KASIR4D – kali ini Mimin akan cerita pengalaman horor pulang makan membaca dengan seksama y
Pengalaman Horor Pulang Makan
Aneh motor terasa berat, eh ternyata kuntilanak ikut bonceng.
Malam betul saya pulang hari ini.
Tentu, setelah menyempatkan makan di angkringan sebelum belokan menuju kontrakan saya memilih berkendara dengan kecepatan sedang.
Di kiri kanan jalan pohon-pohon besar berjejer. Saya agak merinding.
Tetapi karena saya berusaha tidak memikirkan hal-hal mistis, akhirnya saya tetap tidak merasa khawatir ataupun takut.
Setelah belokan kedua, ada tempat penyimpanan gamelan.
Saya tidak paham betul, tetapi menurut cerita teman-teman kadang ketika jam menunjukkan lebih pukul satu maka akan ada suara samar gamelan yang ditabuh.
Tempat itu menyerupai bangunan tua sisa nenek moyang jawa. Saya merinding.
Hawanya tiba-tiba berbeda.
Tetapi saya berpikir sederhana, mana mungkin jika memang ada hantu atau sosok mistis yang menghadang dan berbicara akan saya tanggapi.
Jujur, meski sudah dua tahun lebih di kota Yoguakarta ini, saya sangat tidak paham bahasa jawa.
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
Mungkin saja nanti ketika saya gertak pakai bahasa daerah saya maka mereka akan lari terbirit-birit.
Mungkin saja mereka akan menganggap itu sebuah doa.
Akhirnya, saya tertawa geli.
Sebetulnya saya lakukan itu untuk merawat kesadaran sekaligus keberanian.
Tetap dengan kecepatan sedang, saya memacu motor hingga sampai ke kontrakan.
Tetapi anehnya, saya merasakan motor saya lebih berat tarikannya tetapi saya tetap merasa tidak peduli.
Akhirnya saya parkirkan motor lalu masuk kontrakan.
Setelah itu saya merebahkan diri sebentar lalu pergi ke kamar mandi membersihkan badan.
Tepat saat saya mengguyur badan, samar-samar ada suara gamelan. Buru-buru saya keluar dan masuk kamar.
Baca Juga: Bahar Smith ditembak orang tak dikenal di Kemang Bogor, polisi masih mendalami kasusnya
Lalu tiba-tiba pacar saya menelpon.
“Mas, kamu tadi bonceng kuntilanak ya?”
“Eh, maksudnya?”
“Dari tadi Kuntilanak membuntutimu, Mas. Sekarang sedang duduk di dahan pohon mangga depan kontrakan.”
Seketika wajah saya pias dan lama-lama berteriak karena takut.