Kisah Taro – Menjadi Pemuas Nafsu Sang Majikan Hypersex

TAROSLOT Menjadi Pemuas Nafsu Sang Majikan Hypersex, Ini merupakan sebuah pengalaman pribadi saya sendiri. Waktu itu sebenarnya aku datang ke Jakarta adalah mencoba untuk mengubah kehidupanku menjadi lebih baik, namun aku tak menyangka jika ternyata kehidupan di kota besar, justru lebih keras dan di desa. Aku sempat terlunta-lunta, tanpa ada seorangpun yang mau peduli. Selembar ijazah SMP yang kubawa dari desa, ternyata tidak ada artinya sama sekali di kota ini.


Jangankan hanya ijazah SMP, lulusan sarjana saja masih banyak yang menganggur awalnya Cari Kerjaan Malah Jadi Budak Pemuas Nyonya – Dari pada jadi gelandangan, aku bekerja apa saja asalkan bisa mendapat uang untuk menyambung hidup. Sedangkan untuk kembali ke kampung, rasanya malu sekali karena gagal menaklukan kota metropolitan yang selalu menjadi tumpuan orang-orang kampung sepertiku.

Seperti hari-hari biasanya, siang itu udara di Jakarta terasa begitu panas sekali. Seharian ini aku kembali mencoba untuk mencari pekerjaan. Tapi seperti yang selalu terjadi. Tidak ada yang melirik apa lagi memperhatikan lamaran dan ijazahku. Keputusasaan mulai menghinggapi diriku. Entah sudah berapa kilometer aku berjalan kaki. Sementara pakaianku basah oleh keringat. Dan juga lapangan terasa tebal oleh debu. Aku berteduh di bawah pobon, sambil menghilangkan pegal-pegal di kaki.

Setiap hari aku berjalan. Tidurpun di mana saja. Sementara bekal yang kubawa dari kampung semakin menipis saja. Tiga atau empat hari lagi, aku pasti sudah tidak sanggup lagi bertahan. Karena bekal yang kubawa juga tinggal untuk makan beberapa hari lagi. Itupun hanya sekali saja dalam sehari. Di bawah kerindangan pepohonan, aku memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang. Juga orang-orang yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak ada seorangpun yang peduli antara satu dengan lainnya. Tiba-tiba pandangan tertuju kepada seorang wanita yang tampak kesal karena mobilnya mogok. Dia ingin meminta bantuan, Tapi orang-orang yang berlalu lalang dan melewatinya tidak ada yang peduli.Entah mengapa saya jadi merasa panggang. Padahal aku sendiri perlu dikasihani. Aku bangkit berdiri dan melangkah menghampiri.

“Mobilnya mogok, Nyonya..?”, tegurku dengan sikap ramah.
“Eh, iya. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja mogok”, sahutnya sambil memandangiku penuh Curiga.
“Boleh saya lihat ” ujarku meminta ijin.
“silakan kalau bisa.”

Waktu di kampung aku sering bantu-bantu paman yang buka bengkel motor. kadang ada juga mobil yang minta diperbaiki. Tapi namanya di kampung, jarang orang yang punya motor. Apa lagi mobil. usaha paman tidak pernah bisa maju. Hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

Seperti seorang ahli mesin saja, aku coba melihat-lihat dan memeriksa segala kemungkinan yang membuat mesin mobil ini tidak mau hidup. Dan mendapat pertolongan dari mana, aku menemukan juganya. Setelah saya perbaiki, mobil itu akhirnya bisa hidup kembali. Tentu saja wanita pemilik mobil ini jadi senang. Padahal semula dia sudah putus asa. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan uang lembaran dua puluh ribu. Langsung disodorkan padaku. Tapi aku tersenyum dan kepala.

“Kenapa? Kurang..?”, tanyanya.
“Tidak, Nyonya. terima kasih”, ucapku menolak halus.
“Kalau kurang, nanti saya tambah”, katanya lagi.
“Terima kasih Nyonya. Saya cuma menolong saja. Saya tidak mengharapkan ketidakseimbangan”, kataku menolak. Padahal uang itu nilai besar sekali. Tapi aku malah menolaknya.

Wanita yang diperkirakan berusia sekitar tiga puluh delapan tahun itu memandangiku dengan kerutan-kerutan berkerut. Seakan dia tidak percaya kalau di kota yang super sibuk dengan orang-orangnya yang selalu mementingkan diri sendiri, tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya, ternyata masih ada orang yang dengan tanpa pamrih mau membantu dan membantu sesamanya.

“Maaf, sepertinya kamu dan kampung..?” ujarnya bernada bertanya ingin memastikan.
“Iya, Nyonya. Baru seminggu saya datang dari kampung”, sahutku polos.
“Terus, tujuan mau kemana?” tanyanya lagi.
“Cari kerja”, sahutku tetap polos.
“Punya ijazah apa?”.
“Cuma SMP.”

“Wah, sulit kalau cuma SMP. Sarjana saja banyak yang jadi gerakan kok. Tapi kalau kamu benar-benar mau kerja, kamu bisa kerja di rumahku”, katanya langsung menawarkan.
“Kerja apa, Nyonya..?” tanya langsung semangat.
“Apa saja. Kebetulan aku perlu pembantu laki-laki. Tapi aku perlu yang bisa setir mobil. Kamu bisa setir mobil apa. Kalau memang bisa, kebetulan sekali”, sahutnya.

Sesaat aku jadi. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali Ternyata ijasah yang kubawa dan kampung hanya bisa dipakai untuk jadi pembantu. Tapi aku memang membutuhkan pekerjaan saat ini. Daripada jadi gelandangan, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menerima pekerjaan yang ditawarkan wanita itu saat itu juga, detik itu juga aku ikut bersama wanita ini di rumahnya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Ternyata rumahnya besar dan megah sekali. Bagian di dalamnya terisi segala macam perabotan yang serba mewah dan lux. Aku sampai terkagum-kagum, seolah memasuki sebuah istana. Aku merasa seolah-olah sedang bermimpi. Aku diberi sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari pakaian dan meja serta satu kursi. Letaknya bersebelahan dengan dapur. Ada empat kamar yang berjajar. Dan semuanya sudah terisi oleh pembantu yang bekerja di rumah ini. Bahkan tiga orang pembantu wanita, satu kamar. Aku hitung, semua yang bekerja di rumah ini ada tujuh orang. Kalau ditambah denganku, berarti ada delapan orang.

Tapi memang pantas. mengurus rumah sebesar ini, tidak mungkin bisa dikerjakan oleh satu orang. Apalagi setelah beberapa hari aku bekerja di rumah ini aku sudah bisa mengetahui kalau majikanku, Nyonya Wulandari selalu sibuk dan jarang berada di rumah. Juga suaminya yang lebih sering berada di luar kota atau ke luar negeri. Sedangkan kedua anaknya sekarang ini sekolah di luar negeri. Aku jadi heran sendiri. Entah bagaimana cara mereka menemukan uang, hingga bisa kaya raya seperti ini.

Memang nasib, rejeki, maut dan jodoh berada di tangan Tuhan. Begitu juga yang terjadi denganku. Dari pembantu jadi yang membersihkan rumah dan merawat tanaman, aku diangkat jadi sopir pribadi majikan majikan. Bukan hanya jadi sopir, tapi juga sekaligus jadi pengawalnya. Kemana saja Nyonya Majikan pergi, aku selalu berada di sampingnya. Karena aku harus selalu mendampinginya, tentu saja Nyonya membelikan beberapa potong pakaian yang pantas. Terus terang, pada dasarnya memang aku tampan dan memiliki tubuhnya yang tegap, atletis dan berotot. Nyonya jadi kesengsem begitu melihat penampilanku, setelah tiga bulan bekerja jadi sopir dan pengawal pribadinya.

Aku bisa berkata begitu karena bukan hanya sopir dan pengawal saja. Tapi juga jadi pendampingnya di ranjang dan menjadi penghangat tubuh. membuat kegersangan dan kesunyian hati yang selalu ditinggalkan suami. Dan aku juga kamar lain yang jauh lebih besar dan lebih bagus. Tidak lagi kamar khusus untuk pembantu.

awalnya Cari Kerjaan Malah Jadi Budak Pemuas Nyonya
Semua bisa terjadi ketika malam itu aku baru saja mengantar Nyonya pergi berbelanja. Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, saya langsung dipanggil untuk menemuinya. Semula aku ragu dan hampir tidak percaya, karena langsung masuk ke dalam kamarnya. Tapi memang Nyonya memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia menyuruhku untuk menutup pintu, setelah aku berada di kamar yang besar dan mewah itu. Aku, apa lagi saat melihat Nyonya Majikanku itu hanya mengenakan pakaian tidur yang sangat tipis sekali, sehingga setiap lekuk bentuk tubuhnya membayang begitu jelas sekali. Dan di balik pakaiannya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apa-apa lagi. Beberapa kali saya ludahkan sendiri keindahan tubuhnya. Sekujur tubukku saja jadi menggeletar seperti terserang demam,

“Nyonya”.
“Malam ini kau tidur di sini bersamaku.”
“Eh, oh..?!”

Belum lagi saya bisa mengeluarkan kata-kata lebih banyak, Nyonya Wulandari sudah menyumpal mulutku dengan pemandangan yang indah dan hangat menggairahkan. Tentu saja aku jadi gelagapan, kaget setengah mati. Dadaku berdebar-debar tidak menentu. Berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam dada. Ragu-ragu aku memegang pinggangnya. Nyonya Wulandari membawaku ke pembaringannya yang besar dan empuk Dia melepaskan baju yang kukenakan, sebelum menanggalkan penutup tubuhnya sendiri dan membiarkannya diletakkan di lantai.

Mataku seketika jadi nanar dan berkunang-kunang. Meskipun usia Nyonya Wulandari sudah hampir berkepala empat, tapi memang dia merawat kecantikan dan tubuhnya dengan baik. Sehigga tubuhnya tetap ramping, padat dan berisi. tidak kalah dengan tubuh gadis-gadis remaja belasan tahun. aku lelaki normal. Aku tahu apa yang diinginkan Nyonya Wulandari. Apa lagi aku tahu kalau sudah dua minggu ini suaminya berada di luar negeri. Sudah barang tentu Nyonya Wulandari merasa kesepian.
“Oh, ah..”

Nyonya Wulandari mendesis dan menggeliat pada ujungku yang basah semakin hangat mulai bermain dan menggelitik bagian ujung atas yang membusung dan agak terkejut. Jari-jari tangan pun tidak bisa diam. Membelai dan meremas bagian tubuh yang padat dan kenyal dengan penuh gairah yang membara Bahkan jari-jari berjalan menelusuri setiap bagian yang membangkitkan gairah. Aku tidak melihat Nyonya Wulandari dan sudah tidak kuasa lagi menekan gairahnya. berhenti dia merintih dengan suara sambil mendesak-desakkan tubuhnya Mengajakku untuk segera mendaki ke puncak kenikmatan tertinggi. Tapi aku belum ingin membawanya terbang ke surga dunia yang bergelimang kehangatan dan kenikmatan itu. Aku ingin merasakan dan menikmati keindahan tubuhnya dan kehalusan kulitnya yang putih bagai kapas ini. “Aduh, oh. Ahh..,

Nyonya Wulandari menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih dan mulus. Tapi aku sudah tidak bisa lagi merasakan kehalusan kulit pahanya itu. Karena sudah basah oleh keringat. Nyonya majikanku itu benar-benar sudah tidak mampu lebih lama lagi bertahan. Dia memaksaku untuk cepat membawanya mendaki ke puncak kenikmatan. Aku mengangkat diriku dengan bertumpu pada kedua tangan. Perlahan namun pasti aku mulai menekan pinggulku ke bawah. Saat itu kedua mata Nyonya Wulandari terpejam. dan terakhir, yang selalu memerah dengan bentuk yang indah dan menawan, mengeluarkan suara keras, saat merasakan bagian dari perasaan saya saat ini sangat keras dan berdenyut hangat mulai dari menyentuh dan menekan, mendobrak benteng pertahanannya yang terakhir. Akhirnya batang penisku menembus masuk sampai ke tempat yang paling dalam divaginanya. “Oke, aah..!”

Nyonya Wulandari melipat kedua kakinya di belakang pinggangku. Dan terus menekan pinggulku dengan kaki hingga batang kebanggaanku melesak masuk dan terbenam dalam telaga hangat yang dijamin berjuta-juta kenikmnatan itu. Perlahan namun pasti aku mulai membuat gerakan-gerakan yang mengakibatkan Nyonya Wulandari mulai tertarik mendakinya menuju puncak kenikmatan tertinggi.

Memang pada mulanya gerakan-gerakan itu menggerakkan dan mengatur secara teratur namun tidak sampai hitungan menit, gerakan-gerakan yang menggerakkan mulai pembohong dan tidak terkendali lagi. Beberapa kali Nyonya Wulandari memekik dan mengejang tubuhnya. Dia menggigiti dada serta bahuku. Bahkan jari-jari kukunya yang tajam dan berlari mulai dari mengkoyak kulit punggungku. Terasa perih, tapi juga sangat nikmat sekali. Nyonya Wulandari menjilati tetesan darah yang keluar dari bahu dan dadaku, akibat luka di giginya bahkan yang cukup kuat.

awalnya Cari Kerjaan Malah Jadi Budak Pemuas Nyonya
Dan dia jadi semakin pembohong, hingga pada wanita itu memekik cukup keras dan terhenti dengan sekujur tubuh yang mengejang saat mencapai titik puncak kenikrnatan yang tertinggi. Dan pada saat yang hampir bersamaan, sekujur tubuhku juga menegang Dan bibirku keluar suara rintihan kecil. hanya beberapa detik kemudian aku sudah menggelimpang ke samping, sambil menghembuskan napas panjang. Nyonya Wulandari langsung memeluk dan merebahkan tubuhnya di dadaku yang basahan. Aku memeluk punggungnya yang terbuka, dan merasakan kehalusan kulit punggungnya yang basah. Nyonya Wulandari menarik selimut, untuk menutupi tubuh kami berdua. Aku sempat memberinya sebuali kecupan kecil dibibirnya, sebelum memejamkan mata. Membayangkan semua yang baru saja terjadi hingga terbawa ke dalam mimpi yang indah.

Sejak malam itu aku kerap kali dipanggil ke dalam kamarnya. Dan kalau sudah begitu, menjelang pagi aku baru keluar dari sana dengan tubuh letih. Semula aku memang merasa beruntung bisa menikmnati keindahan dan kehangatan tubuh Nyonya Majikanku. Tapi lama-kelamaan, aku mulai dihinggapi perasaan takut. Betapa tidak, ternyata Nyonya Wulandari tidak pernah puas jika hanya satu atau dua kali dalam semalam. Aku baru menyadari kalau ternyata Nyonya Majikanku itu seorang maniak, yang tidak pernah puas dalam bercinta di atas ranjang.

Bukan hanya malam saja. Pagi, siang dan kapan saja jika dia menginginkan, aku tidak boleh menolak. Tidak hanya di rumah, tapi juga di hotel atau tempat lain yang memungkinkan untuk bercinta dan mencapai kenikmatan di atas ranjang. Aku sudah mulai kewalahan menghadapinya. Tapi Nyonya Wulandari selalu memberiku obat perangsang, kalau aku sudah mulai tidak mampu lagi melayani keinginannya yang selalu berkobar-kobar itu. Aku tetap jadi supir dan pengawal pribadinya. Tapi juga jadi kekasihnya di atas ranjang.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Mungkin karena aku sudah mulai loyo, Nyonya Wulandari membawaku ke sebuah klub kesegaran. Orang-orang bilang fitnes. Di sana aku tahu dengan berbagai macam alat agar aku tetap segar, kekar dan berotot. Dua kali dalam seminggu, aku selalu datang ke club itu. Memang tidak kecil biayanya. Tapi saya tidak pernah membayangkan biayanya. Karena ditanggung oleh Nyonya Wulandari. Dan di rumah, menu makanankupun tidak sama dengan pembantu yang lainnya. Nyonya Wulandari sudah memberikan perintah pada juru masaknya agar memberikan menu makanan untukku yang bergizi. Bahkan dia memberikan daftar makanan khusus untukku.

Terus terang, aku merasa tidak enak karena diperlakukan istimewa. Tapi semua pembantu di rumah ini sudah tidak asing lagi. Bahkan dari Bi Minah, yang mempersembahkan memasak itu aku baru tahu kalau hanya aku yang sudah menjadi korban kebuasan nafsu seks Nyonya Wulandari. Tapi sudah beberapa orang pemuda seusiaku yang jadi korban. Dan rata-rata mereka melarikan diri, karena tidak tahan dengan perlakuan Nyonya Wulandari.

Aku memang sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya permainan di atas ranjang itu. Apa lagi Nyonya Wulan sudah mulai menggunakan cara-cara yang mengerikan, Untuk memuaskan keinginan dan hasrat biologisnya yang luar biasa dan bisa dikatakan pembohong. Aku pernah berkata, dicambuk dan di dera kulit hingga tubuhku terkoyak. Tapi Nyonya Wulandari malah mendapat kepuasan. Wanita ini benar-benar seorang maniak. Dan aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya yang semakin pembohong dan brutal. Meskipun kondisi terjaga, dan menu makanankupun terjamin gizinya, tapi batinku semakin tersiksa. Beberapa orang pembantu sudah menyarankan agar aku pergi saja dan rumah ini. Rumah yang besar dan megah penuh kemewahan ini ternyata hanya sebuah jurang yang setara.

Aku memang ingin lari, tapi belum punya kesempatan. Tapi rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku itu. Kebetulan sekali malam itu suami Nyonya Wulandari datang. Saya sendiri yang menjemputnya di bandara. Dan tentu tidak sendiri saja, tapi bersama Nyonya Wulandari. Di dalam perjalanan aku tahu kalau suami Nyonya Majikanku itu hanya semalam saja. Besok pagi dia sudah harus kembali ke Tokyo. Dari kaca spion aku melihat tidak ada gurat kekecewaan di wajah Nyonya Wulandari. Padahal sudah hampir sebulan sekali Dan kini pulang juga hanya tidur. Nyonya Wulandari malah tersenyum dan mencium pipi suaminya yang kendur dan berkeriput.

Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku ke kamar. Peluang untuk kabur dan rumah neraka ini. Karena Nyonya Wulandari sedang sibuk dengan suaminya. Aku langsung mengemasi pakaian dan apa saja milikku yang bisa termuat dalam tas ransel. Saat melihat buku tabungan, aku tersenyum sendiri. Sejak bekerja di rumahi ini dan menjadi sapi perahan untuk pemuas nafsu Nyonya Majikan, tabunganku di bank sudah banyak juga. Karena Nyonya Wulandan memang tidak segan-segan memberiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Dan tidak sepeserpun uang yang diberikannya itu aku digunakan. Semuanya aku simpan di bank. Aku masukan buku tabungan itu ke dalam tas ransel, di antara tumpukan pakaian. Tidak ada yang tahu kalau aku punya cukup banyak simpanan di bank. Bahkan Nyonya Wulandari sendiri tidak tahu. Karena rencananya memang mau kabur, aku tidak perlu lagi berpamitan. Bahkan aku ke luar lewat jendela.

Malam itu cerita porno aku berhasil melarikan diri dari rumah Nyonya Wulandari. Terbebas dari siksaan batin, akibat terus menerus dipaksa dan didera untuk memuaskan nafsu birahinya yang liar dan brutal. Tapi ketika aku lewat di depan garasi, ayunan langkah kakiku terhenti. Kulihat Bi Minah ada di sana, seperti sengaja menunggu. Dadaku jadi berdebar kencang dan menggemuruh. Aku melangkah menghampiri. Dan Wanita bertubuh gemuk itu mengembangkan senyumnya.

“Jangan datang lagi ke sini. Cepat pergi, nanti Nyonya keburu tahu..”, kata Bi Minah sambil menepuk pundakku.
“Terima kasih, Bi”, ucapku.
Bi Minah kembali tersenyum. Tanpa membuang-buang waktu lagi, aku bergegas meniggalkan rumah itu. Aku langsung mencegat taksi yang kebetulan lewat, dan meminta untuk membawaku ke sebuah hotel.

Untuk pertama kali, malam itu aku bisa tidur nyenyak di dalam kamar sebuah hotel. Dan keesokan harinya, setelah mengambil semua uangku yang ada di bank, aku langsung ke stasiun kereta. Aku memang sudah bertekad untuk kembali ke desa, dan tidak ingin datang lagi ke Jakarta.

Dari hasil tabunganku selama bekerja dan menjadi pemuas nafsu Nyonya Wulandari, aku bisa membuka usaha di desa. Bakkan kini aku sudah punya istri yang cantik dan seorang anak yang lucu. Aku selalu berharap, apa yang terjadi pada diriku jangan sampai terjadi pada orang lain. Kemewahan memang tidak selamanya bisa dinikmati. Justru kemewahan bisa menghancurkan diri jika tidak mampu mengendalikannya.

Kisah Taro – Party Seks Dengan Tante dan Anaknya

TAROSLOT Party Seks Dengan Tante dan Anaknya, Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku.

Terus dia berkata,Hey.. kok.. melamun? katanya. Eee.. Ditanya kko masih diam sih ? wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,
Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?
Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?
Kemana Tante? tanyaku.
Gimana kalau ke rumah Tante aja yah? karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.

Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya seperti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey, anak pertamanya Mbak Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta, anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kelas 1 SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jakarta.

Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti seseorang yang telah lama berpisah. Lalu kami berlima menonton acara TV yang pas pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pandang sama Tante Mey, rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah sepertinya dia sudah terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun Tante rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata,
Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam? yang memang pada waktu itu menunjukkan jam 10.30.

Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai, kata Mbak Hanny.
Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan Maminya terhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing tapi Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan yang lalu terulang lagi dan sungguh diluar dugaan aku.
Nah dewa sekarang tinggal kita berdua, katanya.
Mrmangnya ada apa tuh Tante? kataku heran.
Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sama anak-anak, begitu timbalnya.
Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante malam ini sayang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki, sambil memeluk aku dan memohon,
Yah sayang? Mau kan? katanya lagi
Ii.. Yaa, mau.. Tante? jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku.

Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah seperti sepasang kekasih yang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya. Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah? gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas, enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.

Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku. Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh.. desahku.

Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta, kata Tante Mey.

Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang.

Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..?
Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya.
Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?
Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya.
Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin saja penis kamu cinta? Tante Mey meringis memohon.
Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess..

Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa?
Kenapa Tante?
Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot?
Ooohh..? jawabku.
Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis, katanya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar
Selang beberapa menit,
Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?
Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey?
Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit.
Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang? lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah.
Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..? ceracaunya.
Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan? timbalku.
Tiba-tiba, Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?
Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?
Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali.
Tante aku mau keluar nih..? kataku, Dimana nih keluarinnya..?
Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?
Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott..
Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..? erangku.
Lalu aku dan tente tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran yang sengit tadi. Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum dan mengocoknya. Ternyata Mbak Hanny,
Ada apa Mbak? tanyaku.

Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-nusuk vaginanya sendiri. Dia berkata,
Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please..
Dia mempertegas, Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah kangen enggak ngentot lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak muasin vagina Mbak, sambil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus vaginanya.

Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku, jawabku vulgar.
Kita entotannya dilantai karpet aja yah? kata Mbak Hanny. Tapi masih di kamar tersebut, Aku takut mengganggu Mami yang habis kamu entotin vaginanya, entar Mami bangun lagi kalau ngentotnya diranjang, dia mempertegas.

Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun bercumbu, saling menjilat, mencium, menghisap seperti biasa, dengan gairah yang sangat menggelora sekali. Dan sekarang aku mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel banget lihat tadi aku ngentotin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess.. Bless.. Bleess..

Aw.. Oohh.. Aahh.. Yyeess..? erangnya.
Sakit Mbak? tanyaku.
Enggak cinta, terusin saja enak banget kok?
Aku langsung mengkocoknya, plak.. plakk.. plokk.. plookk..? suara paha kami berdua beradu..?
Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..? sambil aku menggoyangkan pinggulku, terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan sehigga benar-benar tenggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga kenikmatannya.
Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?
Akhirnya akupun ngentot lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya enggak sedikitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin tubuhnya dan vaginanya melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngentotin vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara.
Iiihh.. Kakak lagi ngapain? mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shelly dan Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngentot sama kakaknya.
Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata,
Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot vagina Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..?
Ii.. ittuu.. ada..?
Ada apa? katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan, terlihatlah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara,
Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!!
Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama sudah telanjang bulat. Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang? kata Mbak Hanny.

Kak aku ingin ngerasain dientot yah? tanya Shelly sama kakaknya.
Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain penisnya Mas Dewa, timbal poppy.
Iyah kan Kak? tanya poppy pada Shelly.
Iyah nih.. Gimana sih..? timbal Shelly.

Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut? terus mungkin sudah terlanjur mereka berdua melihat kakaknya ngentot dan sudah pada bugil semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya.
Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa?

Sini jangan ribut.. kata Kakaknya lagi, Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu juga bakal kebagian adikku manis Tanya kakaknya.
Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh..

Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngentotnya kayak dikejar-kejar hantu. Dan akhirnya orgasme secara bersamaan.
Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. cintaa? Aku sudah keluar Dewa..? erangan Mbak Hanny.
Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali
Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai membangkitkan lagi gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang seger-segernya seperti buah yang baru matang.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar
Akhirnya kembali lagi aku ngentotin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pertama kuentot vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan penisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.
Benar nih, vagina kamu mau aku masukin? tanyaku dengan penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang.
Mau sekali Kak..? jawabnya.

Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan nikmat banget, waktu Kakak lagi ngentotin dia? jawab polosnya.
Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bless.. Bbleess..

Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..? sambil dia mengedangah ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah.
Tekan lagi cinta masih kepalanya yang masuk?Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuanya.

Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak? katanya.
Iyah Shelly sayang, gimana enak kan? tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya.

Enak.. sekali.. Kak Dewa..
Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi? lalu aku kocok vaginanya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett.. Ccroott..
Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh.. eranganya.
Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia ada diatas, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah yang berlawanan supaya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan lebih dalam lagi ke lubang vaginanya. Dia langsung lemes sementara aku belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya, Mbak Hanny.
Sudah dong kak..? kataku pada Mbak Hanny.
Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku ini? kataku lagi


Iyah Kak Hanny, sudah dong kak? kata Poppy.
Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama penisnya Dewa, sepertinya nikmat dan enak sekali? katanya memohon agar Kak Hanny melepaskan oralnya di dalam vaginanya.
Akhirnya kami berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya Poppy sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi.
Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat kuat sekali.
Bleess.. Bless.. Bleess..
Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh.. Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku.

Sakit yah? tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya.
Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa.. Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan berdenyut-denyut, katanya.
Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya.
Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah.. ceracaunya.
Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya.
Tenang cinta.. aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah..
Dan akhirnya aku ngentot vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata,
Aku mau keluar nih?
Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah..
Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan..
Crott.. Croott..
Aarhhgg, eemmhh.. oohh.. yeeaass..nikmat banget aakh..? eranganya.
Makasih.. Yah kak..? sambil dia tersenyum.
Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih.
Aku mau keluar nih, dimana sayang? tanyaku.
Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air mani penis..

Ccrroott.. Crroott.. Crott..
Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sama Kak Hanny dan Shelly.
Gile.. Benerr.. sekali ngentot dapat empat vagina, yaitu vaginanya anak SMP, anak SMU, mahasiswi dan Tante-Tante.

Kisah Taro – Ketika Pamanku Pergi

TAROSLOT Ketika Pamanku Pergi, Aku dibesarkan di sebuah desa yang boleh dibilang tidak begitu ramai. Akan tetapi karena nenek memiliki anak yang lumayan banyak, sehingga keadaan di rumah kami sedikit berbeda dengan tetangga yang lain. Aku sendiri sebenarnya hanya anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku perempuan, terpaut beda sekitar lima tahun denganku.

Keadaan keluargaku sedikit kurang beruntung dibanding saudara-saudara ibu yang lain, ayahku hanya seorang pekerja serabutan, sedang ibuku sesekali menjadi tukang cuci. Oleh sebab itu, sejak kecil kami telah banyak ditolong oleh saudara-saudara ibu yang lain. Kakakku sendiri sejak kecil sudah tinggal bersama kakak perempuan ibuku yang paling besar. Meski saudara-saudara ibu sudah mempunyai rumah sendiri, tetapi jarak yang tak begitu jauh, menjadikan anak-anak mereka lebih sering tinggal di rumah nenek.

Aku sendiri tinggal bersama nenek. Diantara semua cucu nenek, aku termasuk anak yang sedikit kurang pintar, atau dengan kata lain: bodoh dan polos. Sehari-hari, sudah menjadi makananku, jika aku menjadi bahan ledekan atau jahilan dari saudara-saudaraku. Meski begitu, aku tidak pernah merasa sakit hati. Diantara semua saudara ibu, aku paling dekat dengan pamanku, adik ibu paling kecil. Beliau merupakan paman yang baik. Sebenarnya paman menyayangi semua keponakan, tapi perasaanku mengatakan, aku jauh lebih disukai dibanding anak-anak lain. Terbukti jika paman memberi uang, aku selalu mendapat lebih.

Pernah suatu kali, aku tidak naik kelas. Ketika semua mencemooh, pamanlah yang berusaha menenangkan hatiku. Kata paman, tidak semua orang pintar di pelajaran. Mungkin unggul di hal lain, seperti aku, kata paman. Sifatku lebih baik dibanding keponakan lain. Aku orangnya jujur, begitu kata paman. Itu lebih penting dibanding pintar tapi gak baik.

Paman sendiri bekerja di luar kota, biasanya sabtu minggu baru pulang. Saat usiaku 9 tahun, paman akhirnya menikah, dengan seorang wanita yang usianya 8 tahun lebih muda dari paman. Saat menikah, paman sudah berusia sekitar 34 tahun. Dan ternyata, paman menikahi seorang wanita yang baik juga di mataku. Menurutku paman sangat beruntung.

Awalnya, satu tahun pertama pernikahan, mereka tinggal bersama kami, di rumah nenek. Tapi kemudian mereka pindah, walaupun rumahnya tidak begitu jauh, hanya 15 menit jika menggunakan sepeda dari rumah nenek. Menjelang tahun ketiga pernikahan mereka, pekerjaan paman mengharuskan paman sering berkeliling ke kota-kota besar, hingga kadang baru dua minggu bahkan sebulan, paman baru pulang.

Entahlah, karena mungkin ketidakhadiran momongan yang tak kunjung datang, membuat mereka jauh lebih memperhatikanku. Bahkan secara terus terang, paman bilang ke ibuku: untuk biaya sekolah, orang tuaku tak perlu kuatir. Memang, sejak menginjakkan kaki di bangku sekolah, pamanlah yang banyak membantuku. Hingga akhirnya, permintaan paman untuk menemani bibi jika dia tidak ada, tidak bisa aku tolak. Begitu juga dengan kedua orang tuaku, mereka malah kelihatan jauh lebih bahagia dibanding aku.

Lama-kelamaan, hubunganku dengan bibiku makin terjalin erat. Bahkan akhirnya sejak masuk SMP, aku memutuskan untuk tinggal dengan mereka sepenuhnya. Tak jarang, bibi selalu tertawa melihat tingkahku, atau mungkin kebodohanku. Dari aku juga, bibi kadang sering berusaha mengorek masa lalu paman, terutama mengenai gadis-gadis di kampung yang pernah dekat dengan paman. Jika keponakan lain kebanyakan berusaha memberi kesan bagus untuk paman, aku sendiri bicara apa adanya, karena paman yang menyuruhku.

“Gak apa-apa, bilang aja semuanya, toh masa lalu sudah lama berlalu.” katanya waktu itu.

Ya, sebenarnya pamanku termasuk orang lumayan juga, pacarnya bahkan banyak. Kata ibuku, sejak SMP, paman memang banyak disukai orang, terutama teman-teman wanitanya. Kata ibu, paman sepenarnya tidak pintar, tapi dia sangat rajin. Kepolosanku lah yang mungkin membuat bibi senang juga terhadapku.

Sejak pindah, perhatian bibi kurasa semakin besar. Bukan hanya perhatian sekolah, tapi kasih sayangnya kurasakan besar pula. Tak jarang dia mengusap kepala dan menbelai pundakku jika aku melakukan hal bodoh atau menjadi ledekan orang lain. Mungkin hanya badanku yang besar, tapi perkembangan tingkahku agak telat. Aku malah lebih sering main dengan anak-anak SD dibanding teman sebaya.

Suatu hari, saat sedang asyik nonton TV bertiga, tiba-tiba paman bertanya kepadaku. “Kamu sudah pernah lihat bokep ya? Andi yang bilang.” Andi adalah nama tetangga depan rumahku.

Aku mengangguk. ”Tapi dia juga pernah.” kataku membela diri.

“Kamu lihat di mana?” tanya paman.

“Dulu sih, waktu SD, di rumahnya kang Rosyid.” kataku.

“Kalau Andi?” tanya paman lagi.

”Gak ah, paman. Aku sudah janji gak bilang, pokoknya masih di tetangga lihatnya.” jawabku.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Mata paman mendelik, tapi kemudian dia berkata, ”Ya sudah,” dia tersenyum. ”Paman mau tidur dulu. Kamu jangan sering-sering nonton bokep, gak baik buat pertumbuhanmu.” paman mengingatkan.

Ketika paman sudah pergi, ganti bibi yang menanyaiku. “Emang Andi nonton di rumah siapa? Pasti Ical ya, memang nakal kan dia?” kata bibi.

“Aku sudah janji gak bilang, Bi.” kataku.

Bibi tersenyum. ”Ngomong-ngomong, kamu sudah mimpi belum?” tanyanya.

Aku mengangguk.

”Sejak kapan?” dia bertanya lagi.

”Akhir SD, Bi.” jawabku.

“Wah, belum lama juga.” katanya.

”Emang kenapa, Bi?” tanyaku.

“Gak apa-apa. Hati-hati aja kalau bergaul, dan jangan sering nonton yang gitu-gitu. Bener kata pamanmu.” katanya.

“Baru dua kali kok, Bi.” jawabku tanpa dosa.

Bibi tersenyum dan mengusap rambutku.

Dan akhirnya, dua minggu setelah kejadian itu…

Aku ingat betul, paman baru pulang malam itu saat aku sudah terlelap. Tapi udara yang begitu dingin membuatku terbangun dan ingin ke belakang. Namun niatku membuka pintu aku batalkan, karena kudengar suara desah seseorang di ruang TV yang tak begitu jauh dari kamarku. Akhirnya rasa penasaran membawaku mendekati jendela dan berusaha mengintip. Untung kamarku selalu aku matikan lampunya jika tidur, jadi dari dalam, aku leluasa bergerak.

Jantungku deg-degan saat kulihat TV menyala dan adegan mesum telah diputar disana, sementara di bangku panjang yang menghadap TV, kulihat paman telah melakukan sesuatu. Aku tahu dia sedang apa, walaupun badan bibi tertutup sandaran kursi panjang, dan hanya ujung kepalanya yang terlihat di pinggiran kursi, tapi melihat posisi paman yang duduk di hadapannya, dengan bagian atas tanpa penutup, aku tahu dia sedang menggauli bibi.

Paman sepertinya lebih konsentrasi dengan bibi daripada adegan di TV. Sesaat kulihat paman menengadahkan kepalanya sambil bersuara ahh… terdengar sangat lega. Kemudian dia berjalan mendekati meja dan mengambil remote, dan benar dugaanku, dia tidak berpakaian sama sekali. Kontolnya tampak basah dan mulai mengkerut. Dia sudah berhasil croot di dalam memek bibi.

Itu pertama kalinya aku melihat adegan paman dan bibi. Terus terang, aku terangsang. Kontolku ngaceng tak terkendali. Masih sambil menatap tubuh bugil bibi yang tidak begitu jelas, aku onani. Kukeluarkan pejuhku di lantai kamar, selanjutnya kulap dengan celana dalamku yang kotor. Malam itu aku tidur nyenyak sekali. Badan rasanya enteng dan nikmat.

Esok harinya, saat paman pergi kerja, aku pura-pura merapikan TV karena kutahu, ada kaset tergeletak di atasnya. Saat bibi lewat di depanku mau belanja ke pasar, segera kutegur dia. “Bi, kata paman nggak boleh sering-sering lihat bokep, trus ini apa?” kuperlihatkan dua kaset bergambar tak senonoh di tanganku.

“Ah, pamanmu kan sudah menikah.” kilahnya.

“Pantes semalam ribut,” kataku menyindir.

“Lho, kok kamu tahu, ngintip ya?” bibi menuduh.

“Gak, aku mau pipis. Tapi gak jadi gara-gara lihat paman dan bibi.” kataku terus terang.

“Kamu ini, badan kamu aja yang gede, tapi masih oon.” kata bibi. Dia memang kadang meledekku begitu. “Ya sudah, jangan ceritain sama siapa-siapa apa yang kamu lihat tadi malam ya. Bibi nanti malu.” tambahnya kemudian.

Aku mengangguk.

Setelah sekali lagi menyakinkanku, bibi akhirnya tersenyum. Ya, dia memang tahu, aku akan merahasiakan apapun jika aku diminta. Dan bibi memang sangat mempercayaiku.

“Bi, aku boleh lihat gak? Mumpung paman gak ada.” kataku penasaran.

“Jangan ah, nanti ketahuan orang.” katanya.

“Gak bilang siapa-siapa kok, ke paman juga gak kan bilang.” kataku meyakinkan.

Bibi tampak berpikir, lalu. “Bentar aja ya, keburu paman kamu pulang.” katanya.

Akhirnya, hanya sekitar 10 menit aku melihat, sebelum bibi mematikan dan membawa kaset itu ke dalam kamar. Aku sempat agak ngambek, tapi kemudian tersenyum saat bibi meraba burungku. “Tuh kan, aku bilang juga apa. Gak baik lihat ginian, jadi tegang deh burung kamu.“ katanya.

“Biarin aja, nanti juga tidur lagi.” sahutku cuek. Bibi masih memegang dan mengelus-elus burungku dari luar celana. Enak sekali rasanya. Geli-geli gimana gitu.

“Kamu sudah pernah onani?” tanyanya.

Aku mengangguk, ”Cuma sekali, Bi. Gak lagi deh, perih. Kencing jadi sakit.” kataku berbohong.

“Emang kamu make apaan?” tanya bibi lagi. Tangannya masih tetap asyik mempermainkan burungku yang sekarang sudah semakin keras dan menegang.

“Aku gosok pake sabun, temanku bilang gitu.” jawabku.

Bibi hanya tertawa, tapi kemudian kami diam karena kudengar pintu diketuk. Paman sudah pulang. Bibi segera menarik tangannya dan berlari untuk membukakan pintu. Sedangkan aku, dengan sedikit dongkol pergi ke kamar dan onani disana.

Sejak itu, ketika paman pergi kerja, aku jadi lebih dekat dengan bibi. Aku selalu menanyakan koleksi terbaru paman pada bibi, dan menontonnya bersama bibi. Tentu saja tanpa sepengetahuan paman.

Hubunganku dengan bibi pun makin tak canggung lagi. Sambil nonton, bibi selalu mengelus-elus kontolku. Saking enaknya, sering aku sampai muncrat di celana. Oh ya, bibi tidak pernah menyentuh langsung burungku. Dia cuma memegangnya dari luar celana. Meski aku sudah sering meminta, bibi tidak pernah mengabulkannya. ”Gini aja sudah enak kan?” kilahnya setiap kali aku memaksa. Dan memang enak banget, jadi aku pun diam. Kunikmati saja segala sentuhannya.

Kalau bibi sudah berani berbuat sejauh itu, aku malah tidak berani sama sekali. Benar kata bibi, badanku memang besar, tapi otakku oon. Meski bibi sudah berkali-kali ’memberikan’ tubuhnya, aku tak kunjung menjamahnya. Hingga akhirnya dia pun menyerah. Dibiarkannya aku bengong melongo nonton bokep di TV sementara dia sibuk mengelus-elus kontolku.

Pembicaraan kami juga mulai menyerempet hal-hal porno. Membuat paman tertawa saat mendengarnya. ”Wah, keponakanku sudah mulai dewasa ya?” begitu komentar dari paman. Dan bibi ikut tertawa sambil mencubit pipiku.

Suatu hari, ketika aku tak sengaja menggaruk kontolku waktu mau mandi, bibi berkata, ”Tuh lihat, pasti bulunya sudah banyak.” katanya sambil mencolek paman.

”Masih belum ada kok, Bi.” jawabku malu-malu.

”Masa sih? Kan sudah mimpi?” katanya.

“Iya, kalau diperhatiin sih mungkin ada.” sahutku.

Paman tiba-tiba merangkulku dari belakang. “Kita buktiin.” katanya sambil hendak menarik handuk yang melilit di tubuhku.

Aku pun menahannya erat. ”Paman, jangan! Malu!” kataku agak marah.

”Malu sama siapa, Cuma ada bibimu disini.” dia terus memaksa.

Tapi untung aku bisa erat memeganginya, hingga handukku tidak sampai melorot. Paman akhirnya menyerah. ”Hahaha… Iya sih, bulunya memang masih belum tumbuh.” katanya. Bibi hanya tertawa melihat tingkah laku kami.

Paman memang pernah beberapa kali melihatku kencing. Kadang jika diajak berenang, aku dan paman juga suka mandi bareng. Dan biasanya jika kita membicarakan hal-hal porno, paman selalu mengingatkanku untuk tidak bercerita ke orang lain. Aku selalu mengiyakannya.

Sampai akhirnya, suatu hari, aku kembali terlibat percakapan dengan paman, Saat itu bibi pergi ke rumah orang tuanya untuk membawakan oleh-oleh dari paman. Entah siapa yang memulai, saat itu aku bertanya mengenai malam pertama paman. Akhirnya paman cerita, bahkan dia seperti mengajariku jika nanti aku menemukan wanita.

“Tapi bibi memang sexy ya, paman? Terus kalau tidur, suka berantakan.” kataku tanpa rasa malu lagi. Berantakan disini dalam arti baju bibi, bajunya suka menyingkap dan melorot kemana-mana, hingga memperlihatkan kemontokan dan kemulusan kulit tubuhnya.

“Iya, memang parah bibimu itu.” paman mengangguk mengiyakan. ”malah pernah, waktu tidur, paman kerjai. Sampai pagi dia gak sadar, gak tahu!” kata paman sambil tertawa.

“Masa sih, paman?” aku bertanya tak percaya.

”Iya, waktu itu dia kan tidur menyamping, paman buka aja kainnya, terus pelan-pelan paman masukin, gini!” paman mempraktekkan dengan memeluk guling dan memajukan pinggulnya.

Aku cekikikan. ”Kan pake celana, paman. Gimana masuknya?” kataku.

“Bibi kamu itu kalau tidur jarang make celana. Panas katanya. Malah kadang BH juga gak pake.” kata paman terus terang.

Aku hanya mengangguk tanda mengerti.

“Eh, tapi nanti jangan kamu coba buktiin lho ya!” kata paman sambil tersenyum.

“Ya gak lah, paman. Mana berani aku.” sahutku.

”Tapi paman suka kasian sama bibimu. Cewek biasanya kan dua kali seminggu pingin gituan, tapi paman cuma bisa sebulan sekali.” kata paman, matanya tampak menerawang. ”Bibimu pasti sange berat.” tambahnya.

“Masa sih, paman?” tanyaku baru tahu.

“Iya, malah waktu awal nikah, tiap hari kita ngelakuinnya. Makanya, paman suka kasian sama bibi kamu. Coba kamu perhatiin, pasti dia kadang suka cemberut sendiri kan?” kata paman.

“Iya, paman. Kalau aku tanya kenapa? Katanya, kangen paman.” jawabku. Dulu aku tidak tahu yang dimaksud ’kangen’ yang bagaimana, sekarang aku baru mengerti.

“Tuh kan, sebenarnya itu tandanya kalau dia lagi pengen negntot!” kata paman vulgar.

“Iya, kasian bibi ya, paman? Coba kalau aku bisa bantu.” kataku bodoh.

“Hehe, iya ya. Coba kalau kamu bisa bantu,” bukannya tersinggung, paman malah santai menanggapi omonganku. “Tapi paman berterima kasih sekali, kamu sudah nemani bibi selama ini.” tambahnya.

”Aku juga terima kasih, paman sudah bayarin sekolah aku.” aku menyahut.

Paman menepuk pundakku. ”Itu sudah tugasku sebagai seorang paman. Eh, ngomong-ngomong, gimana ya caranya supaya kamu bisa bantu bibi?”

Mendengar pertanyaannya, aku hanya bisa melongo.

“Gini aja,” paman merubah duduknya, mendekat padaku dan berbisik, ”Kalau bibi lagi cemberut, kamu gituin aja pas dia lagi tidur, hehehe… pasti gak akan sadar, dan besoknya pasti langsung bisa senyum.“ paman melontarkan ide gilanya.

”Iih, paman, gak berani ah.” kataku.

”Ayolah, apa kamu gak pengen ngentotin bibimu? Enak banget lho rasa memeknya. Peret dan anget banget.” Paman berkata semakin parah, terus berusaha membujukku.

”Apa paman gak marah nanti?” pengen sih pengen, tapi aku masih takut, juga sungkan kepadanya.

”Hehehe…kalau orang lain, pasti langsung paman bunuh. Kalau kamu sih, gak apa-apa.” katanya sambil tertawa.

“Iya, paman gak apa-apa,” kataku. “Lha bibi, begitu bangun, pasti aku langsung dicekiknya.” aku bergidik.

“Ah, gak bakalan bangun, percaya deh sama paman. Dulu sambil merem, bibi megang burung paman. Terus dibantuin masuk ke lubang memeknya. Lalu bibi ngorok lagi. Mungkin dipikirnya lagi mimpi. Kamu kan kalau mimpi juga kayaknya bener terjadi kan? Kadang bangun, terus tidur lagi. Begitu juga dengan bibimu.” kata paman meyakinkan.

Akhirnya, setelah didesak terus, dan karena aku juga sudah nggak tahan, kuiyakan tawarannya. ”Ini paman yang nyuruh lho, bukan karena aku yang pengen.” kataku sekali lagi untuk memastikan.

Dan percakapan sore itu pun berhenti sampai disitu, karena bibi sudah keburu datang.

Aku sedang asyik nonton bokep bersama bibi, dan seperti biasa, bibi mengusap-usap tonjolan kontolku dari luar celana. Paman saat itu sedang pergi ke rumah pak RT untuk mengurus KTP baru. Ketika itu aku bertanya. “Bi, kok sekarang nggak pernah main lagi di depan TV sama paman?” pancingku.

“Masih suka kok, tapi main di kamar. Takut ada yang ngintip.” kata bibi sambil tertawa. Dia menyindirku.

”Ah, bibi jahat. Hilang deh fantasiku buat onani.” kataku merajuk.

”Lho, kan sudah setiap hari dikocok sama bibi?” dia menatap wajahku. ”Kamu masih suka onani sendiri?” tanyanya tak percaya.

”Ya, iyalah, Bi. Anak seumurku kan lagi pengen-pengennya. Sehari lima kali juga masih kuat.” sahutku bangga.

”Hmm, pantes aja…” Bibi bergumam.

”Pantes apanya?” tanyaku tak mengerti.

”Burungmu jadi tambah gede!” dia tertawa.

”Masa sih?” perasaan dari dulu juga segini deh. ”Gede mana sama punya paman?” tanyaku penasaran.

”Ehm,” bibi tampak berpikir sejenak. ”Gede punya pamanmu. Tapi kamu kan masih kecil, kalau kamu sudah seumuran pamanmu, pasti punyamu lebih gede.” dia menjawab diplomatis.

Aku ingin bertanya lagi, tapi sudah keburu maniku muncrat duluan. Kalau sudah begitu, itu tanda kalau acara nonton bareng harus diakhiri. Bibi segera mematikan TV dan menyimpan lagi kaset bokep milik paman ke dalam kamar. Aku, dengan celana belepotan penuh sperma, beranjak ke kamar untuk tidur siang. Tubuhku lemas, tapi puas.

Di luar, kudengar pintu depan dibuka seseorang. Paman pulang. Hmm, benar-benar timing yang pas.

Senin subuh, paman berbisik saat bibi berada di kamar mandi. Paman saat itu sudah siap-siap berangkat kerja. “Jagain bibi ya. Kalau bisa tolongin dia kalau lagi cemberut.” katanya sambil tersenyum.

“Ih, paman.” kataku malu, meski juga sudah tak sabar menunggu saat-saat itu.

”Ingat, jangan sampai ada yang tahu. Awas kalau sampai ada yang melihat, paman akan balikin kamu ke ibumu, dan bilang kalau kamu nakal mau memperkosa bibimu.” ancamnya.

”Beres, paman.” aku mengangguk sambil mengacungkan jempolku.

“Ada apa nih, bisik-bisik sambil senyum-senyum?“ tegur bibi yang baru keluar dari WC.

“Ini, keponakanmu ini tadi malam mimpi basah.” jawab paman berbohong.

“Masa? Mimpiin siapa?” tanya bibi antusias.

“Gak, Bi, paman bohong.” kataku.

Mereka hanya tertawa mendengarnya. Paman pun berangkat sambil diantar bibi sampai gang depan.

Hari itu dan beberapa hari berikutnya, aku sibuk sekali, hingga lupa akan janji kepada paman. Apalagi, mencari waktu yang pas juga sangat sulit. Aku sekolah seharian, masuk pagi pulang sore. Begitu pulang, bibi sudah bangun dari tidur siang. Kalo malam, kami tidur beda kamar. Dan bibi selalu mengunci pintu kamarnya. Meminta langsung, aku masih takut.

Tapi acara nonton bareng dan kocok mengocok masih tetap rutin kami lakukan. Aku berniat untuk memancingnya saja saat itu, masih menunggu timing yang pas.

Empat hari setelah kepergian paman, bibi terlihat murung. Ia tidak banyak bicara, tapi kurasakan belaian dan kocokannya menjadi lebih nikmat. Aku langsung ingat cerita paman, inilah saat yang aku tunggu-tunggu. Bibi lagi sange berat.

Esoknya, setelah pulang sekolah, kuajak bibi untuk nonton bareng. “Bibi rindu paman ya?” tanyaku saat bibi mulai membelai dan mengelus-elus batang kontolku. Adegan di TV juga sudah mulai panas. Ini adalah koleksi terbaru paman, film JAV tentang seorang perempuan yang bermain gila dengan adik iparnya. Mirip-mirip dengan kisahku.

”Iya sih,” bibi mengangguk. ”Tapi sebenarnya bukan pamannya yang bibi kangenin,” ia menggantung kalimatnya.

“Apanya, bi?” tanyaku meski sudah tahu jawabannya.

“Ah, kamu pasti gak ngerti. Ini masalah orang menikah.“ rupanya dia masih menganggapku bloon, yang sukanya nonton bokep sambil dikocokin.

Aku sekarang sudah lebih pintar lho, Bi! kataku dalam hati.

”Pokoknya ingin dipeluk aja.” kata bibi menambahkan.

”Dipeluk di ranjang ya, Bi?” tanyaku memancing.

Bibi tampak kaget, tapi lalu tertawa. “Hehehe… kamu tahu aja.” katanya. “Coba kamu bisa bantu bibi ya…” ia menatap wajahku.

”Bantu meluk? Aku bisa kok.” kataku yakin.

Bibi hanya tersenyum mendengarnya. Dia mengocok penisku semakin cepat saat film sudah setengah jalan. Hingga akhirnya aku pun melenguh dan… croot, croot, croot! Pejuhku muncrat membasahi celanaku.

Bibi memandangi celanaku yang bernoda hitam. ”Tambah banyak aja manimu.” komentarnya.

”Iya, Bi. Nggak habis-habis ya, padahal sudah tiap hari dikeluarin.” sahutku bego.

Bibi tersenyum dan bangkit berdiri. “Eh, bibi mau keluar dulu, mau beli bakso. Kamu ikut gak?” tanyanya.

“Gak ah, Bi. Aku tunggu di rumah aja. Aku capek.” ini aku juga heran, sehabis moncrot, aku pasti capek.

Mengangguk mengerti, bibi pun melenggang keluar. “Kamu nitip apa, pangsit apa bakso?” tanyanya sebelum menutup pintu.

”Apa aja, Bi.“ sahutku lirih, mataku sudah mulai berat. Aku ngantuk. Bersandar di sofa, aku pun tertidur. Sementara di TV, film masih terus berputar dengan ajibnya, mempertontonkan sang adik ipar yang sedang menyetubuhi istri kakaknya dengan penuh nafsu.

Sekitar setengah jam aku tertidur. Aku terbangun oleh suara adzan maghrib dari musholla di ujung gang. Film sudah berhenti berputar, TV hanya menampakkan layar biru bertuliskan merk DVD player milik paman. Menguap dan melemaskan badan sebentar, aku pun bangkit dan beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Bibi masih belum pulang.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Keluar dari kamar mandi, kulihat sudah ada bakso dan martabak di meja tengah, ”Ayo makan, mumpung masih panas.” bibi menawarkan. Rupanya ia kembali saat aku masih di kamar mandi.

Setelah berganti pakaian, kami pun makan bersama. Sambil mengunyah, pikiranku penuh dengan rencana-rencana agar bisa meniduri bibi malam ini. Tapi semuanya buntu, tidak ada yang bagus. Hingga ketika nonton TV bersama, justru bibi yang malah melontarkan ajakan. ”Nanti tiduran di tengah sini aja ya, temani bibi. Di dalam panas, bibi nggak kuat.”

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Aku segera mengangguk penuh antusias. Kami kadang memang suka berleha-leha di depan TV, tapi tidak sampai tidur seperti malam ini. Kalau paman dan bibi sih sudah sering tidur disitu, bahkan main juga. Kalau aku, sekali pun tak pernah. Baru malam ini. Dan beruntungnya, bersama bidadari yang siap kunikmati tubuh indahnya.

Sambil menata bantal dan kasur tipis, bibi bertanya. ”Mau nonton sambil dikocokin lagi nggak?” dia menawarkan. Memang, biasanya aku dua kali sehari diservis olehnya. Sore setelah pulang sekolah, dan malam sebelum tidur.

”Nggak usah, Bi. Aku capek.” tapi untuk malam ini, terpaksa aku menolaknya. Aku harus menghemat pejuhku untuk menyetubuhinya nanti. Biar rangsangannya total dan maksimal.

”Tumben?” bibi tampak terkejut dengan perubahanku.

”Ehm, mungkin karena banyak kegiatan di sekolah tadi.” aku berbohong. Saat itu, kami sudah berbaring bersisian di depan TV. Bibi menonton acara reality show tentang ajang pencarian jodoh. Aku sama sekali tidak tertarik. Mataku lebih suka memandangi paha bibi yang putih mulus karena kain dasternya sedikit tersingkap.

Atau dia sengaja menyingkapnya? Karena meski sudah terangkat hingga hampir memperlihatkan celana dalamnya, bibi diam saja. Tampak cuek dan tidak berusaha untuk membetulkannya, membuatku pikiranku yang sudah ngeres jadi tambah kacau.

”Kamu kalau tidur suka bangun nggak?” tanya bibi.

”Nggak, Bi. Aku kalau tidur kaya orang mati. Malah kalau ada yang nampar, nggak kerasa.” kataku berbohong.

“Masa sih?” bibi tersenyum gembira menemukan orang yang sejenis. ”Bibi juga. Malah kalau ada yang merkosa, bibi nggak bakal tahu, hehehe…” katanya.

Aku mengangguk. Selanjutnya kami ngobrol biasa, mulai dari kegiatanku di sekolah hingga rencana masakan bibi esok hari. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kulihat bibi sudah tertidur, sementara aku masih betah nonton bola liga Italy. Dia terlihat nyenyak dan pulas sekali. Nafasnya teratur dan pendek-pendek. Inilah saatnya aku beraksi.

Tanpa mematikan TV, kupandangi paha bibi yang sejak tadi sudah menggodaku. Dengan hanya berbekal penerangan dari dapur, karena lampu ruang tengah sudah kumatikan, aku bergeser ke bawah, menuju paha dan bokongnya. Jantungku berdetak kencang, terus deg-degan saat melakukannya, takut kalau bibi tiba-tiba bangun dan memergokiku. Tapi teringat kata-kata paman, aku terus memberanikan diri.

Rasa penasaran menyergapku saat kupelototi kulit pahanya yang halus dan mulus. Ada sedikit bulu-bulu halus disana, juga urat nadi kehijauan yang semburat tak merata. Kulit bibi tampak putih sekali, begitu bercahaya di tempat yang setengah gelap itu. Aku menoleh, kulihat muka bibi ditutupi bantal dari samping. Dia masih tidur dengan lelapnya.

Pelan, kusingkap dasternya makin ke atas hingga aku bisa melihat… gila! ternyata bibi tidak mengenakan celana dalam. Benar kata paman! Bisa kulihat bulatan bokongnya yang bulat dan sekal, juga lubang anusnya yang mungil dan menghitam, dan ini yang membuatku menahan nafas… lubang senggamanya yang nampak mengintip malu-malu dari celah selangkangannya. Rambut hitam keriting tumbuh rimbun disana.

Sungguh, jantungku berdegup sangat kencang saat itu. Bila selama ini aku cuma melihat kelamin wanita dari video-video bokep, sekarang aku menyaksikannya secara langsung. Dan kalau aku beruntung, aku juga bisa merasakan betapa nikmat benda itu. Ehm, aku jadi tak tahan. Cepat aku melepas celana. Kubebaskan kontolku yang sudah menegang dahsyat untuk mencari mangsanya.

Kulihat bibi masih tertidur pulas, mukanya masih tertutup bantal. Posisi bibi agak menyamping, dengan badan sedikit melengkung. Kakinya agak ditekuk ke belakang hingga seperti menonjolkan bagian memeknya. Sesaat kuletakkan tanganku ke atas jembutnya, untuk memastikan dia benar-benar terlelap atau tidak. Kuraba benda kasar itu dan kutarik-tarik beberapa kali.

Dan ternyata benar. Bibi masih bernafas lembut, dan tanpa merubah posisinya sedikit pun. Paman tidak berbohong, bibi kalau tidur memang kayak orang pingsan. Berseru kegirangan, segera kuraba memeknya. Kali ini lebih keras. Dan bibi tetap tidak bangun.

Rasa takutku hilang sudah, berganti dengan gairah birahi yang menyala-nyala. Tanpa mempedulikan apa-apa lagi, kucoba mencari lubangnya dengan ujung telunjukku. Kutusuk-tusukkan tepat ke bagian tengah hingga aku menemukan belahannya. Kusentuh pelan sekali daging basah yang berlipat-lipat itu. Warnanya agak sedikit menghitam, mungkin karena sering kegesek kontol paman.

Tapi ketika kukuak lebih lebar lagi, warna coklat itu berangsung berubah menjadi merah hati, lalu merah tua, merah darah, dan akhirnya, tepat di kedalaman lubangnya, kulihat lorongnya yang menganga berwarna merah kekuningan seperti warna magma gunung berapi. Terasa basah dan sangat lengket saat kutusuk dengan jariku. Juga hangat dan berkedut-kedut. Ehm, pasti bakalan nikmat sekali kalau penisku yang masuk ke dalam sana.

Segera kudekatkan batang kontolku ke dalam lubang itu. Posisi bibi yang sedikit melengkung dan menyamping, memudahkanku untuk melakukannya. Daster bibi yang tersingkap hingga ke pinggang, kurapikan agar tak mengganggu gerakanku nanti.

”Inilah saatnya.” bertekad dalam hati, aku berusaha mencari lubangnya. Tapi ternyata sangat sulit. Berkali-kali kutekan, tetap tidak masuk-masuk. Ini aku yang goblok, atau apa karena lubang memek bibi yang terlalu sempit ya, jadi tidak bisa menampung penisku?

Masih kebingungan, aku terus menekan-nekan. Berharap keberuntungan, siapa tahu bisa pas dan bisa masuk dengan sendirinya. Tapi kontolku hanya bergeser naik turun, menggesek bibir luarnya berkali-kali. Ugh, susah sekali. Bahkan sampai lima menit berlalu, aku masih belum berhasil. Aku ingin sedikit melebarkan paha bibi, tapi takut dia terbangun.

Tiba-tiba kulihat tangan bibi bergerak, ia meletakkan satu tangan di paha atasnya. Aku sempat cepat-cepat menarik kontolku, takut tersenggol. Tapi saat kulihat setelah itu ia diam, aku kembali mendekatkan kontolku. Kembali aku berusaha memasukkan ke lubang kelaminnya, tapi tetap sulit. Saat itulah, tiba-tiba tangan bibi bergerak. Begitu cepatnya hingga aku tidak sempat menghindar. Dengan lembut dia memegang kontolku, dan sambil melebarkan pahanya, membimbing benda itu untuk memasuki lubangnya.

Aku tidak melawan, kuikuti apa yang ia lakukan. Lagi-lagi paman tidak berbohong. Bibi, masih sambil tidur, memberiku jalan untuk menyetubuhinya. Dengan bantuannya, aku bisa menemukan lubang memeknya tanpa susah payah. Begitu ujung kontolku sudah menancap, aku pun segera mendorong penisku kuat-kuat.

”Heghhk!!!” aku melenguh keenakan saat batangku terbenam seluruhnya. Nikmat kurasakan saat dinding vagina bibi berkedut-kedut pelan, seperti memijat dan mengurut penisku begitu rupa.

Dengan gerakan halus, aku mulai menariknya, lalu memasukkannnya lagi. Menariknya lagi, memasukkanya lagi. Begitu terus hingga gesekan antara batang kontolku dan dinding-dinding kemaluan bibi terasa begitu nikmat. Memek bibi kurasakan semakin berdenyut, begitu juga dengan batang kontolku. Semakin kupercepat genjotanku, semakin terasa kencang pula kedutannya.

Aku yang baru pertama merasakan nikmat persetubuhan, benar-benar terbuai. Begitu legitnya memek bibi hingga membuatku tak bisa menahan diri lebih lama. Mungkin hanya sekitar sepuluh kali aku memaju-mundurkan kontolku, sebelum akhirnya aku menggeram dan memuntahkan cairan spermaku di dalam benda itu. Dibarengi denyut kontolku yang menguras isinya, aku pun terkulai lemas. Capek tapi puas. Sangat puas. Juga sangat senang karena sudah berhasil menikmati tubuh wanita yang selama ini selalu menggodaku.

Tapi, apakah bibi puas juga dengan permainanku yang cuma sebentar itu? Rasanya tidak. Paman saja yang bisa bertahan lebih lama, kadang tidak bisa memuaskannya. Apalagi aku yang cuma sepuluh tusukan tadi…

Ah, tapi tenang, masih ada ronde kedua. Setelah beristirahat, aku pasti bisa bertahan lebih lama. Malam masih panjang. Masih banyak waktu bagiku untuk memuaskannya. Pelan-pelan kucabut kontolku yang kini sudah terkulai lemah. Rasa lega dan nikmat luar biasa masih kurasa di kepala kontolku. Aku ambil taplak meja, dan pelan kuusap memek bibi, kubersihkan dari lelehan spermaku. Aku tak merasa takut sama sekali, karena kata paman, paling bibi merasa mimpi basah.

Malam itu, kusetubuhi dia lima kali. Semakin lama, aku semakin kuat bertahan. Bahkan di permainan yang kelima, saat hampir mendekati subuh, kugoyang tubuh bibi hingga 15 menit. Bibi bahkan sedikit melenguh dan mengimbangi goyanganku. Sepertinya dia ngelindur.

Puas menumpahkan spermaku di dalam memeknya, cepat-cepat aku kembali ke kamar setelah terlebih dahulu merapikan daster bibi dan menyeka cairanku yang berceceran di selangkangannya.

Paginya, saat ketemu di meja makan untuk sarapan, kulihat wajah bibi ceria sekali. Aku jadi agak tenang, apa kata paman memang benar, pikirku. Tapi apa pantas kupanggil dia paman setelah kutiduri istrinya yang cantik? Ah, tidak apa-apa, toh dia yang menyuruh. Mengingatnya, hatiku jadi agak tenang.

Siangnya, sepulang sekolah, bibi sudah menungguku di depan TV. ”Nonton yuk, bibi punya kaset baru.”

Tidak bisa kutolak ajakannya. Dan seperti biasa, dia mengelus dan mengocok penisku dari luar celana. Benda ini sudah pernah masuk ke dalam memek bibi, merasakan kerapatan dan kehangatannya! batinku dalam hati.

”Kok dikit amat?” tanya bibi curiga saat melihat maniku yang cuma menetes dua kali.

Semalam sudah keluar banyak di memek bibi, ini cuma sisanya! Tapi tidak mungkin aku berkata seperti itu. ”Nggak tahu, Bi. Kecapekan kali, tadi sekolah aku main sepak bola.” itulah jawaban yang aku berikan.

Dan untungnya bibi percaya. Dia tidak bertanya apa-apa lagi.

Kira-kira empat hari setelah persetubuhan pertamaku, kulihat bibi sudah mulai cemberut lagi. “Bibi kangen pamanmu lagi,” katanya.

“Apa, Bi?” aku sedikit tidak konsen dengan omongannya. Aku sedang mengejar orgasmeku yang sebentar lagi sampai. Tak sampai satu menit, aku pun muncrat.

Setelah membersihkan tangannya dengan tisue, bibi mengganti tayangan bokep di TV dengan sinetron biasa. “Kemarin pas kangen gini, bibi mimpi ketemu pamanmu, jadi rindu bibi sedikit terobati. Mudah-mudahan malam ini bibi bisa mimpi ketemu dia lagi.” katanya penuh harap.

”Kemarin Itu aku, Bi…” jeritku dalam hati. “Emang mimpi apa, Bi?” aku bertanya, pura-pura tidak tahu.

“Mimpi basah,” sahutnya singkat.

“Emang perempuan bisa mimpi juga?” tanyaku jujur, aku memang tidak tahu kalau perempuan bisa mimpi juga.

“Emangnya cuma lelaki aja.” bibi mengacak-acak rambutku. “Kamu kalau tidur, kalau ada yang jahil, kerasa gak?” tanyanya kemudian.

“Nggak, Bi. Nggak kerasa sama sekali.” kataku, mempertahankan kebohonganku tempo hari.

Waktu belum pukul sembilan, tetapi aku telah pura-pura terlelap depan TV. Bibi mengikuti dengan berbaring di sebelahku. Setelah sekitar 15 menit, tiba-tiba kurasakan usapan-usapan lembut di celah pahaku.

“Duh, dasar! Kok sudah tidur sih?!” kudengar bibi berguman. Aku hanya diam saja, tetap pura-pura tidur. Tak lama, kurasakan usapannya makin mendekati daerah kemaluanku. Aku tetap diam. Saat itu bibi sudah mematikan lampu ruang tengah, bahkan lampu dapur juga dia matikan, sehingga keadaan sekarang gelap gulita. Hanya cahaya TV yang menerangi apa yang sedang dia lakukan.

Usapan bibi makin berani, dia sekarang meremas-remas kontolku. Kemudian kurasakan dia membuka resleting celanaku, dan kembali dia meremas gundukan kontolku yang masih terlindung celana dalam. Saat itu kontolku sudah mulai bangkit. Sungguh, saat itu, aku hanya bisa pura-pura tidur. Aku harus tetap diam karena sudah telanjur ngomong aku kalau tidur kayak orang mati.

Sampai kemudian kurasakan tangannya mengeluarkan kontolku pelan, inilah untuk pertama kali bibi memegang kontolku secara langsung. Rasanya nikmat banget saat jemari lentiknya membungkus dan memegang erat batangku, mengocoknya perlahan. Membuatku mendesis dan menggeram nikmat tertahan. Kudengar nafas bibi juga sudah mulai berat. Ia menggumam-gumam, seperti mengagumi ukuran dan panjang penisku.

”Gede banget… panjang… bikin ngilu… enak…” itulah sederet kata-kata yang kudengar keluar dari bibir manisnya.

Tiba-tiba dia menghentikan kocokan. Aku yang sudah mulai naik, sesaat sudah ingin protes. Biarlah samaranku terbongkar, yang penting aku bisa terus menikmati belaian tangannya. Sampai kemudian kurasakan kontolku seperti dihisap-hisap… oh, bukan! Kontolku dimasukkan ke dalam lubangnya yang bisa menghisap. Lubang memeknya. Bibi telah menunggangiku. Dia menduduki penisku yang sudah mengacung tegak ke atas hingga amblas seluruhnya, masuk ke dalam lubang surgawinya.

Rasanya sungguh nikmat. Kalau dulu aku yang aktif, sekarang gantian bibi yang aktif. Dengan cepat dia segera menggoyang tubuhnya hingga membuatku tak kuasa untuk menahan rasa. Geli, nikmat, dan enak bercampur menjadi satu, menjalar ke seluruh tubuhku. Saat kurasa spermaku sudah hampir muncrat, bibi tiba-tiba menggeram dan menduduki penisku dalam-dalam. ”Heghh!!!” dia memekik saat dari dalam memeknya menyembur cairan hangat. Deras dan banyak sekali. Kontolku rasanya seperti disiram air teh.

Aku yang terkaget-kaget, menyusul tak lama kemudian. Tanpa melepas penis, kutembakkan pejuhku ke mulut rahim bibi. Beberapa kali kedutan kurasakan sebelum akhirnya berhenti dan membuatku lemas. Melenguh keenakan, bibi segera mencabut memeknya dan kurasakan tangan bibi merapikan kembali celanaku, sebelum akhirnya dia melangkah menjauh, meninggalkanku sendirian di ruang tengah. Sedetik kemudian, kudengar pintu kamarnya ditutup dan dikunci dari dalam.

Selesailah permainan kami malam itu. Sama-sama ingin, sama-sama puas.

Sampai pagi, aku tidak pindah ke kamar. Badanku terlalu capek untuk sekedar bangkit dan berjalan. Kudengar bibi berkata saat matahari sudah bersinar terang lewat jendela. “Kamu nggak bangun? Cepat, nanti kesiangan ke sekolah.”

Aku langsung mandi, sementara bibi sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Selesai mandi dan ganti pakaian, bibi mengajakku makan. Selama itu, aku tidak banyak bicara, bingung mau ngomong apa. Tapi bibi bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan menurutku, ia terlalu periang pagi ini. Rupanya permainan denganku tadi malam cukup memuaskannya.

Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar

Sorenya, sepulang sekolah, aku mendapat kejutan. Saat aku hendak mandi, kulepas celana dan bajuku di kamar. Dengan hanya memakai handuk, aku melintas di depan bibi yang sedang sibuk mengelap meja makan. Dia menyapaku. “Hei, sini sebentar.” bibi melambaikan tangannya yang lagi memegang serbet.

Aku pun mendekat. ”Ada apa, Bi?” tanyaku tanpa rasa curiga sedikit pun. Kukira dia mau mengajakku nonton dan ngocok, seperti biasa. Kalau itu nanti saja, sehabis mandi.

“Ehm, anu…” bibi tampak ragu untuk mengutarakan maksudnya.

”Iya, Bi?” aku menunggu.

”Ehm, itu… bibi mau lihat, penasaran. Boleh ya?” tiba-tiba bibi bilang begitu. Dan belum sempat aku menjawab, dia sudah meraih handukku dan menariknya cepat hingga aku telanjang bulat di depannya.

”Ah, Bi! Apa-apaan sih?” cepat kututupi burungku yang setengah ngaceng dengan tangan.

“Ih, sudah kelihatan ya bulunya?” dia tertawa, tampak nakal sekali.

Aku yang awalnya kaget dengan tingkahnya, dengan cepat mengangguk mengiyakan. Begitu senang dengan perubahan besar ini. Bayangkan, bibi yang selama hampir dua bulan kupaksa untuk melihat kontolku, kini malah dengan senang hati memelototinya tanpa kuminta.

“Bi, udah ah. Aku mau mandi.” kataku jaim, padahal dalam hati tidak ingin kenikmatan ini cepat berakhir.

“Halah, baru juga jam empat sore.” sahutnya. ”Gak apa-apa, tenang saja. Sekarang kamu nurut sama bibi.” dia menarik tanganku agar tidak menutupi kontolku lagi. ”Bibi pengen lihat, jangan ditutupi.” bisiknya.

Sekarang jarak kami sudah tinggal sejengkal. Bibi tak berkedip menatap burung mudaku. Ia tampak suka dan terpesona. ”Kenapa tidak dari dulu. Bi?” tanyaku. Aku penasaran dengan tingkahnya yang nakal pagi ini.

”Bibi kemarin mimpi burung pamanmu masuk ke lubangnya bibi, membuat bibi kepikiran terus. Daripada sakit kepala gak bisa tidur, kan mending lihat punya kamu saja, toh panjang dan bentuknya juga sama.” terangnya tanpa malu-malu. ”Sini, deketin.” bibi menarik kontolku agar mendekat ke arah selangkangannya.

“Tapi, Bi.” sergahku saat kulihat bibi mulai membuka kakinya, siap menyelipkan batang penisku diantara lipatan pahanya.

“Sudah, gak apa-apa, kamu santai aja.” bisiknya menenangkanku.

Aku pun diam dan menurut. Memang ini yang kuinginkan, bersetubuh dengannya. Tapi saat kesempatan itu ada, kenapa aku malah grogi seperti ini? Benar-benar aneh.

Kurasakan ujung kontolku menyentuh benda berbulu saat bibi menyelipkan batangku masuk ke dalam belahan memeknya, membuat kontolku langsung mengeras perlaha. Aku hanya diam menikmatinya, tidak berani protes atau bicara sedikitpun. Biarlah bibi yang aktif, aku ikuti saja permainannya.

Perlahan bibi menyingkapkan dasternya. Seperti sudah bisa ditebak, tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Bibi tidak memakai celana dalam. Tampak selangkangannya yang rimbun, dengan penisku terselip di tengah-tengahnya. Kulihat bibir memeknya telah rapat dengan ujung kontolku.

Bibi menarikku mengikuti tubuhnya yang berjalan mundur, mendekati meja makan. Kini aku tahu kenapa tadi dia mengelapnya, rupanya dia mau menggunakan meja itu sebagai ajang pertempuran kami nanti. Saat pantatnya menyentuh meja, bibi melepas kain dasternya hingga kami sama-sama telanjang bulat. Bisa kulihat gundukan payudaranya yang begitu mengkal dan menggoda. Tampak bulat dan tidak turun sedikit pun karena bibi memang belum pernah hamil dan menyusui.

Tanpa basa-basi, bibi membaringkan tubuhnya sambil meraih kontolku, lalu membimbingnya untuk masuk ke dalam lubang kewanitaannya yang sudah merekah basah. ”Oughh..” aku melenguh nikmat saat batangku kudorong hingga amblas seluruhnya. Kurasakan tangan bibi mencengkeram pantatku, menyuruhku untuk menggerakkannya maju mundur tanpa suara.

Aku mengikuti gerakan tangannya, sampai akhirnya dua tangan bibi melingkar di leherku. Sambil menciumi payudaranya, aku terus mengenjot tubuh sintal istri pamanku itu.

“Ehm, enak banget! Kamu memang pintar.” rintihnya.

Tidak menjawab, kugoyang pinggulku semakin cepat. Meja makan sampai berderit-derit akibat menahan genjotanku.

”Kamu enak gak?” tanya bibi. Aku mengangguk agar dia juga tahu kalau aku menikmati persetubuhan ini. Bibi kemudian mencium bibirku. “Terima kasih ya, sudah bantu bibi nyalurin nafsu. Bibi cuma pingin aja tadi.” katanya sambil meraba batang kontolku, memintaku untuk menusuk semakin dalam.

”Kenapa nggak dari dulu, Bi?” tanyaku ingin tahu.

”Perempuan itu pemalu, tidak seperti laki-laki.” jawabnya diplomatis. ”Ahh, enak banget. Bibi nggak nyangka kontol kamu gede gini.” katanya.

Tidak menjawab, aku hanya terus menggenjotnya, menciumi bibirnya, dan meremas-remas payudaranya. Sesekali bibi menggeliat akibat tusukanku. Kurasakan memeknya menjadi semakin basah. Peluhku terus mengalir, bercampur dengan keringat bibi.

Akhirnya, setelah berusaha cukup lama, akupun mendekapnya erat, dibarengi dengan desahan ahh… dari mulutku. Aku orgasme. Begitu juga dengan bibi. Cairan kami bercampur, dan sekali lagi memenuhi memek bibi.

Sejak itu, kami tak ragu lagi untuk mengulangnya. Tidak ada lagi batas bibi dan keponakan diantara kami berdua. Di usiaku yang baru berjalan 14, aku telah merasakan nikmatnya dunia. Hampir tiap hari kami melakukanya. Yang membuatku heran, setiap paman akan berangkat kerja, dia selalu menitipkan bibi kepadaku, dan menyuruhku untuk memuaskannya. Tidak ada rasa cemburu sama sekali pada diri laki-laki itu meski tahu istrinya aku pakai.

Tahun keenam pernikahan mereka, akhirnya bibi hamil, anakku. Paman sangat senang, bahkan dia mengadakan syukuran. Aku dan bibi masih terus bersetubuh. Bahkan kini lebih gila karena kami sudah tidak sungkan-sungkan lagi untuk melakukannya di depan paman. Paman sama sekali tidak keberatan, malah dia beberapa kali ikut bergabung untuk memuaskan hasrat nafsu bibi yang menggebu-gebu.

Kisah Taro – Tante Delia Bikin Gairahku Memuncak

TAROSLOT Tante Delia Bikin Gairahku Memuncak, Pada suatu hari aku disuruh sama tante untuk menjaga rumahnya karena suaminya pergi keluar kota selama seminggu, nama tanteku adalaha tante Delia dia cantik dan seksi walaupun sudah memiliki anak 2 yang sekolahnya sudah SMA dan SMP.

Jam alarm di kamarku berbunyi untuk segera bangun dan menepati janji tante Delia, aku terburu buru dan langsung tancap ke rumah tante, anak tante cantik juga sama kayak mamanya yang sekolah SMA namanya Diva dan yang SMP namanya Ela.

Waktu maen kerumah tante aku serasa meilhat 3 bidadari bidadari yang cantik mereka bertiga kebanyakan kalau dirumah selalu memakai pakaian yang seksi dan tranparan , dan disini aku akan bercerita kisahku bersama tante Delia waktu ditinggal suaminya keluar kota.

Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Delia. Setelah perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinya Diva dan Ela masih belum berangkat sekolah, begitu juga tante Delia belum berangkat kerja

“Met pagi semua” aku ucapkan sapaan seperti biasanya.

“Pagi, Mas Arman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?” Ela membalas sapaanku.

“Iya nih kesiangan” aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.

“Man, kamu antar Diva dan Ela ke sekolah ya. Tante belum mandi nih. Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh.” Dari dapur tante menyuruh aku.

“OK Tante” jawabku singkat.“Ayo duo cewek paling manja sedunia.” celetukku sambil masuk ke mobil. Iya lho, Diva dan Ela memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar.

“Daah.. Mas Arman, nanti pulangnya dijemput ya.”

Lalu Diva menghilang dibalik pagar sekolahan.Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Delia.

Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Delia masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku.

Setelah menaruh piring di dapur. aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci.

Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Delia tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya.

Ternyata tante Delia sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.
Terdengar suara desahan lirih,

“Hmm, ohh, arhh”.

Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Delia ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya.

aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Delia, membuatku tergila-gila. aku jadi membayangkan tante Delia berhubungan badan denganku.

“Lho Man, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.”

Tiba-tiba suara tante Delia mengagetkan aku.

“Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Delia sambil masuk kamar.

aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan.
Setelah tante Delia berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.

“Hmm.. geli ah” aku terbangun dan terkejut, karena tante Delia sudah berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Penis dari luar sarung.

“Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Penis menegang 90%.

“Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang.” Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.

“Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Penis mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.

“Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Arman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.

“Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah.“Iya, tadi Arman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah.

Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya.

Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku.

aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Penis di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. aku jadi salah tingkah.

“aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.

“Emm.., nggak kok tante. Maafin Arman ya.” aku semakin salah tingkah.“Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan.

“Maksud Arman, nggak salahkan kalau Arman pingin pegang ini..!”

Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.
Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.

“Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Man.” tante Delia merengek perlahan.

“Hmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.

Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab.

Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Delia. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab.

Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.

“Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Penis yang belum pernah dilihatnya.

“Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku.

Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.
“Wah, rupanya tante punya Penis lain yang lebih gedhe.”

Gila tante Delia ini, padahal Penis-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.
Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku.

Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Penis yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.

“Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.

“Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.

“Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi.

Tante masih terkesima dengan Penis-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.

“Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Penis ku.” aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.

“Hmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Penis.
Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Penis

“Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau.
Lalu aku tarik kepala tante Delia sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi.

Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Delia. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu.

Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.

“Ayo Man, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya.

“OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.

“Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.

“Hh.. mm.. enak Man, terus Man.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur.

Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Delia.

“Ahh..Man..shh..Manr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras.

“Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.
Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.

“Hmm..kamu pintar Man. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?” dengan manja tante memeluk tubuhku.

“Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Penis ku sendiri.

“Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Penis ku masih berdiri tegak dan belum puas.
Dipegangnya Penis ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Penis.

Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.

“Man, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari penisku.

Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Delia, lalu turun dari tempat tidur. aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha.

Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan.
Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. aku berdiri sambil memegang kedua pahanya.

Aku gesek-gesekkan ujung Penis ke vagina tante dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

“Tante siap ya, aku mau masukin Penis” aku memberi peringatan ke tante.

“Cepetan Man, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Penis.

Dengan pelan aku dorong Penis ke arah dalam vagina tante Delia, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Penis sekarang sudah tertancap di vagina tante Delia.

Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.

“Man, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan.

“Ahh.. shh mm, tante ini cara Arman agar tante juga merasa enak” aku membalas omongan tante.

Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Penis ke dalam vagina tante.

“Ahh..” kami berdua melenguh.

Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan.

vagina tante Delia ini masih kencang, pada saat aku menarik Penis bibir vaginanya ikut tertarik.

“Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Delia semakin menambah rangsangan.Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras

“Ahh.. Man tante nyampai lagi”
Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. aku kecup kedua payudaranya. dengan Penis masih menancap dan dijepit vagina tante Delia yang berkedut dengan keras.

Dengan posisi memangku tante Delia, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Penis.

“Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante.

“Di dalam aja Man, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.
Urutan vagina Tante Delia yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.

“Arghh.. tante aku nyampai”.

“aku juga Man.. ahh” tante juga meracau.

Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.

“Man, kamu hebat.” puji tante Delia.“Tante juga, vagina tante rapat sekali” aku balas memujinya.“Man, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante.

“Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya.

“Gak apa-apa Man, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang”
Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.

Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.

Kisah Taro – Tante Lisa Mengandung Anakku

TAROSLOT Kulepaskan hasrat Terpendamku, Dengan pasienku, Izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Bojach atau biasa dipanggil Jach, tinggi 180 cm dan kulit putih bersih. Latar belakang keluarga saya berasal dari keluarga miskin dimana saya adalah anak sulung yang bisa dikatakan berbeda dengan adik-adik saya.

Sebenarnya ayah saya asli orang Indonesia dan ibu juga, tapi dari cerita yang saya dapatkan dari kelurga, bahwa ibu saya pernah kerja di USA atau di Houston sebagai pembantu rumah tangga. Waktu itu ada pamilik yang tinggal di Huston memerlukan seorang pembantu untuk mengurusi anaknya. Pendek cerita ibu saya sudah 2 tahun di Huston mendapat masalah, dimana dia pernah diperkosa sama orang Bule di sana, dan karena sudah trauma dengan kejadian yang menimpanya, maka dia minta pulang ke Indonesia.

Sesampainya di Indonesia dia langsung mendapatkan jodoh, yaitu ayah saya sekarang, dan ternyata ibu saya telah hamil dengan orang Bule yang pernah memperkosanya. Itulah pendek cerita mengenai latar belakang saya, kenapa saya jadi keturunan indo.

Okey sorry terlalu panjang pendahuluannya, kita langsung saja ke ceritanya. Kejadian ini bermula dimana saya memiliki pacar yang sangat cemburu dan sayang sama saya, maka saya dianjurkan mengontrak rumah di rumah tantenya yang tentunya berdekatan dengan rumahnya. Saya bekerja di salah satu perusahaan Asing yang berkecimpung di Akuntan Public yang terkenal dan ternama, maka saya mendapatkan uang yang secukupnya untuk membiayai adik saya 5 orang yang sedang kuliah di Jakarta. Dan untung saja 3 orang masuk UI dan 2 orang masuk IPB, maka dengan mudah saya bayar uang semesterannya. Sedangkan saya sendiri hanya membutuhkan uang makan dan ongkos, dimana saya tinggal di kawasan Bogor yang terkenal dengan hujannya.

Setelah dua tahun saya mengontrak di rumah yang sampai sekarang juga masih saya tempati, terjadilah kejadian ini. Dimana waktu itu kelima adik saya pulang kampung karena liburan panjang ke Kalimantan, sedangkan saya yang kerja tidak dapat pulang kampung dengan mereka, maka tinggallah saya seorang diri di Jakarta. photomemek.com Waktu itu tepat hari Sabtu, dimana Om Boyke atau suami Tante Lisa ini biasanya kerja pada hari Sabtu, maklum dia adalah pegawai swasta dan sering juga ke lapangan dimana dia bekerja di perminyakan di lepas pantai. Jadi waktu itu Om Boyke ke lapangan dan tinggallah Tante Lisa sendirian di rumah.

Tante Lisa telah menikah, tetapi sudah lama tidak mendapatkan anak hampir sudah 8 tahun, dan hal itu menjadi pertanyaan siapa yang salah, Tante Lisa apa Om Boyke. Okey waktu itu tepatnya malam Sabtu hujan di Bogor begitu derasnya yang dapat menggoda diri untuk bermalas-malas. Secara otomatis saya langsung masuk kamar tidur dan langsung tergeletak.

Tiba-tiba Tante Lisa memanggil, “Jach… Jach… Jach… tolong dong..!”

Saya menyahut panggilannya, “Ada apaan Tante..?”

“Ini lho.. rumah Tante bocor, tolong dong diperbaiki..!”

Lalu saya ambil inisiatif mencarikan plastik untuk dipakai sementara supaya hujannya tidak terlalu deras masuk rumah. 10 menitan saya mengerjakannya, setelah itu telah teratasi kebocoran rumah Tante Lisa.Kemudian saya merapikan pakaian saya dan sambil duduk di kursi ruang makan.

Terus Tante Lisa menawarkan saya minum kopi, “Nih.., biar hangat..!”

Karena saya basah kuyup semua waktu memperbaiki atap rumahnya yang bocor.

Saya jawab, “Okelah boleh juga, tapi saya ganti baju dulu ke rumah..” sambil saya melangkah ke rumah samping.

Saya mengontrak rumah petak Tante Lisa persis di samping rumahnya.

Tidak berapa lama saya kembali ke rumah Tante Lisa dengan mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Sejenak saya terhenyak menyaksikan pemandangan di depan mata, rupanya disaat saya pergi mandi dan ganti baju tadi, Tante Lisa juga rupanya mandi dan telah ganti baju tidur yang seksi dan sangat menggiurkan. Tapi saya berusaha membuang pikiran kotor dari otak saya. Tante Lisa menawarkan saya duduk sambil melangkah ke dapur mengambilkan kopi kesenangan saya. Selang beberapa lama, Tante Lisa sudah kembali dengan secngkir kopi di tangannya.

Sewaktu Tante Lisa meletakkan gelas ke meja persis di depan saya, tidak sengaja terlihat belahan buah dada yang begitu sangat menggiurkan, dan dapat merangsang saya seketika. Entah setan apa yang telah hinggap pada diri saya. Untuk menghindarkan yang tidak-tidak, maka dengan cepat saya berusaha secepat mungkin membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sedang melanda diri saya.

Tante Lisa memulai pembicaraan, “Giman Jach..? Udah hilang dinginnya, sorry ya kamu udah saya reporin beresin genteng Tante.”

“Ah… nggak apa-apa lagi Tante, namanya juga tetangga, apalagi saya kan ngontrak di rumah Tante, dan kebetulan Om tidak ada jadi apa salahnya menolong orang yang memerlukan pertolongan kita.” kata saya mencoba memberikan penjelasan.

“Omong-omong Jach, adik-adik kamu pada kemana semua..? Biasanya kan udah pada pulag kuliah jam segini,”

“Rupanya Tante Lisa tidak tau ya, kan tadi siang khan udah pada berangkat ke Kalimantan berlibur 2 bulan di sana.”

“Oh… jadi kamu sendiri dong di rumah..?”

“Iya Tante..” jawab saya dengan santai.

Terus saya tanya, “Tante juga sendiri ya..? Biasanya ada si Mbok.., dimana Tante?”

“Itu dia Jach, dia tadi sore minta pulang ke Bandung lihat cucunya baru lahir, jadi dia minta ijin 1 minggu. Kebetulan Om kamu tidak di rumah, jadi tidak terlalu repot. Saya kasih aja dia pulang ke rumah anaknya di Bandung.” jelasnya.

Saya lihat jam dinding menunjukkan sudah jam 23.00 wib malam, tapi rasa ngantuk belum juga ada. Saya lihat Tante Lisa sudah mulai menguap, tapi saya tidak hiraukan karena kebetulan Film di televisi pada saat itu lagi seru, dan tumben-tumbennya malam Sabtu enak siarannya, biasanya juga tidak. Tante Lisa tidak kedengaran lagi suaranya, dan rupanya dia sudah ketiduran di sofa dengan kondisi pada saat itu dia tepat satu sofa dengan saya persis di samping saya.

Sudah setengah jam lebih kurang Tante Lisa ketiduran, waktu itu sudah menunjukkan pukul 23.35.

“Aduh gimana ini, saya mau pulang tapi Tante Lisa sedang ketiduran, mau pamitan gimana ya..?” kata saya dalam hati.

Tiba-tiba saya melihat pemandangan yang tidak pernah saya lihat. Dimana Tante Lisa dengan posisi mengangkat kaki ke sofa sebelah dan agak selonjoran sedang ketiduran, dengan otomatis dasternya tersikap dan terlihat warna celananya yang krem dengan godaan yang ada di depan mata. Hal ini membuat iman saya sedikit goyang, tapi biar begitu saya tetap berusaha menenangkan pikiran saya.

Akhirnya, dari pada saya semakin lama disini semaking tidak terkendali, lebih baik saya bangunkan Tante Lisa biar saya permisi pulang. Akhirnya saya beranikan diri untuk membangunkan Tante Lisa untuk pulang. Dengan sedikit grogi saya pegang pundaknya.

“Tan… Tan…”

Dengan bermalas-malas Tante Lisa mulai terbangun. Karena saya dengan posisi duduk persis di sampingnya, otomatis Tante Lisa menyandar ke bahu saya. Dengan perasaan yang sangat kikuk, tidak ada lagi yang dapat saya lakukan. Dengan usaha sekali lagi saya bangunkan Tante Lisa.

“Tan… Tan…”

Walaupun sudah dengan mengelus tangannya, Tante Lisa bukannya bangun, bahkan sekarang tangannya tepat di atas paha saya.

“Aduh gimana ini..?” gumam saya dalam hati, “Gimana nantinya ini..?”

Entah setan apa yang telah hinggap, akhirnya tanpa disadari saya sudah berani membelai rambutnya dan mengelus bahunya. Belum puas dengan bahunya, filmbokepjepang.com dengan sedikit hati-hati saya elus badannya dari belakang dengan sedikit menyenggol buah dadanya. Aduh.., adik saya langsung lancang depan. Dengan tegangan tinggi, nafsu sudah kepalang naik, dan dengan sedikit keberanian yang tinggi, saya dekatkan bibir saya ke bibirnya. Tercium sejenak bau harum mulutnya.

Pelan-pelan saya tempelkan dengan gemetaran bibir saya, tapi anehnya Tante Lisa tidak bereaksi apa-apa, entah menolak atau menerima. Dengan sedikit keberanian lagi, saya julurkan lidah ke dalam mulutnya. Dengan sedikit mendesah, Tante Lisa mengagetkan saya. Dia terbangun, tapi entah kenapa bukannya saya ketakutan malah keluar pujian.

“Tante Lisa cantik udah ngantuk ya..? Mmuahhh..!” saya kecup bibirnya dengan lembut.

Tanpa saya sadari, saya sudah memegang buah dadanya pada ciuman ketiga.

Tante Lisa membalas ciuman saya dengan lembut. Dia sudah pakar soal bagaimana cara ciuman yang nikmat, yaitu dengan merangkul leher saya dia menciumi langit-langit mulut saya. 10 menit kami saling berciuman, dan sekarang saya sudah mengelus-elus buah dadanya yang sekal.

“Ahk… ahk..!” dengan sedikit tergesa-gesa Tante Lisa sudah menarik celana saya yang tanpa celana dalam, dan dengan cepat dia menciumi kepala penis saya.

“Ahkk… ah..!” nikmatnya tidak tergambarkan, “Ahkkk..!”

Saya pun tidak mau kalah, saya singkapkan dasternya yang tipis ke atas. Alangkah terkejutnya saya, rupanya Tante Lisa sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik dasternya. Dengan agak agresif saya ciumi gunung vaginanya, terus mencari klistorisnya.

“Akh… akh… hus..!” desahnya.

Tante Lisa sudah terangsang, terlihat dari vaginanya yang membasah. Saya harus membangkitkan nafsu saya lebih tinggi lagi.

30 menit sudah kami pemanasan, dan sekarang kami sudah berbugil ria tanpa sehelai benang pun yang lengket di badan kami. Tanpa saya perintah, Tante Lisa merenggangkan pahanya lebar-lebar, dan langsung saya ambil posisi berjongkok tepat dekat kemaluannya. Dengan sedikit gemetaran, saya arahkan batang kemaluan saya dengan mengelus-elus di bibir vaginanya.

“Akh… husss… ahk..!” sedikit demi sedikit sudah masuk kepala penis saya.

“Akh… akh..!” dengan sedikit dorongan, “Bless… sss..!” masuk semuanya batang kejantanan saya.

Setelah saya diamkan semenit, secara langsung Tante Lisa menggoyang-goyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Tanpa diperintah lagi, saya maju-mundurkan batang kemaluan saya.

“Akh… uh… terus Sayang.., kenapa tidak dari dulu kamu puasin Tante..? Akh… blesset… plup… kcok… ckock… plup… blesset.. akh.. aduh Tante mau keluar nih..!”

“Tunggu Tante, saya juga udah mau datang..!”

Dengan sedikit hentakan, saya maju-mundurkan kembali batang kemaluan saya.

Sudah 15 menit kami saling berlomba ke bukit kenikmatan, kepala penis saya sudah mulai terasa gatal, dan Tante Lisa teriak, “Akh..!”

Bersamaan kami meledak, “Crot… crot… crot..!” begitu banyak mani saya muncrat di dalam kandungannya.

Badan saya langsung lemas, kami terkulai di karpet ruang tamu.

Tante Lisa kemudian mengajak saya ke kamar tamu. Sesampainya disana Tante Lisa langsung mengemut batang kemaluan saya, entah kenapa penis saya belum mati dari tegangnya sehabis mencapai klimaks tadi. Langsung Tante Lisa mengakanginya, mengarahkan kepala penis saya ke bibir vaginanya.

“Akh… husss..!” seperti kepedasan Tante Lisa dengan liarnya menggoyang-goyangkan pinggulnya.

“Blesset… crup… crup… clup… cloppp..!” suara kemaluannya ketika dimasuki berulang-ulang dengan penis saya.

30 menit kami saling mengadu, entah sudah berapa kali Tante Lisa orgasme. Tiba saatnya lahar panas mau keluar.

“Crot.., crot..!” meskipun sudah memuncratkan lahar panas, tidak lepas-lepasnya Tante Lisa masih menggoyang pantatnya dengan teriakan kencang, “Akh..!”

Kemudian Tante tertidur di dada saya, kami menikmati sisa-sisa kenikmatan dengan batang kejantanan saya masih berada di dalam vaginanya dengan posisi miring karena pegal. Dengan posisi dia di atas, seakan-akan Tante Lisa tidak mau melepaskan penis saya dari dalam vaginanya. Begitulah malam itu kami habiskan sampai 3 kali bersetubuh.

Jam 5 pagi saya ngumpat-umpat masuk ke rumah saya di sebelah, dan tertidur akibat kelelahan satu malam kerja berat. Begitulah kami melakukan hampir setiap malam sampai Om itu pulang dari kerjanya. Dan sepulangnya adik saya dari Kalimantan, kami tidak dapat lagi dengan leluasa bercinta. Begitulah kami hanya melakukan satu kali. Dalam dua hari itu pun kami lakukan dengan menyelinap ke dapurnya. Kebetulan dapurnya yang ada jendela itu berketepatan dengan kamar mandi kami di rumah sebelahnya.

3 bulan kemudian Tante Lisa hamil dan sangat senang. Semua keluarganya memestakan anak yang mereka tunggu-tunggu 8 1/2 tahun. Tapi entah kenapa, Tante Lisa tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai kadungannya, dan kami masih melakukan kebutuhan kami.

Kisah Taro – Kulepaskan Hasrat Terpendamku, Dengan Pasienku

TAROSLOT Kulepaskan hasrat Terpendamku, Dengan pasienku, Sudah belasan tahun waktu aku melakukan praktik di sebuah kawasan yang ada di ibu kota, jumlahku lumayan banyak dan rata-rata berasal dari kelas menengah ke bawah. Meskipun aku sudah sangat senang mengurus pasien, namun aku masih tidak berani membina rumah tangga, karena aku benar-benar ingin bahagia dengan kehidupanku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dicapai dengan mudah bila kantongku tebal, simpananku di bank dan rumahku besar.

Namun saya tidak pernah menampilkan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Abidin yang ahli, atau Dr. Yogi yang spesialis kandungan, meskipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di arsitektur kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.

Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.

Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata rasa sakitnya sangat buruk bila ditinjau dari obat-obatan, hanya flu berat disertai efek yang kurang, jadi dengan obat yang biasa diberikan bagi mereka yang memperoleh obat malam, si ibu dapat mengatasi penyakit ringannya.

Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta matahari terbenam sampai kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar lagi. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.

Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera dimulai dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkiraan baru sekitar awal dua puluhan.

“Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, meskipun di luar terlihat pemandangan hujan masih mendayu dayu.
“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.
Dan untuk melewati waktu, saya banyak bertanya kepada mereka, yang ternyata bernama Rena.

Ternyata Rena janda tanpa anak, meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Rena tetap menjanda. Rena sekarang bekerja di pabrik konveksi anak-anak, namun perusahaan tidak bekerja untuk terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Saat saya melirik ke jam tangan saya, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan saya melihat Rena mulai terkantuk-kantuk, maka saya menyarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, saya terpaksa duduk di Rena yang mulai merebahkan diri.

Tampak rambut Rena yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Rena membalik-balik dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat melihat buah-buahan yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang lebih menonjolkan buah-buahan yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Rena tetap lelap dalam tidurnya.

Pikiranku menerawang, yang juga memiliki buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ‘selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, selama seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku.

Aku mencoba meraba buah dada Rena yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Rena terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang kanan, ternyata Rena tetap kiri.

Aku mulai merasakan aku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Rena yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Rena yang montok itu. Terasa Rena bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar, agar dia tidak berteriak. Aku lumatkan bibirku ke keinginan, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Rena yang semula agak tegang, rileks, dan agaknya mulai menikmati permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada dua buah di depan.

Setalah aku yakin Rena tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil mencoba menyibakkan roknya agar kita dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Rena sangat bekerja sama, dia menggerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana, dan saat itu kilat di sana sekilas tampak pangkal paha Rena yang mulus, dengan bulu yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.

Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar seksnya. Di tengah atas, ternyata klitoris Rena sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa terasa Rena agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.

Rena membiarkan aku bermain dengan senang, dan mencoba mulai membuka kancing bajuku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Rena mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terlihat sempit karena aku yang semakin membesar dan semakin menegang.

Sambil tetap menikmatinya, saya membantu Rena melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, masalah bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih berada di atas tempat tidur.

Mata Rena tampak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambutku yang pinggiran, dan batangku yang telah membesar dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.

Kutarik kepala sri agar mendekat ke perilakuku, dan kusodorkan kepala ku ke arah yang mungil. Ternyata Rena tidak membuka membuka mulut dan mengulum kepala membicarakanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang stangku sedangkan tangan kirinya meremas buah musik ku. Aku memajukan bokongku dan batangku makin dalam memasuki mulut Rena. Kedua ku sibuk meremas buah-buahan, lalu bokongnya dan juga pantatnya. Aku mainkan jariku di clitoris Rena, yang membuatnya menggelinjang, saat aku merasakan merasakan Rena mulai membasah, aku tahu, sudah dekat.

Kulepaskan mulutku dari kuluman bibir Rena, dan kudorong Rena hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Rena mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas punggung, dengan menekan kedua buah yang montok, bibir yang melumat, dan bagian bawah tubuhku di antara kedua pahanya yang semakin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan rasakan kepala bawahku menyentuh bulu Rena, lalu aku geserkan agak ke dan kini terasa kepala videoku berada di antara kedua bibir dan mulai menyentuh mulutmu.

Kemudian aku dorongkan batangku perlahan-lahan liang sanggama Rena. Terasa agak seret majunya, karena Rena telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang tubuh laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batangku sampai akhirnya terputus oleh dasar musik Rena. Ternyata cukup besar dan panjang bagi Rena, namun ini hanya sebentar saja, karena segera Rena mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batangku sampai habis, menghunjam ke dalam liang video Rena.

Aku batang membiarkanku di dalam liang sri sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku didorong dengan lebih cepat sampai. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Rena yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang perilakuku terasa di remas-remas oleh liang sri yang makin membasah.

Tidak terasa, Rena terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang semakin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Rena, aku belum ingin melakukan gaya yang mungkin akan membuat kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga menghasilkan hasil yang sangat sangat menyenangkan. 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Rena, aku hunjamkan seluruh batangku dalam, kutekan dasar video Rena dan seketika kemudian, terasa kepala gangguanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang telah Rena dan memancarkan air maniku yang terjadi lebih dari satu minggu .

Terasa badan Rena melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah mendekat yang montok. Batang cukupku mulai melemas, namun masih besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang videonya. Terasa ada cairan hangat yang mengalirkan pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Rena yang mengagumkan, aku bisikan ke telinganya,

“Rena, terima kasih, terima kasih..”

Kisah Taro – Kesempatan Bercinta Dengan Bibiku

TAROSLOT Kesempatan Bercinta Dengan Bibiku, Semoga anda menyukai artikel Cerita Sex di KisahTaro. Awal kejadian itu pada Sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan bibi saya. Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yang sering pergi ke diskotik bersama teman. Ini sangat menyakitkan bibi saya, karena di sana saya akan mabuk dan kadang pulang pada hari Minggu malam. Saya tidak tahu harus berbuat apa dengan teman-temannya.

Dan saat itu saya adalah satu-satunya di rumah ini: saya, Om Bram dan Tante Sarah.

“Brak ..” suara pecahan kaca membentur pintu, cukup membuatku kaget, dan om aku dengan marah berjalan keluar ruangan. Dari dalam ruangan, bibi saya terdengar berteriak, “Tidak perlu pulang, cepet menceraikan saya.” Di hati saya berkata, “Gee ribut lagi.” Om Bram segera keluar rumah, mulai mobil Taruna-nya dan pergi ke suatu tempat.

Di dalam ruangan, aku mendengar Tante Sarah menangis. Saya ingin masuk ke dalam tapi takut diintimidasi olehnya (kesalahan Om Bram diberikan pada saya). Tapi aku juga penasaran. Takut nantinya akan terjadi pada Tante Sarah. Maksud saya karena kekecewaan yang sama Om Bram dia langsung bunuh diri.

Aku perlahan membuka pintu kamarnya. Dan aku melihatnya menangis di depan meja rias. Saya berinisiatif perlahan sambil menghindari pecahan kaca yang telah dilempar oleh Tante Sarah. Aku mendekatinya dan perlahan.

Saya bertanya, “Mengapa Tan? Kambuh lagi?”

Dia tidak menjawab, diam-diam dan sesekali mendengar isak tangis. Sudah lama aku berdiri di belakangnya. Saat itu saya hanya menatapnya dari belakang, dan saya melihat Tante Sarah mengenakan baju tidur yang cukup menggoda. Saat itu saya belum memikirkannya. Saya baru saja menyimpulkan mungkin Tante Sarah mengajak Om Bram, keduanya sendiri di rumah, karena anak-anak mereka akan tinggal di rumah adik Tante Sarah. Dan mungkin juga Tante Sarah mengajak Om untuk bercinta (karena pakaian yang dikenakan cukup menggoda, baju tipis, dengan pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tapi Om Bram tidak mau, dia lebih peduli dengan teman-temannya daripada Tante Sarah.

Tiba-tiba Tante Sarah berkata, “Om, kupikir aku tidak lagi mencintai Tante, sekarang dia pergi dengan teman-temannya ke depok, tetap di rumah Bibi sendirian di rumah, apa yang Bibi tidak lucu lagi.”

Ketika Tante Sarah berkata bahwa dia berpaling ke Lihat saya. Aku setengah terkejut, saat mataku tanpa sengaja menatap payudaranya (sekitar 34 ukurannya). Terdengar puting susu dari saus yang dikenakannya. Aku cukup terkejut melihat tubuh bibiku.
Saya terdiam beberapa saat dan saya ingat bahwa Bibi Sarah menanyakan sesuatu kepada saya, saya segera menghampirinya (berharap bisa melihat payudaranya lebih dekat).

“Bibi masih cantik, dan Om akan pergi dengan temannya, jadi jangan khawatir dengan Tan!”

“Yeah, tapi teman-temannya sial, mereka akan mabuk dan bermain anak perempuan di sana.”

Aku jadi bingung. Secara refleks saya pegang tangannya dan berkata, “Tenang Tan aja, Om tidak akan macem-macem kok” (tapi pikiran saya sudah mulai segala macam).

“Tapi Bibi denger dia punya pacar di Surabaya, malah Bibi kemarin ketemu cewek telponnya, kalo gak salah nama Della.”

“Masak Om alah ninggalin Bibi untuk cewek yang baru tahu, mungkin ini teman Tan kali, dan anyways Bibi masih cantik.”

Tanpa Bibi sadar tangan kananku ada di paha Thante Sarah karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan pahanya lembut, saya melakukan ini karena saya menyimpulkan bahwa bibi saya belum tersentuh dengan lembut oleh pria.

Tiba-tiba tanganku memegangi pahanya diusir ke samping oleh Tante Sarah, dan berdiri dari kursinya, “Kuharap kau tidak basa-basi dengan Bibi, sekarang kuharap kau keluar dari kamar bibiku sekarang juga!” Dengan nada marah, Sarah mendorongku pergi.

Cukup terkejut juga saya mendengarnya, dan dengan malu saya berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sarah karena pengalaman saya. Aku berjalan perlahan untuk keluar dari kamar bibiku. Saat berjalan saya pikir, saya benar-benar terangsang dan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak saya putus dengan pacar saya, terus terang kebutuhan biologis saya dilewatkan melalui tangan saya.

Setelah sampai di pintu aku berpaling ke Tante Sarah lagi. Dia hanya berdiri menatapku, terengah-engah (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku berbalik lagi dan dalam pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini. Dengan bodoh aku menutup pintu ruangan dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik ke bibiku. Bibi Sarah cukup kaget melihat apa yang saya lakukan. Otak saya penuh dengan nafsu binatang.

“Apa yang kamu inginkan?” Dia bertanya dengan gugup karena terkejut.
“Bibi, sekarang mungkin Om sedang bersenang-senang dengan pacar barunya, sebaiknya kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Bibi”. Dengan nafsu saya menarik tubuh bibiku ke tempat tidur, dia berjuang, Tante Sarah memiliki tinggi sekitar 165 cm dan beratnya 50kg saya bisa mendorongnya ke tempat tidur, lalu tumpang tindih.

“Lepasin Tante, deh,” suara itu keluar dari mulutnya tapi aku tidak peduli dengan kemarahannya. Kastor ditarik ke atas. Ternyata Bibi Sarah tidak mengenakan celana dalam sehingga gundukan itu memahat lubang bukitnya yang tamak, dan aku menariknya perlahan-lahan ke atas sampai payudara terpampang di depanku. Dengan nafsu saya langsung mengisap putingnya, tubuh bibi saya masih berjuang, dengan tidak sabar saya segera merobek dasternya dan dengan segan kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, tubuh bibi yang cukup harum.

Akibat kemarahannya, aku kesulitan membuka bajuku, tapi perlahan aku bisa melepaskan bajuku dan celana. Sambil melepas bajuku dan celana, bergantian tanganku mengelap kemaluan ayamnya yang kurasa mulai basah (mungkin Tante Sarah sudah mulai terangsang meski tetap turun tapi frekuensinya sedikit sedikit menurun).

Poros saya telah berdiri teguh dan tegas nafsu telah menyelimuti semua kesadaran saya bahwa ini adalah istri paman saya sendiri … itu adalah bibi saya.

Dengan tidak sabar saya segera mencoba membenamkan pria saya ke dalam lubang tanteku.
Saya memiliki sedikit kesulitan untuk menemukan anggota tubuh feminin saya, terkadang fucking saya terjatuh ke atas dan kadang-kadang merindukan sumbu anus saya.

Ini karena bibi saya bergerak di sekitar sini mencoba menghindari dan menghalangi selangkangan saya yang siap untuk tempur ini.

“Heh, tidak, saya tolong bantu saya, maafkan saya, saya tidak peduli lagi dengan rengekannya, saya pura-pura dan harus sukses,karena kegagalannya mungkin saja Hasil yang sama,
Mungkin konsekuensi malah lebih fatal.

Bila lubang senggamanya menurut saya pas dengan cairan bantu yang keluar dari liang kewanitaan saya segera menghujamkan senjata.

“Bibi, sakit, ouch .. Bibi minta ampun .. tolong jangan lakukan .drink Bibi ..” Ketika saya mendengar erangannya, saya minta maaf, tapi senjata saya ada di dalam, “Sorry Bibi, saya bisa Tidak berdiri dan aku sudah datang kemari, “bisikku ke telinganya. Bibi Sarah tidak mengatakan apa-apa. Dan tidak mengatakan apa-apa.

Perlahan dan pasti aku mulai memompa alurku naik turun, aesthetic brawling ku, pasti masih sedikit pemberontakan di dalam dirinya.

Ssshhhhhhhhh ,peluitku hanya mendesis pelan sambil membalikkan kepalanya ke kiri dan kanan tidak mau melihat wajahku. Lalu dia hanya diam mengundurkan diri dan aku melihat air mata berlinang. Aku mencium kening dan bibirnya, berbisik, “Bibi, Bibi masih cantik dan tetap bersemangat, aku cinta Bibi, jika Om bukan cinta lagi, biarkan aku yang mencintai Bibi.” Bibi Sarah diam saja, dan aku merasa pinggulnya juga bergoyang mengikuti irama. Dengan goyanganku.

Alur saya saya mendorong perlahan … seolah-olah untuk menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama.

Cllkk .clllkkkk.cclkkkk suara tubuhku berbenturan dengan tubuh bibiku sama keluar dari pintu kemaluanku ke lubang senggamanya yang enak banget.

Kira-kira 10 menit saya merasakan feminitas wanita saya semakin basah dan kakinya melintang di atas pinggul saya dan ditekan dengan kuat sehingga bibiku sedang orgasme.

Biarkan aku sejenak … .. biarkan bibi saya menikmati orgasme. Saya membenamkan lebih dalam pada pangkal paha, memeluk tubuhnya erat-erat dia membalasnya dengan erat … ..kurasakan tubuh bibi gemetar Kesenangan telah didapat.

Aku membalikkan tubuh bibiku dan sekarang dia berada di posisi teratas …… tubuhku masih terbenam dalam kewanitaan bibiku …… tapi dia tetap diam saat berbaring di atas tubuhku,. … lalu aku mengangkat pinggul bibiku perlahan … ..dan menurunkannya lagi …. Kuturunkan lagi.

Bungkangku yang berdiri tegak menusuk menuangkan ke bawah … teras yang menyenangkan.

Ahirnya tanpa bantuan … bibi saya menggoyang pantatnya naik turun.

Oooooooccchhhhhhhh …… saya sebuah kenangan indah.

Sepertinya bibi saya mahir dengan dia bergoyang.

Kenikmatan maksimal yang saya dapatkan dalam posisi ini.

Ternyata bibi saya tahu situasi ini … dia menambahkan goyang menggoyangkan pantatnya yang dipelintir hanya pantat anisa sangar penyanyi dangdut dengan patah goyang yang patah.

Oooooochhhhhh, ………… sshhh …… kali ini aku seperti orang yang pedas.

Aku mengangkat kepalaku … kuhisap puting bibiku.

Dia mengerang …… .. gerakannya bertambah cepat.

Dan 5 menit berjalan ……. Gigi saya bergetar lagi …… dia sudah orgasme kedua nya ……
Bahu saya erat mencengkeram.

Ssshhhhhhh ……… bibir bawahnya digigit … sementara kepalanya mendongak.

“…. * kamu ……. bisakah kamu benar-benar gini … ..ssssshhhh

… .tante sudah 2 kali kluarrrrrrrr … “… ..

Aku hanya tersenyum.

“Rasa tulang saya longgar semua untuk ….”

Aku tersenyum kembali …

“Bibi tidak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu ..”

Aku berbalik tubuh bibiku dengan posisi konvensional.

Kugenjot dengan femininnya.Oooohhh oohhh … .ssshhhhh

Bibi saya menggeliat pinggulnya mulai bergoyang juga menyeimbangkan genjoto saya.

Aku sudah nyampe nyeng.

Dan segera saya akan mengeluarkan sperma saya di lubang senggama.

Ssshhhhhh …… aaachhhhhhh ……………… ..

Sperma saya tumpah dengan cepat ke dalam lubang persahabatan bibiku.

Mata bibi saya menatapku klimaks.

Sebuah permainan yang panjang dan melelahkan …… yang dimulai dengan paksaan dan pemerkosaan tak berujung tanpa henti dengan kenikmatan yang sama dari puncak yang sama.

Aku melihat ekspresi yang sangat kuat di wajah bibiku.

“Anda harus merahasiakan rahasia ini … ..”

Aku hanya mengangguk.

Dan sekarang bibi saya tidak peduli apakah om saya mau pulang atau tidak .

Karena kalau om saya keluar malam ini maka bibi saya akan menghubungi saya via HP untuk segera kerumahnya.

Kisah Taro – Hasrat Terpendam Tante Clara

TAROSLOT Hasrat Terpendam Tante Clara, Pada waktu ketika saya datangi, rumahnya tak terlalu luas tapi cukup apik penataan taman, saya pencet bel, yang keluar seorang wanita setengah tua dengan penampilan yang mempesona, dengan kulit bersih tanpa make up dan bibirnya yang sensual hingga membuat buyar konsentrasi. Setelah beberapa saat menunggu di ruang tamu saya dipersilakan masuk ke ruang kerja, dimana komputer tersebut berada. Beberapa waktu berselang selesai pekerjaan saya, sebelum pamit saya menyuruh mencoba komputer tersebut apa sudah baik atau masih ada yang tertinggal.

Berawal dari coba mencoba akhirnya saya jadi akrab untuk berbincang-bincang dengan wanita setengah baya, yang mengaku bernama Dewi (nama samaran). Yang ternyata seorang istri yang selalu ditinggal oleh suaminya yang gila kerja. Waktu suaminya hanya tersita oleh pekerjaan, memang soal materi selalu diberikan dengan sangat cukup tapi soal batin yang tak pernah terpikirkan oleh suaminya terhadap istrinya, saya pikir hal ini persoalan klise belaka, tetapi dampaknya sangat berarti bagi kehidupan berumah tangga.

Tak terasa waktu berjalan terus seiring dengan konsultasi Dewi terhadap saya tentang persoalan rumah tangganya, katanya saya dapat berbicara seperti konsultan rumah tangga, hal ini memang saya akui suatu kelebihan saya bila menghadapi wanita yang sedang dirundung musibah, tapi bukan sebagai kedok untuk berbuat yang tidak-tidak.

Setelah selesai saya pamit dan memberikan No. HP saya dengan pesan bila terjadi sesuatu dan memerlukan saya hubungi saya.
Beberapa hari kemudian saya ditelpon untuk bertemu disuatu tempat yang menurut saya sebagai tempat yang sangat romantis bagi dua insan yang sedang kasmaran namanya (ada aja).
“Mas, saya sangat berterima kasih atas konsultasinya waktu lalu”, ujar Dewi dengan mata yang sendu dan bibir tergetar halus.
“Saya hanya orang biasa yang hanya dapat berbicara untuk mencari jalan keluar”, jawab saya sebisanya karena dengan tatapan matanya saya dapat merasakan getaran birahi yang sangat besar.
“Saya ingin Mas temani saya untuk berbagi rasa dengan perasaan Mas yang sebenarnya”
Wah mati aku, akhirnya saya bimbing kedalam tempat yang nyaman dan privacy. Bagaikan seorang kekasih saya berkasi-kasihan diatas sebuah ranjang empuk dan berudara nyaman.

Saya lumat bibirnya dengan penuh perasaan dan saya genggam kedua telapak tangannya sehingga kami merasakan kebersamaan yang bergelora. Lidahnya terus bergoyang didalam rongga mulut seirama dengan alunan musik bossas. Lama kami ber ciuman mesra, kurengkuh lehernya dengan jilatan halus yang merindingkan bulu kuduknya, Dewi melenguh.
“Mas terus Mas jangan kecewakan saya” sebentar-bentar tangannya bergreliya ke dada dan selangkangan saya, tak tinggal diam dengan gaya yang meyakinkan saya kecup putingnya dengan sedotan-sedotan kecil dan gigitan mesra, bibir saya meluncur kebawah menuju pusar, saya mainkan lidah saya dibundaran pusarnya wah wangi farfumnya menyentuh birahi saya. Tangannya merengkuh alat pitas saya yang sudah tegang, Dewi kaget, mass kok besar sekali, saya bisikan, jangan takut pasti muat. Memang Dewi belum dikaruniai anak, jadi masih seperti perawan, apalagi punya suaminya tak terlalu besar.

Saya jilat permukaan vaginanya, Dewi bergelinjang menarik pantatnya hingga menjauhi bibir saya, saya terperanjat, kenapa?
“Mass saya belum pernah seperti itu, maaf yah”, saya hanya tersenyum dan meneruskan permainan bibir kebagian betis dan seluruh paha.
Beberapa waktu berselang tangannya mendekap kepala saya dengan sangat kencang seolah-olah tak mau dilepaskan, sesak napas saya. saya tau Dewi sudah klimaks tapi dalam dalam benak saya ini baru permulaan. Setelah dekapannya melemah saya baringkan celentang, terhamparlah padang rumput dan pegunungan yang indah seindah tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Dengan gaya konpensional saya mulai melaksanakan tugas saya sebagai seorang lelaki, saya selipkan punya saya disela-sela bibir kemaluannya hingga ambles kepalanya, Dewi menjerit kecil.
“Mass, tahan Mass ngiluu Mas terlalu besar”.

Memang saya sadar dan tak langsung main tancap, saya tarik dan tekan secara perlahan-lahan, setelah vaginanya teradaptasi Dewi berubah dengan gaya yang agresip ditekan pantatnya ke atas hingga punya saya ambles semua, saya imbangi dengan gerak-gerakan yang atraktif, saya balikkan tubuhnya, saya dibawah dan Dewi di atas dengan demikian Dewi lebih leluasa untuk mengekspresikan birahinya yang selama ini tertahan. Benar adanya dengan gerakan yang dahsyat Dewi bergerak naik turun sambil berdesis-desis hingga saya bingung membedakan antara desisan bibir bawah dengan bibir atas. Beberapa saat kemudian Dewi mengejan dan menegang sambil menggigit dada saya, setelah itu saya tak mau kehilangan momen saya lakukan penyerangan dengan gaya profesional atas, bawah, depan, belakan, kiri dan kanan, hanya satu yang tak mau saya paksakan yaitu mengoral punya saya, karna saya tau Dewi nanti stress, saya pikir bila nanti pada satnya tiba mungkin bukan batangnya yang dilumat tapi sekalian bijinya dan sangkarnya.

“Dewwii saya mau sampai nihh. saya keluarin dimanaa?”
“Mas di luar saja dulu yah”.

Dengan secepat kilat saya tarik kemaluan saya dan saya keluarkan di dadanya hingga beberapa semprotan protein meleleh diantara dua bukit dan sedikit terciprat ke dagu. Setelah semprotan terakhir keluar, matanya terbuka dan tangannya menggenggam kemaluan saya, tanpa saya sadari dikulumnya kemaluan saya, hingga saya terperajat dan tak yakin, yah mungkin inilah yang dinamakan puncak dari birahi kaum hawa yang sudah mencapai batas ambang sehingga tak berlaku lagi rasa malu, jijik, dan kotor yang ada hanya nafsu dan nafsu.

Tanpa istirahat kemaluan saya bangun kembali sehingga menegang sampai kuluman mulut Dewi terasa sempit dan rongga mulutnyapun membesar. Gerakan maju mundur mengakibatkan saya bergelinjang kekanan dan kekiri sambil sesekali mencengram rambutnya yang terurai lepas. Konsentrasiku hampir terganggu dengan gerakannya yang cepat hampir klimaks saya dibuatnya, tapi sebelum itu saya lepaskan untuk mengurangi ketegangan saya, saya balik menyerang dengan jari jemari menari-nari diseputar liang vaginanya dan sesekali menggesekkan ke area G-Spot wanitanya sehingga Dewi merancau tak karuan, tangannya menarik sprei hingga terlepas dari sangkutannya. semakin lama semakin dahsyat pergolakan birahi saya dan Dewi, saya rasakan aliran cairan hanggat membasahi jari saya dan tak mau ketinggalan moment yang indah ini saya balikan tubuhnya sehingga tengkurap dan saya tekan dengan kemaluan saya dari arah belakang, Dewi meringis.
“Mas pelan-pelan, ngilu”

Saya atur irama sehingga lama kelamaan menjadi asyik dan Dewipun melakukan gerakan yang membuatnya bertambah assyik dan masyukk. Dadaku bergetar ketika hasrat itu akan mencapai puncak, ku tarik kemaluanku dan kusemprotkan ke atas punggungnya dangan kedua tangan ku mencengram kedua bongkah pantatnya yang masih kencang untuk ukuran Dewi. Dan lubang anusnya masih bersih tak ada tanda-tanda bekas gesekan atau luka atau penyakit wasir, nafsu saya melihatnya tapi hasrat itu saya pendam, mungkin (dalam benak saya) lain waktu Dewi meminta untuk di setubuhi anusnya karena memang bila nafsu sudah datang birahipun memuncak yang pada akhirnya dunia terasa sangat-sangat indah melayang-layang dan sukar diutarakan yang ada hanya dirasakan. Pikiran ngeres saya ternyata terbaca oleh Dewi, dengan sedikit mesra tangannya menarik kepalaku dan membisikan sesuatu.

“Mas, coba dong masukin dari belakang, Dewi ingin coba sekali aja tapi pelan-pelan yah”.

Antara sadar dan tak sadar saya anggukan kepala tanda setuju. Karena badan saya sangat lelah saya istirahat sebentar dan membersikan sisa-sisa mani yang menempel pada kaki dan perut. Saya minum beberapa teguk minuman yang dihidangkan dikamar tamu, setelah rilek saya kembali kekamar, ternyata Dewi masih tergolek diatas tempat tidur dalam posisi tengkurap, wah inilah yang dinamakan lubang surga, terletak hanya kurang lebih tujuh centimeter antara lubang vagina dengan lubang anus. Saya berfikir mana yang lebih sempit, wah yang pasti lubang anus yang lebih sempit, tanpa basa-basi saya mainkan jari saya dengan sedikit ludah untuk pelicin kesekitar permukaan anusnya, Dewi terbangun dan merasakan adanya sesuatu yang lain dari pada yang lain, dan jariku terus menusuk nusuk lubang anusnya, saya tidak merasa jijik karena memang anus Dewi bersih dan terawat.

Dengan hati-hati saya masukkan kejantanan saya kedalam anusnya, susah sekali masukinnya karena memang punya saya besar dibagian kepalanya sedang Dewi anusnya masih sangat rapat, saya nggak abis akan saya ludahin agar licin, lama-lama kepala kemaluan saya masuk kedalam anusnya, Dewi menjerit kecil, saya tahan beberapa saat kemudia dengan rileks saya tekan setengah dan tarik kembali, begitu terus-enerus sehingga Dewi merasakan sensasi yang luar biasa.
“Mas kok enak sih, lain gitu dengan melalui vagina”.

Saya pun waktu itu baru merasakan lubang anus tuh seperti itu, menyedot dan hangat, hampir-hampir saya tidak kontrol untuk cepat-cepat keluar, dengan tarik nafas secara perlahan saya bisa kendalikan emosi saya sehingga permainan berjalan dengan waktu yang panjang, Dewi meringis dan bola matanya sebentar-bentar putih semua menandakan birahi yang sangat dahsyat.

Kemaluan saya semakin tegang dan berdenyut tanpa memberi tahu kepada Dewi saya semprotkan mani saya kedalam liang anusnya, Dewi kaget dan mengejan sehingga kemaluan saya seakan-akan disedot oleh jetpump kekuatan besar. saya tergeletak diatas punggungnya sambil memeluk perutnya yang indah, walaupun ada sedikir kerutan, karena memabg umur tidak bisa dikelabui, saya dan Dewi tertidur sejenak seakan melayang-layang di dunia lain. Kami bersetubuh dengan kemesraan hingga dua jam setengah sebanyak tiga ronde dipihak saya.

Saya lihat tatapan matanya mengandung kepuasan yang sangat dahsyat begitu pula saya sehingga membuat motivasi saya untuk bersetubuh dengan wanita-wanita setengah baya yang memang membutuhkan siraman biologis, karena wanita setengah baya secara teori sedang dalam puncak-puncaknya mengidamkan kepuasan birahi yang tinggi, istilahnya sedang mengalami fase puber kedua, apalagi bila sang suami tak memberikannya. Saya memang lebih menyukai wanita setengah baya dari pada ABG, karena wanita setengah baya mempunyai naluri kewanitaan yang besar sehingga dalam bersetubuh dapat saling memberikan respon yang sangat artistik bila dilakukan dengan mesra.

Setelah kami mandi kamipun bergegas untuk kembali pada tugas masing-masing, dari akhir pembicaraan saya dengannya, saya dipesankan agar merahasiakan hubungan ini, setelah itu saya diselipkan sehelai cek untuk konsultasi katanya. tanpa kwitansi dan tanda terima seperti biasanya bila terjadi transaksi. Sebenarnya saya tak tega mengambil cek tersebut, karena apa yang saya lakukan dengannya adalah sama-sama iklas sehingga hubungan menjadi sangat sangat sangat asyik masyuk, tapi saya pikir uang buat Dewi nggak masalah karena memang untuk biaya pengeluaran lebih kecil dari pada yang diterima dari suaminya, selain itu saya juga sedang memerlukan biaya untuk memperbaiki kendaraan saya yang secara kebetulan pada waktu itu sedang mengalami perbaikan mesin.

Setelah peristiwa itu saya masih terus dihubungi bila Dewi perlu, dan pernah saya dikenalkan dengan rekan-rekan yang senasib dan saya pernah dihubungi oleh teman-temanya dengan saling menjaga rahasia satu sama lain, tapi ceritanya tak jauh beda, yang jelas saya akan rahasiakan sampai akhir hayat.

Oke saya pikir cerita ini bukanlah membuka rahasia tapi hanya membagi pengalaman dalam dunia maya, dan lagi nama dan tempat adalah fiktif belaka, bila ada rekan-rekan yang berminat konsultasi dengan saya saya siapkan waktu, hubungi saya, selanjutnya terserah anda. Dan motto saya, kerahasiaan adalah segalanya buat hidup saya.

Kisah Taro – Hobiku Melayani Tante Girang

TAROSLOT Hobiku Melayani Tante Girang, Dikesempatan kali ini kami ingin membagikan sebuah cerita dari salah satu rekan kami yang pernah menjadi pemuas tante-tante. Pukul 20:00 WIB bel pintu rumah kontrakanku berdering, ketika itu aku di dapur sedang membuat mie rebus kesukaanku. Dengan berlari kecil menuju pintu depan, lalu aku membuka pintu, ternyata yang datang ke rumahku adalah Tante Rheisa berserta temannya, aku belum kenal siapa dia.

“Hi Juan.. apa kabar Sayang,” kata Tante Rheisa.
“Ooo Tante, Silakan masuk Tan,” balasku sambil mempersilakan mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu.
“Tan, maaf yach di tinggal dulu mo matiin kompor soalnya lagi masak mie nich..” kataku.
“Oh ya Juan.. silakan.” balasnya.

Seketika itu juga aku beranjak ke dapur. Dua menit kemudian aku kembali ke ruang tamu lagi. Lalu aku di kenalkan dengan temannya oleh Tante Rheisa.
“Juan, kenalin nich temen tante,” katanya.
“wulan..” katanya.
“Juan..” balasku.

Lalu terjadilah perbincangan antara kami bertiga, hingga akhirnya Tante Rheisa mengajakku untuk ML bersama-sama.
“Juan, puasin kita dong.. mau khan?” kata Tante Rheisa.
“Boleh.. kapan?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Yach sekarang dong.. masa tahun depan sich,” kata Tante Wulan.
“Juan.. Tante Rheisa udah cerita tentang kamu, dan Tante Wulan tertarik mau nyobain permainan kamu Juan,” katanya.

“Ah, Tante Wulan ini ada-ada aza,” candaku.

Kemudian aku berdiri menuju sofa, dan aku duduk di tengah-tengah mereka, tanganku mulai memegang dan meremas-remas payudara Tante Wulan dari luar bajunya, dan kulihat Tante Wulan mendesis, dan dia hanya diam saja sewaktu tanganku memainkan payudaranya.

Lalu aku mulai mencium bibirnya, bibirku dibalas oleh Tante Wulan dengan ganasnya. Lidah kami saling berpautan dan air ludah kami saling telan. Melihat aku dengan Tante Wulan sedang asyik bercumbu, tangan Tante Rheisa mulai bergerilya, meremas-remas batang kejantananku dari luar celanaku.

Tiga menit setelah aku selesai menikmati bibir dan aksi remasanku di payudara Tante Wulan, lalu aku mengajak mereka masuk ke dalam kamar tidurku. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku. Di dalam kamarku mereka berdua melepaskan pakaiannya masing-masing hingga bugil.

Alamak aku sempat tertegun melihat kedua tubuh mereka dan kedua payudara serta liang kewanitaan mereka yang indah itu. Payudara mereka sama besarnya, cuma perbedaan dari mereka adalah bulu kemaluannya, bulu kemaluan Tante Rheisa sangat lebat dan hitam, sedangkan kewanitaan Tante Wulan bersih tanpa bulu.

Setelah mereka bugil, lalu mereka melucuti seluruh pakaianku satu-persatu serta celanaku hingga bugil. Lalu aku naik ke atas tempat tidurku. Aku mengatur posisi, posisiku tiduran terlentang, Tante Wulan kusuruh naik ke atas wajahku dan berjongkok lalu aku mulai mejilat-jilat liang kewanitaannya dengan lidahku, sesekali jariku memainkan klitorisnya dan memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah itu, sedangnkan Tante Rheisa kusuruh mengerjai batang kejantananku.

Batang kejantananku di kocok-kocok, dijilat-jilat dan dikulum ke dalam mulutnya hingga semua batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat sekali ketika batang kejantananku dikenyot-kenyot oleh Tante Rheisa.

Selang 10 menit aku melihat Tante Rheisa mulai mengubah posisinya, dia berjongkok di atas selangkanganku dan batang kejantananku diarahkan ke liang kewanitaannya dengan tangannya dan.., “Bleesss.. bleesss..” masuklah batang kejantananku ke liang senggamanya dan terasa hangat dan sudah basah.

Lalu Tante Rheisa menaik-turunkan pantatnya, terdengar suara desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulut Tante Rheisa, “Hhhmm.. aaakkhh.. aaakkhh.. hmmm..” Tante Rheisa terus menaik-turunkan pantatnya dan sesekali memutar-mutar pantatnya.

Saat menikmati hangatnya liang kewanitaan Tante Rheisa, aku masih terus menjilat-jitat dan mengocok jariku ke liang kewanitaan Tante Wulan. Ketika sedang asyiknya menjilat liang kewanitaan Tante Wulan, lidahku merasakan suatu cairan kental yang keluar dari liang kewanitaan Tante Wulan, lalu kusedot dan kutelan air kenikmatan Tante Wulan itu dan kubersihkan liang kewanitaannya dengan lidahku.

Sepuluh menit kemudian kulihat Tante Rheisa sudah tidak tahan lagi dan akhirnya, “Crreeett.. crreeett..” air maninya mangalir deras membasahi batang kejantananku, seketika itu Tante Rheisa terkulai lemas di sampingku dan kini batang kejantananku sudah terlepas dari liang senggamanya.

Lalu aku mngubah posisi, kini Tante Wulan kusuruh menungging dan dari belakang kuarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, “Bleeeeesss.. bleeeeess…” aku mulai mengocok-ngocok batang kejantananku di liang kewanitaannya dari belakang, aku terus memaju-mundurkan batang kejantananku, sembari tanganku meremas-remas payudara yang menggantung dan bergoyang-goyang itu.

Rintihan nikmat pun terdengar dari mulutnya, “Aaaakhhh….. aaaakkkhhh….. terus sayang.. enak.. aaaakkkh…. hhhmmm..” Ketika batang kejantananku keluar masuk di liang kewanitaannya, di balas juga oleh Tante Wulan dangan memaju-mundurkan pantatnya.

Selang 20 menit aku merubah posisi lagi, kini kuatur posisi Tante Wulan tiduran terlentang lalu kuangkat kedua kakinya ke atas, kubuka lebar-lebar pahanya, lalu kuarahkan kembali batang kejantananku ke liang kewanitaannya dan.., “Bleeeess.. bleeeesss..” batang kenikmatanku masuk ke liang kewanitaannya lagi, aku mulai mamaju-mundurkan pinggulku.

Sepuluh menit kemudian dia sudah tidak tahan lagi ingin keluar, “Aaaakhhh…. aaaakhhh…. Say, Tante udah nggak tahan lagi pengen keluar..” rengeknya. “Juan belom mo keluar nich Tan.. kalo mo keluar keluarin aza,” kataku dan akhirnya, “Creet… creettt…. creettt…….” dia sudah mencapai puncak kenikmatannya. Dan dia pun terlihat lelah karena puas.

Karena aku belum mencapai puncak kenikmatan lalu aku merubah posisi dengan gaya “side to side”, (satu kaki Tante Wulan diangkat ke atas sedangkan kaki satunya tidak diangkat, sedangkan posisi tubuh miring).

Kukocok-kocokkan batang kejantananku dengan tempo sedang di liang senggamanya, dan 20 menit kemudian aku merasakan sepertinya aku akan menemui puncak kenikmatan, lalu aku mempercepat gerakanku, kukocok dengan tempo cepat dan agak kasar di liang kewanitaannya dan terdengar rintihan kesakitan dan rasa nikmat yang terdengar dari mulutnya.

“Ouuuw….. aaahhkkk….. aaaaaakkhhh…. aakhhh..” kemudian kucabut dan kuarahkan batang kejantananku ke wajah Tante Wulan dan, “Creet.. creett.. creeett..” spermaku muncrat di wajahnya. Lalu batang kejantananku kuarahkan ke mulutnya minta di bersihkan oleh tante Wulan dengan lidah nya dan aku pun terkulai lemas di tengah kedua tante itu.

Lima belas menit setelah mengatur nafas dan melihat kemolekan kedua tubuh tante itu, batang kejantananku sudah mulai berdiri lagi dan mengeras. Kini sasaranku adalah tante Rheisa, kuangkat tubuh tante monica dan aku menyuruhnya menungging.

Kemudian batang kejantananku kuarahkan ke lubang pantatnya dan…… ” Bleeessss……bleesssss…” Batang kejantananku sudah masuk ke dalam lubang bokongnya, aku mulai mengocok-ngocok kembali batang kejantananku di bokongnya. “aaaaaaakkkhhhhh…… aaaaahhhhh……oooohhh……hhhhhhmmm……. ” Cuma itu yang keluar dari mulut tante Rheisa saat aku menusuk-nusuk pantatnya.

Selang 5 menit aku kembali merubah posisi, aku duduk di pinggir ranjang dan tante Rheisa duduk di atas selangkanganku menghadapku. Lalu…. ” Blleeeesss……. bleeeessss…” kini batang kejantananku bukan di lubang bokongnya lagi namun sudah masuk ke liang kewanitaannya.

Tante Rheisa mulai menaik-naikkan bokongnya di atas selangkanganku dan sambil menikmati gerakan dari posisi itu, aku meremas-remas kedua payudara dan kusedot-sedot bergantian. Kugigit-gigit puting susunya dan dari payudara itu keluar suatu cairan dari putingnya.

Ternyata yang keluar itu adalah air susunya, langsung saja kusedot dan rasanya nikmat sekali. Ketika aku menyedot air susunya semakin kuat desahan yang di keluarkan tante Rheisa, setengah jam kemudian kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan dan…..” Crrrooootttt…..crrooooott…croot..”
Kami berdua keluar dan terkulai lemas di tempat tidur dengan batang kejantananku yang masih menancap di liang kewanitaannya.

Kami bertiga akhirnya tertidur kelelahan, keesokan paginya kami pun melakukan hubungan lagi bertiga di kamar tidur maupun di kamar mandi saat kami mandi bersama. Setelah permainan dan mandi bersama itu selesai, kemudian kedua tante itu pun pulang.

Keesokan harinya semakin banyak saja tante-tante girang yang ku layani, terlebih lagi karena pengalaman permainanku yang sangat memuaskan mereka dan terasa nikmat.

Kisah Taro – Melayani 2 Tante Kesepian Hypersex

TAROSLOT Melayani 2 tante Kesepian Hypersex, Mataku sungguh susah untuk memejamkam mata karena masih terbayang tubuh Mba Mbak Zizi yang seksi dan amoy rasanay jika melihat payudaranya ingin aku remas karena gemas, sungguh besar dan menonjol, Mba Zizi adalah tetangga yang aku idolakan, sudahlah untuk mengahayalku malam ini, aku sudah mengantuk dan ingin tidur semoga bisa mimpi bersama Mbak Zizi.


Matahari tlah terbit,aku terbangun oleh gaduhnya suasana didepan kontrakanku..kucoba untuk bangun dari tmpat tidurku untuk sekedar mengetahui, kucoba untuk mengintip dari celah gorden kaca depan,ternyata mbak Mbak Zizi baru datang..dan eh siapa itu..oo ternyata teman mbak Zizi..
Aku kembali ketempat tidurku,baru beberapa langkah ..pintu diketuk seseorang “ amzar..amzar kamu sudah bangun.?” Suara itu tak lain adalah suara Mbak Zizi.
“iya ..Mbak.” kataku kemudian aku melangkah kedepan pintu dan kubuka pintu .
” ada apa mbak?”kataku
“ kamu hari ini ada rencana mau jalan gak?” katanya..
”kayanya gak ,mbak..kenapa” kataku,
“ bisa temanin kami gak..itu temanku mau ngajak jalan-jalan keLoksado..”katanya,
“kapan, hari ini?”kataku..
”tahun depan..ya hari ini lah..rencananya kami mau nginap disana”katanya lagi sambil tersenyum.
” Ok ..aku mandi dulu ya mbak..”kataku..
”ya sudah kami tunggu kamu..jangan lama-lama “ katanya” ok mbak..”kataku sambil berlalu.
Setelah semua siap kami berangkat menuju tempat wisata Loksado,di perjalan kami hanya bertiga aku nyetir dan mbak Mbak Zizi dan temannya duduk diibelakang .mereka asik bercanda dan pembicaraan mereka mengarah pembicaraan sex..aku hanya senyum-senyum aja melihat tingkah laku mereka..
kadang-kadang mbakZizi tersenyum padaku..o iya nama teman mbakZizi ini Devi..orangnya gak kalah cantiknya sama mbak Zizi ..
toketnya lumayan gede tapi yang bikin berbeda sama mbak Zizi adalah pantatnya yang besar,sesekali aku melirik dari kaca ..pikiranku sudah kemana-mana memikirkan apa yang akan terjadi di sana.

Satu jam sudah perjalan menuju Loksado akhirnya kami sampai di tempat wisata tersebut..dan langsung memesan kamar penginapan yang ada disana.”mbak , mau berapa kamar..dua?kataku..
berdua saja gak papakan..?”katanya
“gak papalah..malah aku senang..”sambil tersenyum..terus aku ngambil kunci kamar ,,dan masuk kamar yang sudah tersedia diikuti oleh mbak Mbak Zizi dan mbak devi..
kubuka pintu kamar dan memasukan barang bawaan kami..mereka langsung merebahkan diri di kasur yang empuk..
” eh cape banget nih di, mau gak pijitin aku” kata mbak Mbak Zizi..
”boleh, apanya yang dipijit..mbak..?” kataku “punggunku rasanya pegel banget di “ katanya sambil membuka baju nya..dan kini dia hanya pakai BH..


”ok ..mbak..” aku mulai memijit dari pundaknya..pijitannku kulakukan sebaik mungkin
“ ooh di pijitanmu enak banget ,,rasanya urat-urat pada pundakku yang tdi tegang sudah rada enakan,di kalo Bhnya ngalangin pijitan kamu ..buka aja .gpp kok”katanya..
dengan cepat kelepaskan bhnya dari tubuh mbak Mbak Zizi..dari pundak pijitanku kuturunkan kepunggung mbak namun sesekali tanganku menyentuh pinggiran gundukan gunung kembar yang masih padat dan kencang..
”eeh amzar tangan kamu nakal,ya..”katanya manja..
”tapi suka kan mbak” kataku..dan tanganku masih memijat punggungnya..
”iya sih abis pijitan kamu enak bgt ,di”
“mau yang lebih enak lagi ya mbak?” kataku dan tanganku sudah ada di gundukan kembar itu dan sambil meremas gundukan itu terdengar ritihan kecil dari mulut dia”ooh di enak bgt remasan kamu..ooh di terus di
“rintihnya..kemudian dia membalikan badan dan telentang dan tampaklah bukit kembar yang mempesona di hadapanku dan langsung saja kulumat gundukan itu dan diapun mengelinjang ” ouuh di ..lumat terus isep yang kecang di..ouuhh nikmat banget .
”mulutku kuturunkan kebawah dan akhirnya sampai kesela-sela selangkangannya..dan mulai kujulurkan lidahku diantara belahan memeknya yang bersih..
”ouuhhh..diii….nikmat baget ya terus terus dii jilat terus ..ya yang itu di nikmat banget…ouuhh…oouughh….dii…aku hmapir gak tahan dii aku mau keluar…
”tubuhnya mengejang ngejang…dan akhirnya..
menyeburlah cairan bening dari dalam memeknya dengan derasnya dan membasahi muka ku..dan dengan besemangat aku jilat sampai licin cairan itu…
” ouuh di..nikmat banget,kamu pintar sekali menjilatnya..” katanya tersenyum..
Mbak devi yang dari tadi memperhatikan kami hanya senyum-senyum.dan akhirnya dia mendekat kekami dan dia melepaskanseuruh pakainanya sampai bugil..dan ak terpana akan bodynya yang aduhai..
”boleh aku ikutan” katanya” gabung aja ta..”kata mbak Mbak Zizi..” di sekarang giliran kamu..langsung saja mbak Mbak Zizi meraih kontolku yang sedari tadi sudah tegak berdiri di lumatnya dengan ganas tak ketinggalan biji nya dijilat dan di emutnya..
”oohhh mbak ..enak bgt “aku hanya bisa terpejam meninkmati jilatan dan isapan mltnya..dan mbak devi sekarang sudah ada di hadapanku sampil mengarahkan memeknya di hadapan mukaku dan langsung saja kuisep dankujilat memek itu…oohh dii…enak bgt nikmat bgt dii…oohhh..terus di” mbak devi meracau..

Baca Juga : Sbobet Online, Judi Bola, Bandar Togel, Bandar Slot Terbesar , Bandar Slot Terbesar
”mbak..memek kamu enak banget,ooh “ memek itu terasa legit dan aku menjilatnya samapi puas …” di..aku gak tahan lagi, maikan sodokan kontolmu ke memek ku di..” kata mbakZizi..aku merubah posisi sekarang aku telentang dan mbakMbak Zizi siap mengangkagi aku dan menuntun kontolku ke lobang kenikmatannya dan akhirnya masuklah kontolku ke lobang itu.
”uoohh di nikmat …punyamu keras banget di..dia sambil menaik turunkan tubuhnya..dengan cepat dan sesekali dia gayangkan dan terasa kontolku terputar-putar, tak lama kemudian dia mengejang tubuhnya kelojotan kaya cacing kepanasan “ di aku gak tahan lagi..mau keluar dii.. uooohhhgg nikmat ..di terasa ada yang berdenyut denyut memijit kontolku..sementara itu aku masih asik mengisap memek mabak devi.”
Di sekarang giliranku ,sodokan punya kamu di aku sudah gak tahan nih..”mbak Mbak Zizi tergolek lemas di samping kami..dan mbak devi siap menerima sodokanku dengan gaya nungging..dan kuarahkan kontolku ke lobangnya dan “ bless” masuklah semua kedalam memeknya dan mulai ku genjot secara pelan pelan dan sesekali ku goyangkan kontolku dalam
“ oohhh di..nikmat banget…kontolmu bisa bergerak dalam memekku..oggghhhh nikamat iya terus di sodok yang kencang..”memek mbak juga nikmat banget..”kataku..tidak berapa lama” dii..aku sudah mau keluar..di kamu masih lama kah.”

Katanya” iya, mba tapi kalo mbak mau saya keluarin sekarang ayo juga” ok di kita bareng keluarnya ya…” he eh mba” sodokanku kupercepat
“ di..sekarang dii…ooohhhggghhh…aku keluar..nikmat di..ouuhhh “ terasa hangat cairan yang keluar dari dalam lobang memek itu” iya mbak sebentar lagi sodokanku semakin kupercepat dan akhirnya” oooohhhhgg mbak aku mau keluar.di keluarin dimana mbak..?”
“Di luar aja di..aku ingin minumpejuh kamu” katanya..dan kucabut kontolku dari dalam memeknya dan dia langsung mengulum dan mengisap dengan buasnya..” iya mbak…aku keluar..croot croot dan tumpahlahpejuhku dalam mulutnya dan ditelannya sampai habis..”
pejuh kamu enak banget di..banyak lagi..sampai luber di mulutku..”katanya sambil terus sibuk menjilat sisa mani yang masih ada sampai bersih..
Akhirnya kami tertidur bersama dan tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami bertiga..