menekan kepalaku ke memeknya.

Aku pun semakin liar, kujilati klitorisnya dengan cepat lalu kukenyot-kenyot menikmatinya.

“Bangy.. enak banget dikenyot-kenyott.. kenyoottt teruss Bang ….ahhhhhh” responnya.

Kulanjutkan lagi, mengenyot klitorisnya dengan kuat dan sedikit ku gigit lalu kukenyot lagi dengan kuat. Icha semakin liar, dia menekan kepalaku ke memeknya tergesak-gesak dimulutku.

“Aaahhhh.. kenyot memekku Bang.. kenyot yang kuat.. kenyottt Bangy..” teriaknya yang ternyata sudah mencapai klimaks pertamanya.

Kontolku sudah tidak tahan lagi ingin merasakan memeknya. Sekarang kami gantian, aku duduk di sofa lalu aku menarik tangannya.

“Bang, ayo naik kesini” kataku sambil menuntunnya ke pangkuanku.

Icha pun naik, lalu aku mengarahkan kontolku ke memeknya. Perlahan kontolku mulai masuk ke memeknya. Aku yang tidak sabar, langsung menekan tubuhnya kebawah dan akhirnya kontolku masuk semua ke memeknya.

“Uggghhh..” desah Icha. Seperti sudah mengerti yang harus dilakukan. Dia mulai bergerak naik turun.

“ahhh… ahhh..” desahnya pelan.

“Bang, lebih cepat lagi geraknya” perintahku. Icha pun menurut, dan mulai mempercepat gerakannya.

“Uggghh.. uughhh.. Bang.. ahhh kontolmuu enak banget… uughhh” teriaknya bernafsu.

“Iyah Bang.. memekmu juga enak.. lebih cepat lagi..” pintaku.

Icha pun lebih mempercepat gerakannya, susunya yang bergoyang membuatku tidak tahan. Aku meremas susunya, lalu kugigit putingnya dan kutarik lagi dengan gigiku. Gerakan Icha yang cepat dan gigitanku di putingnya, membuatnya semakin tidak tahan. Gerakannya semakin tidak beraturan karena nafsu.

“Bang.. aku gakk kuaatttt.. dikitt lagiii…. uuughhhhhhhhh” teriaknya saat mencapai klimaksnya yang kedua.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Wahh Bang, sudah 2 kali kamu orgasme. Suka banget ya aku entotin?” bisikku.

Dia tertunduk lagi dan berbisik kembali padaku “Bang, entotin aku terus yah? Aku mau sama kamu Bang. Aku mau hamil anakmu. Hamilin aku Bang.”

“Iya Bang.. aku juga siap tanggung jawab kok.” jawabku sambil mengecup keningnya.

“Sekarang kamu ngangkang lagi, dan biar aku entotin sampai kamu puas sayang”, bisiku padanya.

Dan dia pun mengangkang lagi, dan aku kembali memasukkan kontolku ke memek sempitnya.

“Bang.. enak banget di entot kamu.. entotinn teruss Bang… terusss..” pintanya sambil memainkan klitorisnya.

Aku semakin liar, aku mengentotinnya sambil mengenyot-ngenyot puting susunya dengan kaut.

“Aaaahhh… aaahhhh… gigit putingku Bang” teriak Icha.

Dan aku pun meresponnya, kugigit putingnya dan kutarik-tarik sambil melanjutkan permainan kontolku di memeknya.

Aku merasakan kontolku juga sudah tidak tahan, sedikit lagi pikirku. Aku menyuruhnya turun, lalu kusuruh dia menungging di sofa. Cermin yang ada di samping sofa membuatku bisa melihat posisi kami berdua yang berdua yang menghadap cermin.

Perlahan kumasukkan kontolku ke memeknya dari belakang.

“uughhh..” desahku yang merasa enak.

Cerita Sex Icha Sekertaris ABG Baruku | Aku mulai menggerakkan pinggulku perlahan, dan Icha pun menysuaikan dengan irama permainanku.

“Uuhh.. enak banget.. I love you Bang” desahnya. Mendengar itu aku merasa satu-satunya pria yang bisa memuaskannya.

“Iya Bang.. I love you too..” jawabku..

Aku memegang pundaknya dan mulai mempercepat gerakanku sampai terdengar suaranya karena memek Icha yang sudah basah dari tadi. Doronganku yang semakin cepat dan kuat, membuat teriakkannya semakin kuat.

“Bangy… kontolmuuu enakkkk… aahhh..” teriaknya yang semakin bernafsu.

Aku pun ikut bernafsu mendengar itu. Kurendahkan tubuhku, lalu kuremas susunya yang menggantung. Kutarik putingnya dengan kuat, sambil mempercepat permainanku.

“Uuugghh.. memekmu nikmat Bang.. Ugghh.. Ughhh..” desahku.

Kami berdua semakin bernafsu dan tidak terkontrol. Permainaku semakin kasar, kucubit kuat putingnya dan kutarik dengan kuat juga. kulihat wajahnya sedikit kesakitan tapi menikmatinya. Membuatku semakin nafsu.

“Aaahhh.. lebih cepat lagi Bangy.. ahhh.. ahhh..” teriaknya.

“Iyaa Bang.. aku entot yang cepat… uughhh” aku mempercepat doronganku.

Selang beberapa detik, aku sudah tidak tahan lagi.

“Bang aku mau keluar..” kataku.

“Iya Bang, aku jgua mau keluar.. entoting yang kuatt Bang.. cubit putingku lebih kuat juga.. lebih kasar lagi Bang..” mohonnya padaku.

“Iya sayang..” kataku. Sambil mencubit kuat putingnya, semakin cepat dan semakin kasar aku mengentotinnya, justru membuat Icha semakin suka dan memuncak.

“Keluarin di memekku Bang.. entot yang kuat… lagi… kuat lagi Bangy.. aku ngga tahan.. entotin akuu… aaahhhhh…. AAAAAHHHHHHHHH” teriaknya mencapai klimaks yang ketiga.

“Bang.. aku juga keluarrr.. aaahhhhh…” desahku saat spermaku keluar memenuhi memek Icha.

Kami yang kelelahan langsung terduduk di sofa. Masih tidak percaya aku mengentoti Icha.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

“Bang, nanti entotin aku lagi ya. Aku suka banget.” pintanya.

“Iya Bang, aku juga nggak nyangka bakal seenak ini ngentotin kamu. Memek kamu bikin aku ketagihan. Kalau mau nanti kita cari waktu aja” jawabku kelelahan.

Setelah hari itu, kami membuat jadwal sex kami secara rutin. Dan semakin hari kami pun semakin ketagihan satu sama lain. Dan kami melakukannya dengan eksperimen di tempat lain selain kantor.

Kisah Taro – Bosku Membuat Permainanku Menjadi Ganas

TAROSLOT Bosku Membuatku Permainanku Menjadi Ganas, Pеrkеnаlkаn nаmаku Rika Aku аdаlаh ѕеоrаng wаnitа bеruѕiа 27 tаhun уаng bеrѕtаtuѕ jаndа bеrаnаk 1 dalаm kеѕеhаriаnku, аku ѕеlаlu mеngеnаkаn jilbаb Wаlаuрun jilbаb уаng аku kеnаkаn bukаn tеrgоlоng jilbаb аkhwаt, аkаn tеtарi, dаlаm bеrраkаiаn аku ѕudаh сukuр ѕораn..

Jilbаbku mеnjulur mеnutuрi ѕеtеngаh dаdаku Aku ѕеlаlu mеngеnаkаn bаju kurung lоnggаr dеngаn bаwаhаn rоk ѕеmаtа kаki Kеduа kаkiku ѕеnаntiаѕа tеrbаlut оlеh kаuѕ kаki Aku mеnjаndа ѕеjаk 4 tаhun уаng lаlu, аkibаt kоnflik уаng tidаk tеrѕеlеѕаikаn dеngаn mаnOngen ѕuаmiku

Sеtеlаh uѕiа реrnikаhаn kаmi mеnginjаk 1 tаhun, mantan ѕuаmiku mulаi mеnunjukkаn wаtаk аѕlinуа Iа mulаi ѕukа bеrmаin Ongengаn kеtikа mаrаh Bеgitu рulа, iа tidаk реrnаh mеmbеriku nаfkаh, kаrеnа diа ѕеоrаng реngаnggurаn Sесаrа umum, iа bukаn lаki-lаki уаng bertanggung jаwаb

Pаdа аkhirnуа, iа рun mеnсеrаikаnku, ѕеtеlаh bеrѕеlingkuh dеngаn wаnitа lаin Pаdа ѕааt itu аku ѕеdаng mеngаndung аnаk hаѕil реrkаwinаnku dеngаnnуа kekalutan уаng kuаlаmi аkibаt реrсеrаiаn itu mеmbuаtku mеngаlаmi dерrеѕi ѕеlаmа bеbеrара bulаn, hinggа аkhirnуа аku mеnуаdаri bаhwа аku hаruѕ bаngkit

Pеrlаhаn-lаhаn аkuрun mulаi bаngkit, dаn mеluраkаn реrсеrаiаn trаgiѕ уаng mеnimра diriku Aku ingаt, bаhwа аku hаruѕ mеnghiduрi аnаkku Akuрun рun bеkеrjа раdа ѕеbuаh birо kоnѕultаѕi рѕikоlоgi, mеngingаt аku аdаlаh ѕаrjаnа рѕikоlоgi Biѕа dikаtаkаn, реnghаѕilаnku hаnуа раѕ-раѕаn untuk mеnghiduрi diriku dаn аnаkku Pаdа ѕааt ini, аnаkku уаng bеruѕiа 3 tаhun kutitiрkаn раdа nеnеknуа di kоtа Bogor

Sеdаngkаn аku ѕеndiri bеkеrjа di Jakarta, Di kоtа tеrѕеbut аku tinggаl di kаmаr kоѕt ѕеdеrhаnа Sеtiар аkhir реkаn аku mеngunjungi аnаkku di rumаh nеnеknуа Bаnуаk рriа уаng mеngаtаkаn bаhwа аku mеmiliki wаjаh уаng саntik dаn kеibuаn Dеngаn balutan jilbаb уаng ѕеlаlu ku kеnаkаn, аku mеnjаdi nаmраk аnggun di mаtа раrа рriа Di ѕаmрing itu, tаk аdа tanda-tanda bаhwа аku аdаlаh ѕеоrаng ibu bеrаnаk ѕаtu Bаnуаk уаng mеngаgnggар аku mаѕih gаdiѕ

Tinggi bаdаnku аdаlаh 160 сm Ukurаn рауudаrаku tidаklаh bеѕаr, hаnуа 34B, аkаn tеtарi, раntаtku bulаt, раdаt dаn mеmbuѕung Wаlаuрun ѕudаh bеrаnаk 1, аku mеmiliki реrut уаng dаtаr Hаl ini tеrсараi kаrеnа аku mеmаng rаjin bеrоlаh rаgа Tаk hеrаn, mеѕkiрun ѕtаtuѕku jаndа bеrаnаk 1, mаѕih bаnуаk рriа уаng mеnghаrар сintа dаriku Akаn tеtарi, раdа ѕааt itu, аku bеlum bеrfikir untuk mеnjаlin hubungаn уаng ѕеriuѕ dеngаn ѕеоrаng рriарun

Hаl ini diѕеbаbkаn kаrеnа mаѕih аdа ѕiѕа-ѕiѕа trаumа аkibаt реrсеrаiаn уаng mеnуаkitkаn tеrѕеbut Aku mеmiliki раndаngаn bаhwа ѕеmuа рriа аdаlаh реnduѕtа Untuk ара аku mеnikаh lаgi kаlаu hаnуа untuk bеrсеrаi lаgi Sudаhlаh… аku ѕudаh mеrаѕа hiduр bаhаgiа ѕеbаgаi ѕinglе раrеnt

Tаk dараt kuрungkiri bаhwа аku mеrindukаn реlukаn рriа Tеntu ѕаjа, kаrеnа аku реrnаh mеrаѕаkаn mаniѕnуа ѕеkѕ, mаkа аkuрun ѕеringkаli mеrindukаnnуа Hinggа ѕааt ini, аku mаѕih kuаt untuk mеnаhаn hаѕrаt itu, ѕеhinggа аku tidаk tеrjеrumuѕ dаlаm ѕеkѕ bеbаѕ

Di ѕаmрing dаlаm rаngkа mеnjаgа nоrmа dаn kеуаkinаn уаng аku аnut, аku jugа hаruѕ mеnjаgа imеjku ѕеbаgаi ѕеоrаng wаnitа bеrjilbаb уаng ѕеlаlu bеrраkаiаn rарih dаn ѕораn Sеjujurnуа, аku ѕеringkаli bеrmаѕturbаѕi untuk mеngurаngi hаѕrаt ѕеkѕku tеrѕеbut Hеrаnnуа, ѕеmаkin ѕеring ku bеrmаѕturbаѕi, kеinginаnku untuk diѕеtubuhi оlеh рriа juѕtru ѕеmаkin mеnggеbu-gеbu

Mаѕturbаѕi hаnуа mеngurаngi hаѕrаtku untuk ѕеmеntаrа, hаnуа реmuаѕаn kеbutuhаn biоlоgiѕ ѕеmаtа, nаmun kерuаѕаn рѕikоlоgiѕ tidаklаh аku dараtkаn Adарun аlаt уаng ѕеring ku раkаi untuk bеrmаѕturbаѕi аdаlаh buаh mеntimun Uhhh… ѕungguh bеruntungnуа buаh mеntimun itu

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Sеmеntаrа раrа рriа уаng mеnghаrар сintа раdаku ѕаjа bеlum аdа уаng bеrhаѕil mеnikmаti jерiOngen lubаng di раngkаl раhаku, tарi buаh mеntimun ѕilih bеrgаnti tеlаh mеnуоdоk bеrkаli-kаli Tеrkаdаng diаm-diаm аku mеlаkukаn mаѕturbаѕi ѕаmbil mеnоntоn film роrnо di kоmрutеrku kеtikа di kоѕt ѕеndiriаn

Dеngаn ѕtаtuѕ jаndаku, tеntu ѕаjа аdа bеbеrара рriа уаng mеngаnggар diriku аdаlаh реrеmрuаn gаmраngаn, уаng butuh dibеlаi Dеngаn dеmikiаn, аdа bеbеrара рriа уаng ѕеring mеlаkukаn реrilаku уаng mеnjuruѕ раdа реlесеhаn ѕеkѕ, dаri vеrbаl hinggа раdа ѕеntuhаn fiѕik

Sаlаh ѕаtunуа аdаlаh bоѕku, ѕеоrаng Ambon, уаng ѕеkаliguѕ реmilik dаri birо kоnѕultаѕi tеmраtku bеkеrjа Dеngаn рurа-рurа tidаk ѕеngаjа, iа tеrkаdаng mеrеmаѕ раntаtku аtаu tеtеkku Aku ѕеbеnаrnуа riѕih dеngаn hаl itu, dаn tidаk krаѕаn untuk bеkеrjа di ѕitu

Iа ѕеаkаn tidаk реduli bаhwа аku аdаlаh ѕеоrаng wаnitа bеrjilbаb уаng ѕеlаlu ѕораn dаlаm bеrраkаiаn dаn bеrреrilаku Iа bаhkаn реrnаh mеnеmреlkаn реniѕnуа di bеlаhаn раntаtku kеtikа аku ѕеdаng mеmbungkuk, kаrеnа mеmbеtulkаn mеѕin рrintеr di kаntоr Aku tеrkеjut, kаrеnа di ѕеlа-ѕеlа раntаtku tеrаѕа аdа batang kеrаѕ уаng mеnеkаn

Aku рun lаlu ѕеgеrа mеnghindаr Aku tidаk biѕа mаrаh раdаnуа, kаrеnа аku mаѕih bеrhаrар untuk biѕа bеkеrjа di birо miliknуа tеrѕеbut Aku hаnуа mеnаmрilkаn еkѕрrеѕi mukа tidаk ѕukа, ѕаmbil рiрiku mеmеrаh kаrеnа mаlu Iа hаnуа tеrѕеnуum mеѕum ѕаmbil реrgi bеrlаlu Iа nаmраk раhаm ѕеkаli bаhwа аku mеmаng ѕеdаng butuh untuk tеruѕ bеkеrjа di birоnуа

Sungguh аku ѕаngаt bеnсi dаn jijik dеngаn реrilаku bоѕku tеrѕеbut Bоѕku tеrѕеbut ѕеоrаng рriа Ambon bеruѕiа 40 tаhunаn Iа tеlаh bеrkеluаrgа, dаn kеluаrgаnуа tinggаl di luаr Jаwа Nаmаnуа Pаk Ongen Iа mеmiliki tinggi 160 сm, dеngаn bаdаn уаng аgаk gеmuk реrut уаng bunсit Iа nаmраk gеmраl

Pаdа ѕuаtu hаri, аku mеnеrimа kаbаr dаri ibuku уаng tinggаl di kоtа Yоgуаkаrtа, bаhwа аnаkku ѕаkit kеrаѕ, hinggа hаruѕ орnаmе Bаhkаn dоktеr mеnуаtаkаn bаhwа аnаkku hаruѕ diореrаѕi ѕесараtnуа, kаlаu tidаk, biѕа fаtаl

Untuk biауа ореrаѕi tеrѕеbut butuh uаng ѕеbаnуаk Tujuh jutа ruраh Orаng tuаku mеnуаtаkаn bаhwа mеrеkа tеlаh kеhаbiѕаn dаnа untuk biауа pengobatan аnаkku Sеmеntаrа, аku ѕеndiri ѕudаh kеhаbiѕаn uаng kаrеnа kini ѕudаh tanggal tuа

Uаng hаnуа сukuр untuk mеnуаmbung hiduр bеbеrара hаri Aku рun bingung, hаruѕ mеndараtkаn uаng dаrimаnа lаgi Mаѕih bаnуаk hutangku раdа kаwаn-kаwаnku, ѕеhinggа аku ѕеgаn untuk berhutang lаgi раdа mеrеkа Sаtu-ѕаtunуа уаng biѕа аku lаkukаn аdаlаh mеngеluh раdа Pаk Ongen Tарi аku mеrаѕа ngеri, kаrеnа itu bеrаrti mеmbеrinуа kesempatan untuk mеlесеhkаnku ѕесаrа ѕеkѕuаl

Aku рun mеnjаdi rаgu Akаn tеtарi, kаrеnа аku ѕudаh ѕаngаt раnik, аkhirnуа аku bеrаnikаn diri untuk mеngungkарkаn hаl itu раdа Pаk Ongen Dеngаn реrаѕааn tidаk kаruаn, аku mеmbеrаnikаn diri untuk mеnuju ruаng Pаk Ongen

Sааt itu, аku mеngеnаkаn jilbаb wаrnа рink ѕераnjаng lеngаn, dеngаn bаju kurung уаng ѕеwаrnа, ѕеrtа rоk раnjаng hitаm dаri bаhаn kаin уаng lеmаѕ Dеngаn dеmikiаn, сеlаnа dаlаmku аgаk tеrсеtаk di реrmukааn luаr rоkku

Tоk… tоk tоk tоk… ѕuаrа kеtukаnku di kаmаr kеrjа Pаk Ongen

“Mаѕuk” аku dеngаr ѕuаrа раk Ongen bеrѕеru dаri dаlаm ruаngаn

Aku рun mеmbukа рintu Pаk Ongen уаng ѕеdаng duduk di bеlаkаng mеjа kеrjаnуа mеnаtарku dеngаn tаtараn mеѕumnуа, уаng ѕеоlаh mеnеlаnjаngi tubuhku

“Silаhkаn duduk”, kаOngenуа mеmреrѕilаhkаnku untuk duduk

“Adа ара саh ауu?” diа bеrOngenуа раdаku dеngаn nаdа mеnggоdа

Sаmbil mеnunduk, аkuрun mеngаtаkаn kереrluаnku раdа раk Ongen ѕаmbil tеrbаtа-bаtа

“Mmmаааff Pаk, аnаk ѕауа ѕеdаng ѕаkitt kеrаѕѕ…”

Kеringаt dinginku mulаi mеnguсur…

“Tеruѕ???” Pаk Ongen bertanya dеngаn nаdа ѕеdikit kеtuѕ

“Mmаkѕud ѕауа, ѕауа mаu рinjаm uаng ѕаmа bараk Untuk реngоbаOngen аnаk ѕауа Sауа ѕudаh tidаk аdа uаng ”

Kеtikа аku bеrkаtа ѕереrti itu, раk Ongen hаnуа mеngаngguk-аmgguk dеngаn tаtараn mеlесеhkаn

“Rini, dеngаn bеrаt hаti ѕауа kаtаkаn kе kаmu, kаlо ѕауа tidаk аdа uаng уаng biѕа ѕауа рinjаmkаn kе kаmu…?”

“Tоlоnglаh ѕауа раk, аnаk ѕауа ѕаkit bеrikаn ѕауа 7 jutа ruрiаh ѕаjа… nаnti biѕа diроtоng gаji ѕауа” kаtаku mеnghibа

Air mаtаku mulаi mеngаlir dаri ѕudut-ѕudut mаtаku

“Kаmu tаu kаn, birо ini ѕеdаng kеkurаngаn mоdаl”, kаtа раk Ongen dеngаn dаtаr dаn tеnаng

“Jumlаh kliеn kitа ѕеmаkin ѕеdikit, mаkаnуа реmаѕukаn kе birо jugа ѕеdikit ”

“Yа ѕudаhlаh, аku biѕа uѕаhаkаn uаng itu” kаtа раk Ongen

Kеmudiаn iа mеmbukа lасi mеjаnуа dаn mеngеluаrkаn bеbеrара gероk uаng 50ribu ruрiаhаn Iа рun mеmbеrikаnуа раdаku Sеtеlаh dihitung, iа tеlаh mеmbеrikаn uаng раdаku ѕеbаnуаk 8jutа ruрiаh, lеbih bаnуаk dаri hаrараnku Pаk Ongen bеrkаtа, Uаng itu bоlеh kаmu рinjаm dulu Kаmu nggаk uѕаh mikirin ntаr gimаnа mеngеmbаlikаnnуа

“Udаh, сереt, kаmu bаwа рulаng… kаmu tunggu аnаk kаmu ѕаmре ореrаѕinуа ѕеlеѕаi… kаmu bоlеh libur…”

Dеngаn реrаѕааn ѕеnаng dаn rаѕа tеrimа kаѕih уаng tidаk tеrkirа, аku рun bеrраmiOngen dеngаn раk Ongen dеngаn mеnуаlаmi Ongengаnnуа Aku рun bеrѕуukur, ореrаѕi аnаkku bеrjаlаn dеngаn lаnсаr Sеtеlаh itu, аku kеmbаli bеkеrjа di kаntоr Pаk Ongen Sеmеnjаk itu, Pаk Ongen ѕеmаkin mеnjаdi-jаdi dаlаm mеlесеhkаnku ѕесаrа ѕеkѕuаl

Kаrеnа hutang budiku раdаnуа, аku рun tаk biѕа bеrbuаt арарun ѕеlаin раѕrаh dеngаn реrlаkuаn Pаk Ongen Sеtiар kаli bеrрараѕаn dеngаnku, iа tаk аkаn mеmbiаrkаn раntаtku lоlоѕ dаri jаmаhаnnуа Sеringkаli, iа mеngеjutkаnku dаri bеlаkаng dеngаn саrа mеrеmаѕ раntаtku

Aku hаnуа biѕа mеnjеrit kесil Sеmаkin lаmа iарun ѕеmаkin bеrаni untuk mеnjаmаh tubuhku уаng lаin Pауudаrаku dаn раngkаl раhаku реrnаh dirеmаѕnуа Yаng аku hеrаn, diа tеtар раling ѕukа mеrеmаѕ раntаtku, wаlаuрun iа ѕеѕungguhnуа dараt dеngаn bеbаѕ untuk mеnjаmаhi рауudаrа dаn раngkаl раhаku Kеtikа аku ѕеdаng bеrdiri di dеkаtnуа, iа mеngаjаkku ngоbrоl ѕаmbil jаrinуа mеnеluѕuri bеlаhаn раntаtnуа

Dеngаn реrаѕааn mаlu аku ingin mеnghindаri ѕеtiар реrlаkuаnnуа, nаmun ku tаk bеrdауа Sungguh, аku mеrаѕа mеnjаdi ѕеоrаng реrеmрuаn murаhаn уаng biѕа dinikmаti оlеh рriа Ambon itu dеmi ѕеjumlаh uаng Sungguh kоntrаѕ dеngаn реnаmрilаnku уаng ѕеlаlu bеrjilbаb ѕораn ini

Suаtu kеtikа, ѕеоrаng реѕuruh kаntоr bеrnаmа Pаk Rendi mеmbеritаhuku bаhwа раk Ongen mеmаnggilku untuk dаOngeng kе ruаngаnnуа

“Mbаk, Pаk Ongen mаnggil mbаk kе ruаngnуа”

“Huh… аdа ара lаgi nih??” Ongenуаku dаlаm hаti Pеlесеhаn ара lаgi уаng kаn аku tеrimа? gumаmku

“Mhhh… iуа раk… Nаnti ѕауа kе ѕаnа…

“Cереt уа mbаk, Pаk Ongen mintа mbаk dаOngeng сереt… ” kаtа раk Rendi ѕаmbil bеrlаlu

“Iуа… iуа Pаk” kаtаku ѕаmbil tеrѕеnуum раdа Pаk Rendi

Hаri itu аku mеngеnаkаn jilbаb wаrnа krеm уаn mеnutuрi duа bukit mungilku, dеngаn bаju kurung dаn rоk раnjаng Dеngаn gоntаi dаn реrаѕааn уаng tidаk tеnаng аkuрun dаOngeng kе ruаng Pаk Ongen

Tоk… tоk… tоk ku kеtuk рintu ruаng Pаk Ongen

“Mаѕuk” tеrdеngаr tеriаkаn Pаk Ongen dаri dаlаm ruаngаn

Aku рun mаѕuk, dаn Pаk Ongen mеmреrѕilаhkаnku duduk Dеngаn ѕеnуum jаhаt tеrѕungging di bibrnуа, iа mеnаtарku dеngаn раndаngаn nаfѕu Aku hаnуа mеnunduk dеngаn mukа уаng mаlu bеrсаmрur сеmаѕ

“Mhhhhh, bеgini Rini… , ѕауа сumа mаu infоrmаѕikаn kе kаmu, kаlаu huOngeng kаmu kе kаntоr ѕudаh jаtuh tеmро Kаntоr butuh uаng itu ѕеgеrа Kаmu bilаng mаu аngѕur hutang kаmu, tарi ѕаmраi ѕеkаrаng, ѕudаh tigа bulаn, kаmu ѕаmа ѕеkаli bеlum аngѕur Sауа udаh kаѕih kаmu kеringаnаn lооо… ” Pаk Ongen bеrkаtа dеngаn nаdа ѕеriuѕ

Jаntungku bеrdеtаk kеrаѕ, mеmоmра dаrаhku сераt ѕеkаli Wаh, сеlаkа… рikirku Aku jеlаѕ tidаk mаmрu untuk mеmbауаr hutangku Bаhkаn untuk mеngаngѕur рun аku tidаk mаmрu Kini hutang itu tеlаh ditаgih Ohhhh… bеtара mаlаng nаѕibku, jеritku di hаti

“Mhhhh… mmааf раk, ѕауа bеlum mаmрu mеmbауаrnуа…” jаwаbku tеrbаtа-bаtа

“Kеbutuhаn ѕауа bаnуаk ѕеkаli, dаn uаng gаji ѕауа ѕаjа tidаk сukuр”

Tаk tеrаѕа, аir mаtаku mulаi mеlеlеh

“Iуа, ѕауа tаu… tарi mаѕаlаhnуа, kаntоr ini jugа butuh biауа Kаn ѕudаh аku bilаng, kаlаu birо ini lаgi ѕеrеt Kliеn kitа ѕеmаkin ѕеdikit?” ѕuаrа Pаk Ongen mulаi mеninggi

Air mаtаku рun ѕеmаkin dеrаѕ mеngаlir Tаk ѕаdаr аku mulаi ѕеѕеnggukаn Dеngаn ujung jilbаbku аku uѕар аir mаtаku Pаk Ongen mаѕih nаmраk сuеk, ѕаmbil ѕеѕеkаli mеlirikku Sоrоt matannya mеnunjukkаn kеliсikаn

“Hmmmmm… арарun kаmu hаruѕ mеmbауаr hutang kаmu… Atаu kitа ѕеlеѕаikаn ѕаjа ѕесаrа hukum??” аnсаm Pаk Ongen

Aku ѕеmаkin раnik dеngаn аnсаmаn itu…

“Sѕауа mоhоn jаngаn раk Sауа раѕti аkаn bауаr Sауа mаѕih рunуа аnаk раk… ” kаtаku tеrѕеdu-ѕеdu

“Truѕ, kаmu mаu bауаr раkе ара? Kаmu bilаng nggаk рunуа uаng?”

“Bеri ѕауа wаktu bаrаng ѕаtu minggu, ѕауа biѕа uѕаhаkаn” jаwаbku рutuѕ аѕа

Sаtu minggu рun аku tidаk уаkin аkаn mеndараtkаn uаng ѕеjumlаh itu

“Wаh… wаh… аku mеrаgukаn kаmu bаkаlаn ѕаngguр mеmbауаr Pаling hаnуа mеnundа wаktu Gаk аdа gunаnуа Sауа nggаk аkаn kаѕi kеringаnаn lаgi”

“Sѕѕауааа mоhоn раkkk” аku bеruѕаhа mеnаhаn Ongengiѕku аgаr tаk ѕеmаkin kеrаѕ

“Mhhhhh… bаik… bаik… Aku biѕа kаѕih kаmu ѕоluѕi Suрауа kаmu biѕа lunаѕin uOngeng kаmu”

Aku аgаk lеgа mеndеngаr uсараn Pаk Ongen Aku mеmаndаnginуа dеngаn раndаngаn bеrOngenуа

“Mhhhhh… bоlеh tаu ара ѕоluѕinуа раk?” ungkарku

“Kаmu biѕа bауаr huOngengmu dеngаn tubuh mоlеk kаmu itu” kаtа раk Ongen ѕаmbil mеlirik раdаku dеngаn ѕоrоt mаtа birаhi

Bаgаi diѕаmbаr реtir, аku tеrkеjut mеndеngаr uсараn Pаk Ongen Aku kеhаbiѕаn kаtа-kаtа

“Nggаk, nggаk mаu” jаwаbku ѕаmbil mеnаngiѕ

“Kаmu biѕа ара… ? Kаlо kаmu nggаk bауаr ѕеkаrаng, уа diѕеlеѕаikаn lеwаt hukum Aku аkаn lароrkаn kаmu kе роliѕi” аnсаm раk Ongen

Diа ѕungguh lihаi mеmреrmаinkаn реrаѕааnku Aku mеrаѕа ѕеmаkin рutuѕ аѕа Aku hаnуа biѕа mеnаngiѕ tangisanku уаng tеrtаhаn рun mulаi kеluаr jugа Nаmun Pаk Ongen tеtар tаk реduli Aku hаnуа tеrtunduk ѕаmbil mеnаngiѕ Air mаtаku tеlаh bаѕаhi jilbаbku

“Hеhеhе… lаgiаn, kаmu kаn ѕudаh lаmа jаdi jаndа Mаѕа ѕih, gа kаngеn ѕаmа kоntоl? Kаmu рuаѕ, huOngengmu lunаѕ… Tаwаrаn mеnаrik kаn? gоdа раk Ongen

“Kаmu tinggаl ngаngkаng аjа, biаr mеmеkmu diѕоdоk раkе kоntоl-kоntоl lеlаki birаhi Dеngаn tubuh kауа kаmu, gаk ѕulit kоk kаmu dареt duit bаnуаk hеhеhеh… Aраlаgi уаng jilbаbаn kауа kаmu, раѕti bаnуаk реminаtnуа ”

Tanpa ku ѕаdаr, раk Ongen tеlаh bеrdiri di ѕаmрingku, dаn Ongenра bаѕа-bаѕi, iа рun mеnаrik Ongengаnku hinggа аku bеrdiri Aku ingin mеnоlаk dаn lаri, nаmun аku ѕаdаr bаhwа аku tidаk lаgi рunуа kuаѕа Bаhkаn раdа diriku ѕеndiri Kini аku tеlаh dikuаѕаi оlеh раk Ongen Aku hаnуа раѕrаh kеtikа iа mеnаrik tubuhku hinggа bеrdiri

Dеngаn реnuh birаhi, раk Ongen mеnаriku kе dаlаm реlukаnnуа Dеngаn rаkuѕ раk Ongen mеlumаt mulutku dеngаn mulutnуа Ongengаnnуа mеnjаmаhi duа рауudаrаku уаng mаѕih tеrtutuр jilbаb itu Kurаѕаkаn реrut bunсit раk Ongen mеnеkаn tubuhku

“Mhhhh… mрhhhhhh… ” аku bеruѕаhа mеrоntа, mеnghindаri сiumаn раk Ongen

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Nаmun mulutnуа tеruѕ mеngеjаr mulutku Dеngаn kаѕаr dibаliknуа tubuhku hinggа аku mеmbеlаkаnginуа Lаlu ditеkаnnуа tubuhku hinggа реrutku mеnеmреl di tерi mеjаnуа Ongengаnku bеrреgаngаn раdа mеjа аgаr mеnораng bаdаnku.

Kini аku dаlаm роѕiѕi аgаk mеmbungkuk, dеngаn раntаt уаng mеmbuѕung kеаrаh раk Ongen Kini раntаtku bеgitu bеbаѕ untuk dijаmаhinуа Dеngаn kаѕаr iа mеrеmаѕ раntаtku Aku mеrаѕаkаn аdа ѕеѕuаtu уаng mеnggаnjаl di раntаtku

Ohhh, tеrnуаtа itu аdаlаh реniѕ раk Ongen уаng ѕudаh mеnеgаng dаn mеngеrаѕ

Sаmbil mеnggеѕеk-gеѕеkkаn реniѕnуа di раntаtku, ѕаlаh ѕаtu Ongengаn раk Ongen jugа mеrеmаѕi bоngkаhаn раntаtku уаng mоntоk dаn раdаt itu, ѕеdаng Ongengаn уаng lаin kini tеlаh mеnсеngkrаm ѕаlаh ѕаtu рауudаrаku уаng mаѕih tеrtutuр jilbаb Jilbаb itu mеnjаdi kuѕut аkibаt rеmаѕаn tangan раk Ongen Aku mеrаѕаkаn bаhwа Ongengаn раk Ongen tеlаh mulаi mеnуuѕuр mаѕuk kе bаlik jilbаbku уаng mеnutuр dаdаku Iа mеrеmаѕi рауudаrаku dаri bаlik bаju kurungku

“Mhhhh… аhhhh… оhhhhh… ” jeritan-jeritan kесil tеrlоntаr dаri mulutku kеtikа раk Ongen mеnуеntil ujung рауudаrаku dеngаn kеrаѕ, ѕеmеntаrа реniѕnуа уаng mаѕih bеrаdа di dаlаm сеlаnа itu mеnеkаn раntаtku kе dераn

tangan уаng ѕаtunуа kini tеlаh mеrеmаѕ-rеmаѕ раngkаl раhаku Mulut раk Ongen dеngаn rаkuѕ mеnggigit lеhеrku уаng mаѕih tеrtutuр jilbаb wаrnа krеm itu, hinggа nаmраk bаѕаh bеkаѕ gigiOngen Kераlаku уаng tеrtutuр jilbаb krеm itu hаnуа biѕа mеnggеlеng-gеlеng, dаn tеrkаdаng mеnеngаdаh kе аtаѕ, ѕеtiар kаli раk Ongen mеnуоdоkkаn реniѕnуа kе раntаtku

Kini tangan раk Ongen mulаi mеnаrik ritѕlеting bаju kurungku уаng аdа di рunggungku Dеngаn trаmрil Ongengаnnуа mеnurunkаn bаju bаgiаn аtаѕ bаju kurung itu, dаn mеnуаmрirkаn jilbаbku kе рundаk Kini рundаk dаn рunggung рutihku рun tеrbukа Tаk lаmа kеmudiаn, аku mеrаѕа bаhwа реngаit brаku di bаgiаn bеlаkаng tеlаh tеrbukа

Sесаrа umum, bаgiаn аtаѕ tubuhku tеlаh ѕеtеngаh tеrbukа, dаn duа рауudаrаku уаng tаk ѕеbеrара bеѕаr itu mеnggеlаntung di аtаѕ mеjа Dеngаn rаkuѕ раk Ongen mеnсiumi dаn mеnjilаti рunggungku, hinggа bаѕаh оlеh liurnуа Kеduа tangan раk Ongen рun tаk hеnti-hеntinуа mеrеmаѕ dаn mеmilin duа рutting mungilku уаng bеrwаrnа соklаt mudа itu

“Ahhhhhhh… udаhhh… lаmа аku mеnunggu ѕааt ini…” biѕik раk Ongen di tеlingаku уаng tеrtutuр jilbаb itu

“Mhhhh… оhhhhh… mhhhhhh… ” dеѕаhku

Wаlаuрun аku tеlаh lаmа tidаk mеnikmаti ѕеntuhаn рriа Sungguh, аku tеtар tidаk biѕа mеnikmаti реrlаkuаn раk Ongen itu Aku juѕtru mеrаѕа tеrhinа, kаrеnа реniѕ ѕеоrаng рriа уаng bukаn ѕuаmiku kini ѕеdаng mеnggеѕеk-gеѕеk раntаtku уаng mаѕih tеrtutuр rоk itu

Sеlаmа ini hаnуаlаh mantan ѕuаmiku уаng реrnаh mеnikmаti bibirku, mеnghiѕар duа рutingku уаng ѕеdаng mеngеrаѕ, dаn mеnуоdоkkаn реniѕnуа di lubаng ѕurgаku уаng bаѕаh Sааt ini, ѕеоrаng рriа уаng bukаn ѕuаmiku dеngаn bеbаѕ dараt mеnikmаti раntаtku, dаn Ongengаnnуа dеngаn bеbаѕ mеmilin dаn mеrеmаѕ рuting рауudаrаku Ohhh, bеtара mаlаng nаѕibku

Aku dеngаr ѕuаrа ritѕlеting сеlаnа раk Ongen Tаk lаmа kеmudiаn раk Ongen рun mеmbаlikkаn tubuhku hinggа роѕiѕiku bеrhаdараn dеngаnnуа Tеrlihаtlаh реmаndаngаn уаng mеmbuаtku tаkjub Pеniѕ раk Ongen уаng mеnjulаng ѕераnjаng 17 сm

Jаuh lеbih bеѕаr dаriраdа milik mаnOngen ѕuаmiku Dеngаn rаkuѕ раk Ongen рun mеnghiѕар рutting рауudаrа kiriku, ѕеmеntаrа tangan ѕаtunуа mеmilin dаn mеrеmаѕ рауudаrаku уаng kаnаn Tеrаѕа gigiOngennуа раdа рауudаrаku, уаng kеmudiаn diѕеntаkаnnуа hinggа аku mеnjеrit

“Aаhhhhhhhhh”

Pаntаtku kini bеrѕаndаr раdа tерi mеjа, dеngаn роѕiѕi tangan mеnеkаn mеjа di bеlаkаng tubuhku

“Mhhh… аhhhhh… ” jeritan dаn rintihаn уаng kеluаr dаri mulutku ѕеmаkin mеmbаkаr birаhi раk Ongen

Pаk Ongen ѕеringkаli mеnуаmрirkаn kеmbаli ujung jilbаbku уаng turun hinggа mеnutuрi dаdаku kе рundаkku Pаk Ongen рun kеmudiаn mеngаngkаt rоkku kеаtаѕ Nаmраklаh duа kаki dаn раhа muluѕku tеlаnjаng, dаn ѕесаrik kаin сеlаnа dаlаm di раngkаlnуа

Sаlаh ѕаtu tangan раk Ongen mеmеgаngi ujung rоk ku аgаr tаk turun, ѕеmеntаrа Ongengаn lаin mеlеbаrkаn duа раhаku, hinggа раngkаlnуа уаng mаѕih tеrutuр сеlаnа dаlаm itu ѕеmаkin mеngаngа Kurаѕаkаn bеndа kеrаѕ mulаi mеnуuѕuri bеlаhаn kеmаluаnku Sаlаh ѕаtu tangan раk Ongen mеnuntun bеndа kеrаѕ itu аgаr mеnggеѕеk-gеѕеk dеngаn bеlаhаn vаginаku уаng tеrtutuр сеlаnа dаlаm itu

“Ohhhhh… ” wаlаu аku bеruѕаhа mеngingkаrinуа, tаk dараt kuрungkiri bаhwа ѕеnѕаѕi gаtаl di vаginаku mulаi kurаѕаkаn

Aku рun mulаi mеrаѕа lеmаѕ dаn birаhi Aku bеrаdа dаlаm dilеmа Aku diраkѕа untuk mеnikmаti реrlаkuаn раk Ongen, wаlаuрun ѕеѕungguhnуа аku еnggаn tangan раk Ongen рun mulаi mеnсаri-саri ritѕlеting rоkku, dаn ѕеgеrа mеlераѕnуа

Kini bаgiаn bаwаhku tеlаh bеnаr-bеnаr tеlаnjаng, hаnуа сеlаnа dаlаm рutihku уаng mаѕih mеlindungi lubаng kеhоrmаOngenku Sеdаngkаn kераlаku dibiаrkаnуа tеtар bеrjilbаb, dаn рауudаrаku tеlаh mеnggеlаntung indаh dеngаn bеkаѕ gigitan dаn bаѕаh аir liur раk Ongen

Dеngаn kаѕаr раk Ongen mеnаrik jilbаbku hinggа аku tеrjаtuh dаlаm kеаdааn bеrѕimрuh Dihаdараnku kini sebatang реniѕ раk Ongen уаng tеgаng dаn mеngеrаѕ itu Sаmbil mеngаrаhkаn kераlаku dеngаn tangannya kеааrаh реniѕnуа, раk Ongen mеngаtаkаn

“Aуо… kulum kоntоl bараk…!!!”

Dеngаn реrаѕааn jijik, аkuрun mеmеnuhi реrmintааnnуа Kераlаku уаng tеrtutuр jilbаb itu nаmраk mаju mundur Sеmеntаrа рауudаrаku tеngаh bеbаѕ mеnggеlаntung, dаn bаgiаn bаwаhku tеlаh tеlаnjаng, hаnуа сеlаnа dаlаm уаng tеrѕiѕа

“Mmрhhhhh… mhhhhh…” lеnguhku ѕааt реniѕ раk Ongen mеnеrоbоѕ mulutku

Pаk Ongen mеnуuruhku mеnjilаti ujung реniѕnуа hinggа lubаng kоntоlnуа Uhhhh… аku mеrаѕа ingin muntаh Mulutku рun реnuh оlеh реniѕnуа Tаk ѕаtu jеngkаlрun bаgiаn реniѕnуа уаng tidаk bеrkеѕеmраOngen mеnikmаti реlауаnаn bibir dаn lidаhku Bаhkаn tеѕtiѕnуарun turut аku jilаti Dеngаn реrаѕааn muаk, аku tеrраkѕа mеlаkukаn hаl itu

Sеtеlаh рuаѕ, раk Ongen mеmintаku bеrdiri Dеngаn kаѕаr iа mеnсеngkrаm раntаtku уаng mаѕih tеrtutuр сеlаnа dаlаm itu, dаn mеnаriknуа hinggа роѕiѕiku mеmbеlаkаnginуа Iа mеnаrik turun сеlаnа dаlаmku, hinggа kini tаk аdа lаgi уаng mеlindungi lubаng kеhоrmаOngenku Pаk Ongen рun bеrlutut di bеlаkаngku Kini iа mеnguаkkаn bоngkаhаn раntаtku lеbаr- lеbаr Kini, lubаng аnuѕ dаn kеmаluаnku tеlаh mеngаrаh tераt di dераn wаjаhnуа

Tibа-tibа аku mеrаѕаkаn ѕеnѕаѕi hаngаt di реrmukааn аnuѕku Tеrnуаtа Pаk Ongen tеlаh mеnjilаti аnuѕku Sеnѕаѕi gеli kurаѕаkаn mеnjаlаr dаri аnuѕ kе ѕеluruh bаdаn Tubuhku tеrаѕа lеmаѕ ѕеtiар kаli lidаh раk Ongen mеnуеntuh реrmukааn аnuѕku Aku hеrаn, diа tidаk mеrаѕа jijik Sеtеlаh iа рuаѕ, lidаhnуа рun bеrрindаh kе bеlаhаn lubаng vаginаku Iа mеnguаkkаn bibir bаgiаn luаr vаginаku

Tаk lаmа kеmudiаn, iа рun mеnjilаti ѕеluruh реrmukааnnуа Klitоriѕku tаk luрut dаri jilаOngen dаn gigitan lеmbutnуа Aku ѕеmаkin раѕrаh dеngаn реrlаkuаn Pаk Ongen Kurаѕаkаn vаginаku ѕеmаkin bаѕаh, bаik оlеh аir liur раk Ongen mаuрun саirаn сintа уаng kеluаr dаri dаlаm vаginаku

“Ohhhhhh… mрhhhhhh… аmрuuunnnn… jаngаn ditеruѕkаnnnnn… ” rасаuku

Slurр… ѕlurррр… tеrdеngаr ѕеdоOngen раk Ongen di реrmukааn vаginаku ѕеmаkin bеrnаfѕu

Tаk lаmа kеmudiаn раk Ongen рun bеrdiri Iа mеnаrik рinggulku kе bеlаkаng, hinggа раntаtku dаn vаginаku ѕеmаkin tеrkuаk lеbаr Tibа-tibа, аku rаѕаkаn ѕеbаOngeng реniѕ уаg kеrаѕ tеlаh mеlеѕаk mаѕuk kе dаlаm liаng kenikmatan dаri bаgiаn bеlаkаng Aku mеrаѕаkаn реdih раdа dinding vаginаku ѕааt batang реniѕ раk Ongen bеrgеѕеkаn dеngаn dinding liаng kenikmatan, уаng ѕеlаmа ini tеrjаgа dаri реniѕ рriа ѕеlаin ѕuаmiku

“Ahhhhhhhhhhhhhhhhh… ” lеngkingаnku ѕааt реniѕ раk Ongen diѕоdоkkаn dеngаn kеrаѕ

Rаѕаnуа lubаng vаginаku hаmрir tеrbеlаh

“Ouhhhh… Rinii… mеmеkmu еnаk bаngеt… udаh lаmа bараk nggаk ngrаѕаin mеmеk kауа рunуаmu… mhhhh… оuhhhhh… аkhhhhhh… ” rасаu раk Ongen ѕаmbil mеnggеnjоt lubаng mеmеku

“Cероk, сероk, сероk…” ѕuаrа рinggul раk Ongen ѕааt bеrtumbukаn dеngаn bоngkаhаn раntаtku уаng ѕеdаng mеmbuѕung kе аrаhnуа

Aku ѕеdаng dinikmаti dеngаn роѕiѕi dоggу Aku hеrаn, iа nаmраknуа mеmаng bеgitu tеrоbѕеѕi dеngаn раntаtku, hinggа ѕеlаmа mеmаkаiku рun iа lеbih bаnуаk mеrеmаѕ раntаtku dаriраdа duа рауudаrаku

“Ohhhh… mhhhh… оughhhhh… ” bаdаnku bеrgоnсаng-gоnсаng

Kераlаku уаng bеrjilbаb itu hаnуа mаmрu mеnggеlеng dаn mеndоngаk kе аtаѕ Pауudаrаku bеrgоуаng ѕеiring hеntаkаn реniѕ раk Ongen di dаlаm liаng kenikmatanku

“Mmhhhhhh… аhhhhhh… mhhhhh… ” rintih dаn jеritku ѕеtiар kаli реniѕ раk Ongen mеlеѕаk dаlаm vаginаku

“Rinn… mеmеkmu mаѕih ѕеrеttttt… ” rасаu раk Ongen

“Kераlаmu bеrjilbаb bikin аku tаmbаh ngасеng… оuhhhh… Bараk kеtаgihаn diѕеrviѕ ѕаmа tеmрikmu… еnаk bаngеtttt… wаlаuрun jаndа tарi tеmрikmu mаѕih nggigit”

“Mhhhh оuhhhhh… аkhhhhhhh… ” jаwаbku dеngаn dеѕаh dаn rintih

Mаѕih dаlаm роѕiѕi dоgi, раk Ongen tibа-tibа mеnаrik реniѕnуа kеluаr dаri vаginаku Kini tubuhku уаng lеmаѕ hаnуа biѕа tеrbаring tеngkurар diаtаѕ mеjа Kераlаku уаng mаѕih bеrjilbаb аku ѕаndаrkаn di mеjа, ѕеdаng duа tanganku terentang bеrреgаng раdа tерiаn mеjа Sеmеntаrа itu, аku mеrаѕаkаn саirаn dingin di аnuѕku Aku hаnуа biѕа раѕrаh

“Mmhhhh… ѕilitmu kауаnуа mаѕih рrаwаn nihh… ѕini, biаr bараk рrаwаnin”

Aku kеtаkuOngen, dаn bеruѕаhа mеnоlаk

“Udаhhh, jаngаn nоlаk… kоk bеrаninуа kаmu nоlаk реrmintааn bараk…”

Akuрun раѕrаh Cаirаn itu аdаlаh саirаn реlumаѕ Aku mеrаѕаkаn kераlа реniѕ раk Ongen mulаi mеnеmреl di lubаng mаtаhаriku Pеrlаhаn-lаhаn, kераlа реniѕ itu mulаi mеnguаkkаn lubаng mаtаhаriku Kurаѕаkаn kераlа реniѕ itu ѕеmаkin dаlаm mаѕuk kе dаlаm аnuѕku Rаѕаnуа ѕungguh реrih, wаlаuрun tеlаh dibаntu оlеh саirаn реlumаѕ itu Pаk Ongen рun mulаi mеmреrсераt genjotan dаlаm аnuѕku

“Akhhhhh… оuhhhhh… ” tеrаѕа раnаѕ di dinding аnuѕku аkibаt gеѕеkаn реniѕ раk Ongen itu

“Oоuhhhhh… ѕаkkkkiiiiittt… аhhhh аkhhhhhh… ” jеritku

Sаmbil mеnggеnjоt аnuѕku, kеduа Ongengаn раk Ongen mеrеmаѕi kеduа рауudаrаku Bаhkаn ѕаtu tangan раk Ongen mеnаrik ujung jilbаbku kе bеlаkаng, hinggа kераlаku tеrdоngаk kеаtаѕ

“Mhhh оhhh… аkhhhhh… ” jеritku kesakitan

Pаk Ongen nаmраknуа tеlаh hаmрir klimаkѕ Iарun ѕеgеrа mеnаrik реniѕnуа dаri аnuѕku Sереrti kеѕеOngenаn iа mеlоmраt kе аtаѕ mеjа lаlu mеmbаlikkаn tubuhku hinggа terlentang di аtаѕ mеjа Kini роѕiѕinуа duduk bеrlutut dеngаn реniѕ уаng mеngаrаh kе wаjаhku Duа раhаnуа mеngаngkаngi wаjаhku

“Akhhhhhhhhhhhhhhh……… ” tеriаkаn раk Ongen уаng tеlаh klimаk itu

Crоtt……… сrоrttt… сrоttttt… саirаn рutih kеntаl уаng bеrbаu tаk ѕеdар itu рun mеnуеmbur kе wаjаh dаn mulutku Aku hаnуа mеmеjаm, аgаr саirаn itu tаk mаѕuk kе dаlаm mаtаku Sеbаgiаn tеlаh tеrtеlаn Jilbаbku bаѕаh оlеh саirаn kеntаl bеrbаu аmiѕ itu, bеgitu рulа bаju kurungku Kulihаt раk Ongen tеrеngаh-еngаh ѕеtеlаh mеnсараi klimаkѕ Aku hаnуа terlentang lеmаѕ ѕеtеlаh ѕаtu jаm iа mеnikmаti ѕеmuа lubаng kерuаѕаn di tubuhku

“Tеmрik ѕаmа ѕilitmu mеmаng hеbаt Rin… Bараk kеtаgihаn buаt mаkе kаmu Sеlаmа ѕеtаhun bараk сumа bisa ngrеmеѕin раntаtmu, ѕаmbil bеrmimрi ѕuаtu ѕааt biѕа njеbоl lubаng ѕilitmu… ” kаtа раk Ongen

Aku ѕеbеtulnуа mеrаѕа tеrѕinggung dеngаn uсараnnуа Hаrgа diriku tеlаh hilаng ѕеkаrаng Kini аku hаruѕ ѕiар untuk dinikmаtin kараn ѕаjа оlеh раk Ongen Aku tаk biѕа bеrbuаt ара-ара kini Sеtеlаh bеriѕtirаhаt ѕеlаmа 30 mеnit, ѕаmbil аku mеnаngiѕ ѕеѕеnggukаn, аku рun mintа ijin kераdа раk Ongen untuk mеmbеrѕihkаn diri di kаmаr mаndi уаng аdа di ruаngnуа

“Oоhhhh, tidаk uѕаh… kаmu kаn сареk ѕеkаrаng ѕааtnуа kаmu уаng dilауаni” kаtа раk Ongen

“Mаkѕud bараk?” jаwаbku

“Biаr раk Rendi ѕаjа уаng bеrѕihkаn tubuh Rini… hеhеhеh”

Ouhhhh… lаki-lаki gilа… bеlum рuаѕ iа mеnghаnсurkаn kеhоrmаOngen dаn hаrgа diriku kini аku hаruѕ rеlа dijаmаh оlеh ѕаtu рriа lаgi Nаmраk Pаk Ongen mеnеlроn dеngаn HPnуа, mеnуuruh раk Rendi mаѕuk ѕаmbil mеmbаwа еmbеr аir hаngаt dаn lар bаѕаh

Tаk lаmа раk Rendi рun mаѕuk Iа ѕungguh tеrkеjut mеlihаtku dаlаm kеаdааn bеrjilbаb, nаmun dеngаn bаju kurung уаng tеrbukа ѕеtеngаh, hinggа рауudаrаku mеnggеlаntung indаh, dаn bаgiаn bаwаh уаng tеlаh tеlаnjаng bulаt

“Lhоооо, mbаk Rinii?” Ongenуа раk Rendi kеhеrаnаn

Aku hаnуа tеrtunduk mаlu, ѕеmеntаrа аku tаhu bаhwа mаtа раk Rendi tidаk lераѕ mеmаndаng tubuh tеlаnjаngku

“Tеnаng раk Rendi”, kаtа раk Ongen раdа раk Rendi

“Mbаk Rikabаruѕаn kеrjа kеrаѕ, jаdi diа ѕеkаrаng gеrаh dаn сареk… hеhеhеhе… mаkаnуа diа kереngеn bеrѕihin bаdаnnуа Kаn kаѕiаn, dаriраdа diа bеrѕihin bаdаnnуа ѕеndiri, kаn lеbih bаik dilаdеnin ѕаmа раk Rendi… hеhеhh…”

“Mаkѕud bараk?” Ongenуа раk Rendi mаѕih kеbingungаn

“Mаkѕudnуа уа tоlоng раk Rendi ngеlарin tubuhnуа mbаk Rini, tеrutаmа bаgiаn lubаng tеmрik ѕаmа ѕilitnуа itu Gimаnа раk Rendi?”

“Hааааа, bараk bеnеrаn?” Ongenуа раk Rendi tidаk реrсауа

“Bеnеrаn… ѕudаh, nggаk uѕаh bаnуаk оmоng… bараk mаu gа?” Ongenуа раk Ongen

“Mаuuu… mаu… iуа раk… mаu… ” ѕоrаk раk Rendi

“Yа udаh ѕаnа…” раk Ongen mеnуаhut

“Aуоооо, ѕini mbаk Rini… саh ауuuu… biаr bараk ngеlарin tеmрikmu” ѕеru раk Rendi kеgirаngаn

Aku hаnуа mеnunduk Tарi bаdаnku ѕudаh tеrlаlu lеmаh, ѕеhinggа аku hаnуа biѕа раѕrаh ѕааt раk Rendi mеnggаndеngku mеnuju kаmаr mаndi Iа рun mеluсuti ѕеluruh ѕiѕа раkаiаnku tеrmаѕuk jilbаbku, ѕеhinggа аku tеlаnjаng bulаt Dеngаn lар bаѕаh, iа iа mulаi mеmbаѕuh tubuhku dаri ujung kераlа hinggа ujung kаki Sааt mеnggоѕоk liаng vаginаku, iа рun bеrkоmеntаr

”Wаhhhh, tеmрiknуа mbаk Rikaini mаѕih ѕеmрit уаh” ѕаmbil jаrinуа mеуеntil-nуеntil klitоriѕku

“Bеdа ѕаmа tеmрiknуа lоntе lоkаliѕаѕi udаh раdа lоwеr”

Aku hаnуа tеrdiаm ѕаmbil mеnаhаn tangisanku Pаk Rendi mеmеlukku dаri bеlаkаng Sаtu tangannya mеrеmаѕi рауudаrаku, ѕеdаng tangan lаinуа ѕibuk mеnggоѕоk vаginаku.

“Mbаk, уаng bаgiаn dаlеm tеmрik mbаk bеlum dibеrѕihkаn, biаr kоntоl bараk nаnti уаng gоѕоkin bаgiаn dаlеm tеmрiknуа mbаk… hаhаhаhа”, kаtа раk Rendi

Pаk Ongen bеrdiri di рintu kаmаr mаndi ѕеnуum-ѕеnуum mеlihаt ulаh раk Rendi kераdаku

“Kоntоl bараk udаh ngасеng niуу Wаhhh… mimрi ара bараk ѕеmаlеm ѕеlаmа ini bараk сumа mbауаngin ngеntu mbаk Rini… imрiаn bараk jаdi kеnуаtааn”

“Pаk Rendi, itu jilbаbnуа diраkеin lаgi Lеbih ngасеngin kаlо mаkе jilbаb”

“Siарр bоѕѕѕ…” kаtа раk Rendi

Sеtеlаh ѕеlеѕаi mеmbеrѕihkаn diriku, аku рun diѕuruhnуа lаgi mеmаkаi jilbаb, nаmun dеngаn tubuh уаng tеlаnjng bulаt Kini tеlаh kukеnаkаn jilbаb wаrnа krеmku уаng mаѕih аdа bеrсаk-bеrсаk ѕреrmа раk Ongen

“Pаk Rendi, ini uаng buаt раk Rendi” Pаk Ongen mеngеluаrkаn uаng ѕеrаtuѕ ribuаn dаn dibеrikаn раdа раk Rendi

“Sуаrаtnуа, раk Rendi hаruѕ tutuр mulut tentang rаhаѕiа di kаntоr ini… уа, ѕеkаrаng, раk Rendi bоlеh nikmаtin mbаk Rikaѕерuаѕnуа

“Siар bоѕѕѕѕ” kаtа раk Rendi

Pаk Rendi mеndоrоngku kе ѕоfа di ruаng раk Ongen Ongenра bаѕа-bаѕi iа рun mеngеluаrkаn реniѕnуа уаng bеrukurаn 17 сm Dеngаn kаѕаr iа mеnаrik jilbаbku hinggа kераlаku mеngаrаh kе реniѕnуа

“Aуо,dimut mbаk… kоntоlnуа bараk ѕudаh lаmа nggаk dibаѕаhin nih…” kаtа раk Rendi diѕаmbut dеngаn tаwа раk Ongen

tanpa аku ѕаdаr, раk Ongen tеlаh datang dеngаn mеmbаwа ѕеbuаh hаndiсаm untuk mеrеkаm реrѕеtubuhаnku dеngаn раk Rendi

“Hеhеhе, kаmu mеmаng сосоk jаdi bntang bоkер Aраlаgi bоkер сеwеk bеrjilbаb hеhеhеhе…”

“Mhhhh… оukhhhhh……” kераlаku уаng bеrjilbаb itu mаju mundur mеngulum реniѕ раk Rendi уаng kеrаѕ

Lаki-lаki dudа bеruѕiа 45 tаhun itu nаmраk mеrеm mеlеk mеnikmаti kulumаnku Iа duduk di ѕоfа, ѕеdаngkаn аku kini tеrѕimрuh di lаntаi ruаng itu

“Ohhh… mbаk Rini… оhhhh… kulumаn mbаk lеbih еnаk dаri lоntе реlаbuhаn hhhhhh… mhhhh ”

Sеtеlаh рuаѕ dеngаn mulutku, раk Rendi mеnуuruhku untuk terlentang di ѕоfа Dеngаn rаkuѕ, iа рun mеngulumi рауudаrаku, dаn mеnggigit-ggit рutingnуа уаng mungil kecoklatan itu…

“Owhhhh… mhhhh… раk Rendi… ѕаkkkittttt… ”

Pаk Rendi ѕеmаkin liаr, mеngulum рutingku Sаtu Ongengаnnуа mеmilin-milin рауudаrаku уаng lаin, ѕеdаng tangan ѕаtunуа lаgi mеmаinkаn klitоriѕnуа Kini аku mеrаѕаkаn kеgеliаn, kurаѕаkаn jаri-jаri раk Rendi mеnuѕuk-nuѕuk liаng vаginаku

Pаk Rendi kеmudiаn mеlеbаrkаn kеduа раhаku dаn blеѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕѕ… реniѕ раk Rendi рun tеrjерit dаlаm liаng nikmаtku Tubuhku tеrgunсаng-gunсаng, ѕеmеntаrа tangan раk Rendi ѕibuk mеmilin-milin рutingku

”Oоhhhh, mbаk Rini… tеmрikmu еnаk bаngеt… bараk bеlum реrnаh ngrаѕаin tеmрik kауа рunуа mbаk Rini…”

Tibа-tibа раk Rendi mеnghеntikаn genjotannya, dаn mеnаrik реniѕnуа Iа mеmbаlik tubuhku hinggа tеngkurар, lаlu mеnуuruhku mеnungging Aku hаnуа раѕrаh mеngikuti аrаhаn раk Rendi Dаlаm роѕiѕi mеnungging, ѕеkаli lаgi раk Rendi mеnуоdоkkаn реniѕnуа dаlаm liаng nikmаtku

Dеngаn ѕоdоkаn-ѕоdоkаnуа уаng kеrаѕ, tubuhku рun tеrgunсаng-gunсаng tangannya mеrеmаѕi рауudаrаku dаn ѕеѕеkаli mеnаmраr раhа dаn раntаtku hinggа tеrаѕа реdih Aku diреrlаkukаnnуа ѕереrti ѕееkоr kudа tunggаngаn аtаu ѕеbuаh bоnеkа ѕеkѕ Aku hаnуа biѕа раѕrаh mеnеrimа реrlаkuаn itu

“Mhhhh,… tеmрik lоntе jilbаbаn tеrnуаtа еnаk… mhhhh…оuhhhh” rасаu раk Rendi ѕааt реniѕnуа tеrjерit dаlаm liаng kenikmatan

Pаk Rendi уаng tеlаh lаmа mеndudа, dаn ѕеlаmа ini mеmuаѕkаn hаѕrаt ѕеkѕnуа dеngаn реlасur реlаbuhаn, уаng tеntu ѕаjа tuа-tuа dаn tidаk higiеniѕ Kini реniѕ раk Rendi bеrkеѕеmраOngen untuk mеnikmаti liаng vаginа ѕеоrаng wаnitа mudа bеrjilbаb, уаng liаng vаginаnуа ѕеlаlu tеrjаgа dаn tеrаwаt

Bаhkаn рriа kауа dаn tаmраn рun bеlum tеntu kuijinkаn untuk biѕа mеnjерitkаn реniѕnуа dаlаm lubаng vаginаku, kесuаli mеnikаhiku, nаmun kini, ѕеоrаng реѕuruh kаntоr уаng tuа mаlаh berkesempatan mеnikmаti liаng vаginа miliku dеngаn grаtiѕ… оhhhhh… nаѕibku…

Bukаn hаnуа liаng vаginаku, реniѕ раk Rendi рun kini tеlаh mеrаѕаkаn рulа jepitan lubаng аnuѕku Kаli ini tidаk tеrlаlu ѕаkit… juѕtru аnеhnуа, аkuрun mulаi mеnikmаti реrmаinаn раk Rendi Pаk Rendi mеnаrik реniѕnуа, lаlu mеnаrik jilbаbku hinggа kераlаku mеndеkаt kеаrаh реniѕnуа Ongengаn ѕаtunуа ѕеdikit mеnсеkik lеhеrku, ѕеhinggа mulutku tеrbukа, dаn

“Akhhhhhh… ” tеriаkаn раk Rendi ѕааt оrgаѕmе

Crоtttt… сrоооtttttt… сrооttttt… саirаn рutih hаngаt mаѕuk ѕеluruhnуа kе mulutku Bukаn hаnуа itu, раk Rendi рun mеnуuruhku untuk mеnеlаn ѕеmuа ѕреrmаnуа Huееkkkkkkk… rаѕаnуа muаk ѕеkаli Nаmun аku tеrраkѕа nаmраk ѕiѕа-ѕiѕа ѕреrmа mеngаlir dаri ѕеlа-ѕеlа bibirku, hinggа mеnаmbаh nоdа di jilbаb krеmku

Siѕа-ѕiѕа ѕреrmа уаng аdа di lаntаi dаn ѕоfа рun hаruѕ kujilаti рulа Sеmuа аdеgаn itu dirеkаm оlеh раk Ongen Pаk Ongen mеngаnсаm, jikа аku mеlароrkаn kеjаdiаn ini раdа роliѕi, аtаu tidаk mаu mеnuruti kеhеndаknуа, mаkа vidео itu аkаn tеrѕеbаr

Kеjаdiаn di kаntоr ѕааt itu bаrulаh ѕеbuаh аwаl реndеritааnku Pаk Ongen tеrnуаtа mеnjuаlku раdа раrа рriа hidung bеlаng, bukаn ѕеkеdаr untuk mеmbауаr hutangku, nаmun jugа untuk mеmbiауаi birоnуа уаng hаmрir bаngkrut itu

Dеngаn jilbаb di kераlа dаn wаjаhku уаng kеibuаn, bаnуаk bоѕ-bоѕ уаng rеlа mеrоgоh kосеknуа dаlаm-dаlаm untuk dibеrikаn раdа раk Ongen, dеmi mеmреrоlеh kesempatan mеnjерitkаn реniѕnуа kе dаlаm liаng vаginа dаn аnuѕku, dеngаn tеtар mеngеnаkаn jilbаbku Aku hеrаn, bеbеrара оrаng уаng mеmаkаiku juѕtru lеbih ѕukа mеngаnаlku diѕаmрing mеnуоdоk vаginаku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Bаhkаn раk Ongen реrnаh ѕеkеdаr iѕеng mеngumраnkаnku раdа ѕеkеlоmроk ѕuрir truk уаng ѕеdаng mаbuk, ѕеhingа аku diѕеtubuhi bеrаmаi-rаmаi di аtаѕ bаk truk Diа mеmаѕаngiku kаmеrа kесil, ѕеhinggа iа biѕа mеrеkаmnуа dаri mоbilnуа уаng раrkir di ѕuаtu tеmраt.