Viral Kisah perjuangan seorang guru yang mengajar di daerah terpencil PIKIRKAN NASIB MURID KASIHAN .
Ketika seorang guru di tugaskan di daerah terpencil. Awalnya guru itu mengeluh dan menolak halus untuk mengajar di sana. Namun, kini justru kebalikannya, ia sudah ikhlas mengabdi.
Lalu, bagaimana kisah lengkapnya? Cobalotto02
Seorang guru yang bernama Waka Kesiswaan Dian Widiawati, guru yang mengajar di daerah terpencil di Madiun, tepatnya di SMPN Satu Atap Gemarang.
SMPN Satu Atap Gemarang berlokasi di Dusun Tungu, Desa Batok, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun.
Sekolah ini berada di lereng Gunung Wilis.
Jika di lihat atau di jalan kan sesuai GPS, jarak SMPN Satu Atam dengan Caruban, mencapai 35 menit. Dan bukan hanya itu, Jarak dari kota ke madiun di butuhkan. Waktu sekitar 50 sampai 70 menit,
Dengan mengendarai sepeda motor.
Waka Kesiswaan Dian Widiawati, mengungkapkan suka dukanya selama mengajar di sekolah tersebut sejak 2011. Cobalotto02
Waka Kesiswaan Dian Widiawati. Awal nya dia sangat mengeluh, karena jarak yang ia akan tempuh sangat jauh.
Dan dia sudah pikirkan, bahwa itu yang akan dia jalani selama bertahun tahun.
Namun, menurutnya hal itu adalah manusiawi.
Seiring berjalannya waktu, Dian pun menjalani semuanya.
“Awal penempatan di sini saya sempat mengeluh, tapi itu manusiawi. Seiring Berjalan nya waktu, Dian mulai merasa simpati pada murid.
Hingga jarak bukan lah masalah lagi baginya.
Dia mengeluh di karenakan dia bukan warga asli setempat, Dia banyak memikirkan konsekuensinya.
Namun seiring berjalannya waktu, Dan warga setempat juga sangat baik dan ramah.
Ibu dua anak itu berasal dari Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk.
Setiap hari ia pulang pergi dari rumah ke sekolah, perjalannnya sekitar satu jam.
“Rumah saya Nganjuk, saya pulang pergi setiap hari, kurang lebih lama perjalanan sekitar satu jam. Karena sering lewat, saya sampai hafal jalan mana yang berlubang,” tuturnya. Cobalotto02
Bukan hanya jarak, Namun jalan menuju sekolah nya juga sangat ekstrim, Dia harus berjalan di tepian gunung.
Bahkan, pernah ban sepeda motor yang ia tumpangi bocor di tengah perjalanan.
“Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB. Sampai di sekolah 07.30 WIB. Pernah bocor, karena tidak ada tambal ban saya menuntun, alhamdulillah saat itu ditolong teman saya memanggil montir,” bebernya.
Ia mengatakan. Dia melakukan pendekatan dengan para murid dengan kultur budaya setempat. Cobalotto02
Dan juga ia kerap mengundang ibu murid untuk perkenalan lebih lanjut.
Perlahan lahan, lanjut Dian, munculah ikatan batin yang kuat. Bahkan, ibu dua anak ini juga muncul pemikiran yang berbeda.
Ia merasa tak tega unuk meninggal sekolah dan anak-anak hingga memikirkan nasib anak didiknya tersebut.
“Jika seandainya meninggalkan sekolah ini, timbul kasihan untuk anak-anak, tentang kebutuhan pendidikan mereka nanti gimana. Karena rumah mereka jauh,” ucapnya.
Menurutnya, jumlah total murid dari kelas 7 sampai dengan 9 sebanyak 23 siswa. Sedangkan jumlah guru hanya 6 orang. Otomatis, mau tidak mau harus merangkap jabatan. Cobalotto02
“Saya merangkap dari Waka Kurikulum, Guru IPA, sama Operator PIP. Kalau gaji jumlahnya sama, tidak ada insentif tambahan,” terangnya.
SMPN Satu Atap Gemarang, lanjut Dian, sudah berdiri sejak tahun 2007. Jumlah peserta didik paling banyak yang dimiliki sekolah tersebut hanya sekitar 50 siswa, pada tahun ajaran 2012/2013.
Diketahui, jumlah itupun terus berkurang dari tahun ke tahun, seiring hilang atau berkurangnya fasilitas yang ada di sekolah tersebut.
“Saya yakin semua bapak ibu guru yang baru ditempatkan sini, pasti akan merasa keberatan. Tapi karena sudah merasakan bertahun-tahun, akhirnya ya sudah kayak menyatu dengan masyarakat sama anak-anak sini,” kata Dian.
Dian berpesan, jika naluri sebagai seorang guru sudah terketuk, ditempatkan dimanapun akan berusaha menjalankan semuanya dengan ikhlas.
“Lambat laun pasti menemukan sesuatu hal yang tertancap di dalam benak pribadi. Lalu untuk anak anak, motivasi lebih ditingkatkan, bahwasanya manfaatkan kesempatan untuk sekolah demi memenuhi kebutuhan pendidikan demi meraih cita cita setinggi mungkin,” pungkasnya
Cobalotto02
