KASIR4D – Cerita kali ini Mimin akan menceritakan cerita misteri pesugian air mayat. Yuk mari kita membaca dengan seksama ya
Misteri Pesugian Air Mayat
hatinya itu dengan perasaan yang sulit untuk di ungkapkan.
Gusar, kangen, salah tingkah, semua jadi satu.
Saat ia naik, dan kendaraan roda dua itu mulai bergerak, Rima dengan tangan bergetar meraih ujung baju Galang, berpegangan. Ia tidak ingin seperti dulu, bagaimana pun ia harus menjaga hatinya yang takut untuk terluka.
“Rim, aku sebenarnya mau cerita, sudah beberapa kali aku seperti bermimpi bertemu dengan Murni, tapi… terasa seperti nyata. Kamu tahu? mimpi terakhir aku mendapati lendir berbau anyir di kasurku, persis seperti bau yang aku rasakan saat berhadapan dengan hantu Murni,” papar Galang tanpa rasa sungkan.
Kening Rima mengernyit. Ia yang semula tampak menjaga jarak, seolah kehilangan inginnya itu, dan begitu saja menjawab Galang.
“Sampai sekarang jasad calon istrimu itu belum di temukan? apa itu caranya meminta tolong, Lang?”
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
“Sepertinya memang begitu, Rim, tapi setiap aku mau tanya lebih lanjut, dia pasti menghilang. Kan tambah sulit, mana ga ada petunjuk lagi.”
“Nanya? kamu ga takut, Lang?”
“Ga, sih. Bagaimana pun dia sosok yang pernah sangat aku cintai, aku cuma ingin jasadnya ketemu. Itu aja,” jawab Galang santai.
Rima mengangguk meskipun itu tidak terlihat oleh Galang, dia mencoba menepis rasa cemburu yang tiba-tiba hadir di dalam hatinya.
“Rim … Kamu kenapa, Rim? Kok sepertinya ngejauh dari aku, aku ada salah sama kamu, ya, Rim.”
Rima diam, lalu mengalihkan pembicaraan. “Maaf ya, Lang, hari ini aku terpaksa nyusahin kamu, soalnya aku benar-benar takut, Lang, dan cuma sama kamu aku bisa jujur.”
“Kamu takut kenapa, Rim?” tanya pemuda berahang tegas itu dengan pandangan fokus masih ke arah jalan.
Ia lalu membelokkan motornya ke suatu tempat, dan menepi. Membuat Rima hati bertanya-tanya.
“Kita ngopi sebentar di warung itu, yuk. Gak enak ngobrol di motor,” kata Galang yang kemudian diangguki oleh Rima.
Setelah Turun Dari Motor, Mereka Lalu Berjalan
Ke arah warung yang berada di pinggir jalan. Warung berdinding papan dengan atap daun rumbia.
Seorang wanita tua menyambut kedatangan mereka dengan senyum merekah.
“Mau minum apa, Nduk?” tanyanya seraya menunjukkan rentengan minuman kemasan yang berjajar rapi di gantungan.
“Yang ini aja, Bu, dua.” Rima menunjuk salah satu sachetan.
“Monggo lenggah, Nduk.” Wanita itu mempersilahkan Rima dan Galang duduk di bangku panjang menghadap ke arah warungnya.
“Tunggu, Rim.”
Galang duduk terlebih dahulu, dan mengibaskan tangannya ke arah bangku sebelum Rima duduk di situ.
Melihat perlakuan Galang itu, hati Rima mencelos. Siapa wanita yang tidak luluh mendapat perhatian dari seorang laki-laki perhatian seperti Galang?
“Dah bersih, duduk sini, Rim.”
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
Rima duduk sambil nyeletuk,” kamu begini dengan semua cewek ya, Lang. Lain kali jangan begitu, nanti ceweknya melty dan baper.”
Kening Galang mengernyit dan menatap sekilas ke arah Rima yang duduk menghadap warung dan menatap isi warung sederhana yang mereka singgahi siang itu.
“Ga kok, Rim. Aku begini cuma sama kamu dan Murni. Sekarang Murni ga ada, aku ga punya teman cewek selain kamu.”
Degh!
Rima diam. Lagi-lagi ucapan Galang membuat jantungnya bersenandung riang. Namun, Rima cepat tersadar. Ia cuma dianggap teman, tidak spesial.
“Lang, aku mau lihat, dong, foto Murni. Apa kamu masih simpan?” tanya Rima sembari menerima gelas berisi kopi instan yang ia pesan.
“Terima kasih, Bu.”
“Sami-sami, Nduk.”
Galang Merogoh Kantong Dan Meraih Dompetnya
Tangannya mulai begrilya saat dompet ia buka. Ia lalu menjumput foto kecil dari sela benda berwarna coklat tua itu dan memberikannya kepada Rima.
“Ini, Rim.” Saat Rima menerima, Galang meraih gelas dan meniup-niup permukaannya pelan, lalu mulai menyeruput isinya perlahan. Rasa legit dan pahit berbaur dengan air hangat mengaliri tenggorokannya.
Suasana siang menjelang sore itu terasa syahdu, sejenak ia bisa melupakan sedikit luka batinnya karena ditinggal Murni saat menikmati kopi, ditemani sahabat serta sapuan angin sepoi-sepoi di bawah atap daun rumbia, dan dilindungi pepohonan tinggi berdaun lebat di atasnya.
Sedangkan Rima, menatap nanar foto gadis yang berpose sedikit mesra dengan Galang. Rasa iri kian menyergap batinnya. Ia berandai-andai berada di posisi gadis itu. Pastilah ia akan sangat bahagia.
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
‘ Astaga! apa yang aku pikirkan? kenapa aku sakit hati dengan orang yang sudah meninggal?’ batin Rima. Gadis itu mengusap wajahnya kasar. Galang yang tak sengaja menoleh ke arahnya, terlihat heran.
“Kamu kenapa, Rim?”
“Ah, nggak–nggak apa-apa, Lang.”
Saat itu, mereka bertukar cerita. Suasana hati Rima kembali membaik. Meskipun ia harus menyembunyikan perasaan itu, perasaan suka yang kian tumbuh. Tidak mengapa, meskipun bertepuk sebelah tangan, asal Galang bisa terus ada di sampingnya.
***
“Kamu berhenti, Tin? kenapa?” tanya Rima siang itu saat mereka bergantian waktu makan. Keadaan warung yang selalu ramai membuat mereka harus bergantian untuk makan di belakang.
Kustini menatap temannya sendu dan mengangguk.
“Ga tau, Abah suruh berhenti kerja. Katanya kerja di sini bahaya, dan aku ga tahu alasannya,” sahut Tini dengan wajah tertunduk lemas. Ia mengemasi alat makannya dan mengangkat tubuhnya.
“Sayang ya, Tin. Padahal gajinya gede,” Rima menanggapi.
“Ya, gimana lagi. Kamu hati-hati, ya, Rim. Aku selalu merinding kalau di belakang
Seorang Diri. Ada Yang Aneh Di Ruangan Itu
Tapi entah apa. Kadang ada bau bangkai, tapi lebih sering tercium bau garu. Wanginya bikin takut,” bisik Tinti dengan suara tertahan, takut jika terdengar orang.
Rima hanya mengangguk. Ia pun merasakan hal yang sama. Selama tidak mengganggu, ia berusaha menepis prasangka. Kalaupun terjadi sesuatu yang aneh, bukankah mereka memang hidup berdampingan?
Tini memeluk tubuh Rima beberapa saat. ” Aku pamit, ya, Rim. Hari ini hari terakhir aku kerja, tadi juga sudah pamit sama Mbak Iis,” ucapnya diiringi isakan. Rima menatap ke arah Tini saat wanita itu mengurai pelukannya. Ia lalu mengusap air mata temannya dan berusaha menenangkannya.
“Kamu pasti dapat kerjaan lebih baik, Tin. Semangat, komunikasi jangan putus, ya. Janji?”
“Janji, Rim. Aku kedepan dulu, ya.”
Rima merespon dengan senyum. Ia menatap Tini yang melangkah ke arah depan dan kembali mengalihkan pandangannya pada meja dan bangku kayu tempat mereka menikmati makan siang.
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
Seperti yang Tini ucapkan, tempat mereka makan bersebelahan dengan ruangan rahasia yang selalu terkunci. Terkadang aroma bangkai memang tercium, tapi hanya sebentar, berganti dengan bau garu begitu bos perempuan mereka masuk. Entah apa yang ada di ruangan itu, tapi saat bau itu tercium, selera makan hilang seketika.
Baru saja ia duduk dan membuka bekal, terdengar bunyi derit pintu terbuka. Rima menoleh dan melihat sekilas bos perempuannya keluar dari ruangan itu dengan buru-buru.
Rima mencoba acuh, tapi saat ia akan mengalihkan pandangannya, tanpa sengaja ekor matanya menangkap sesuatu. Seorang gadis turut keluar dari ruangan mengikuti bos perempuannya itu.
Rima tertegun, karena wajah gadis itu seolah tak asing dan seperti pernah melihat rupa itu.
Sosok yang bergerak cepat itu, mengingatkannya pada sesuatu. ‘Kenapa wajahnya amat mirip dengan Murni? calon istri Galang yang sudah meninggal?’
Agen Togel, Bandar Togel, Casino Online, Agen Judi Online, Slot Online Terpercaya, Slot gacor