KASIR4D – kali ini Mimin akan cerita misteri penjual dawet kita membaca dengan seksama ya
Cerita Misteri Penjual Dawet
tentang sosok misterius di Jembatan Mirit pembeli dawet itu tiba-tiba menghilang.
Tugi tak lagi bisa tersenyum, ini sudah kali ketiga dagangannya sepi pembeli. Tak ada seorang pun yang berniat membeli cendolnya. Padahal Tugi juga tak kurang ikhtiar.
Sepanjang malam ia berdoa memohon limpahan rizki kepada Sang Pencipta. Entah apa yang terjadi, sejak tadi orang-orang hanya berlalu begitu saja. Padahal dawetnya terkenal enak, murah dan banyak.
Biasanya selalu habis tak tersisa sedikit pun. Dawet Tugi berbeda dengan dawet pada umumnya.
Dawet dengan warna hitam dengan tekstur kenyal serta berpadu dengan manisnya t
Bahkan sudah tersohor hingga luar kota. Tak heran ketika lebaran ataupun libur sekolah tiba banyak pembeli yang melarisi dagangannya.
Bertahun-tahun Tugi menjadi penjual dawet tak pernah ia mendapati keadaan demikian. Padahal selama ini segala kebutuhan hidupnya bergantung pada hasil penjualannya.
Kini ia harus memutar otaknya agar bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sampai detik ini
sesungguhnya Tugi tidak ingin menyerah namun apalah daya jika hari ini jualannya tidak laku ia tak ada lagi modal untuk berjualan.
Ia terpaksa menyudahi usaha dawet yang telah di rintis keluarganya puluhan tahun yang lalu. Sesungguhnya berat bagi Tugi mendapati keadaan demikian.
Namun apalah daya Tugi harus tetep menjadi tulang punggung keluarga terlebih ayahnya kini sakit-sakitan. Mungkin ia akan mencoba peruntungan menjadi kuli bangunan jika terpaksa ia harus berhenti berdagang.
“Maaf Mas saya sedang batuk.”
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
Hari mulai sore Tugi hanya bisa mengelus dada. Tatapan matanya mulai kosong ia merenungi nasib hidupnya yang tragis.
Matanya kini tertuju pada sungai di bawah jembatan tempatnya ia berdiri. Lumayan curam dan arus yang deras. Nampak beberapa orang sedang memancing. Ia pun tak hentinya merapal doa.
“Dawet lima di bungkus jangan terlalu manis” pinta seorang pembeli.
Senyum lebar di wajah Tugi mulai nampak. Setelah berhari-hari dagangannya tidak laku akhirnya kini ada yang membeli. Ia pun tak henti-hentinya mengucap syukur.
Ketika hendak akan memberikan dawet anehnya pembeli tersebut tiba-tiba menghilang. Alangkah terkejutnya Tugi, jantungnya berdegub lebih cepat bulu kuduknya pun bergidik.
Pasalnya tak di dapati seorang pun di sana. Jalanan pun nampak sepi, matahari pun
tak lagi nampak.
Ketika Tugi akan memberikan dawet, anehnya pembeli tersebut tiba-tiba menghilang. Alangkah terkejutnya Tugi, jantungnya berdegub lebih cepat bulu kuduknya pun bergidik. Pasalnya tak di dapati seorang pun di sana.
Jalanan pun nampak sepi, matahari pun tak lagi nampak. Guratan senja di caakrawaala semakin terlihat jelas. Tanpa penerangan, sepanjang jembatan nampak remang-remang.
Belum dapat ia memecahkan misteri menghilangnya seorang kakek, kini ia di kejutkan dengan puluhan orang yang menyerbu dawetnya.
Para rombongan wisatawan berbondong-bondong membeli dagangannya. Tak lama kemudian datang lagi mobil pengiring pengantin yang tak sengaja melintas jalan tersebut karena tersasar.
Belum selesai melayani pembeli datang lagi rombongan anak SMA pulang berkegiatan. Satu sisi Tugi senang namun di sisi lain seperti ada yang janggal.
Dagangannya pun terjual habis tak tersisa. Tugi masih berpikir keras perihal kejadian yang menimpanya seperti tidak masuk akal.
Jalanan pun kembali senyap tak ada cahaya lampu yang menyoroti sepanjang perjalanan pulang. Tugi pun kian mempercepat langkahnya.
Remang-remang malam semakin membuatnya ketakutan. Tak jauh dari tempatnya berjualan terdapat sebuah surau. Selepas
sholat ia beristirahat sejenak.
“Sepertinya dagangannya laku keras” ucap takmir masjid.
“Alhamdulillah Pak, akhirnya saya bisa berjualan lagi.”
“Akhirnya doa mas Tugi selama ini terwujud.”
“Saya juga sempat tidak percaya dagangan saya bisa habis tak tersisa padahal sudah tiga hari ini tak ada seorang pun yang membeli.”
“Itulah rezeki tak terduga selagi berusaha dan berdoa pasti ada jalannya.”
“Padahal saya sempat berpikir jika dagangan saya hari ini tidak laku saya akan berhenti jualan karena tak ada modal biaya tapi Allah berkehendak lain.”
“Semoga besok dagangannya laris.”
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
Tugi pun segera meneruskan perjalananya pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan ia masih memikirkan kejadian aneh yang menimpanya.
Selepas seorang kakek yang hendak membeli dagangannya tiba-tiba menghilang tiba-tiba saja ia di serbu pembeli.
Sepertinya ia tidak asing dengan kakek tersebut. Sepanjang malam ia terbayang-bayang kekek tersebut.
Keesokan harinya Tugi kembali bergegas menyiapkan dagangannya. Dari kejauhan sudah nampak kerumunan orang berdiri di jembatan. Tugi pun mempercepat langkahnya.
Tak di sangka ternyata mereka ingin membeli dawet Tugi. Bus pariwisata pun mulai berdatangan. Orang-orang berkerumun mengelilingi dagangan Tugi. Ia sampai kewalahan.
Dalam sekejap dagangannya habis. Tugi pun tak henti-hentinya mengucap syukur meskipun dalam hati kecilnya ia merasakan kejanggalan.
Sepanjang perjalanan pulang ia masih saja terbayang wajah kakek misterius yang ia temui kemarin. Seketika ia ingat siapa kakek tersebut. Wajahnya mirip salah seorang langganan dawet ketika ia masih remaja.
Sejak remaja Tugi sudah membantu ayahnya berjualan. Ia pun segera pergi ke rumah ayahnya dan menceritakan hal tersebut.
Setelah menceritakan kejadian tersebut, Tugi dan ayahnya berniat mendatangi rumah pelanggan dawet. Sesampainya di rumah mereka bertemu dengan istrinya yang sudah berumur 85 tahun.
Wajahnya tentu sudah jauh berbeda, rambut kini sudah memutih. Tugi dan ayahnya hampir tidak mengenalinya. Dahulu Mbah Yem dan suaminya merupakan pelanggan setia.
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
Setelah pulang dari sawah kerap mampir untuk melepas dahaga dan bercengkrama. Mbah Yem pun menyambut baik kehadiran mereka. Betapa terkejutnya mendengar cerita yang di sampaikan Tugi.
Mbah Yem turut merasa senang usaha dawetnya tidak jadi gulung tikar. Ia pun mengajak Tugi dan ayahnya menemui Mbah Kliwon.
Tugi dan Ayahnya hanya terdiam dan saling memandang. Tubuh Tugi pun lemas seketika. Bulu kuduknya kembali bergidik. Surup-surp ia dapati sebuah batu nisan bernama Mbah Kliwon.
Ternyata Mbah Kliwon sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Antara percaya dan tidak tentang kejadian yang menimpanya, nyatanya yang ia lihat tempo hari tiada lain adalah Mbah Kliwon.
Ia pun tak henti-hentinya merapal doa. Malam ini tepat kepergian Mbah Kliwon. Semasa hidupnya beliau di kenal dermawan.
Ia kerap membagikan dawet yang di beli kepada rekan-rekannya. Kedermawanannya itulah membuat sosok Mbah Kliwon di kenal banyak orang.