CERITA MISTERI UANG TUMBAL

CERITA MISTERI UANG TUMBAL

KASIR4D –  kali ini Mimin akan  cerita misteri uang tumbal mari kita  membaca dengan seksama y

Cerita Misteri Uang Tumbal

selain sebagai petani Pak Nitiasmara juga menjadi dukun.

Biasanya tumbal itu di kaitkan dengan pesugihan. Orang yang punya pesugihan seperti buta ijo, kandang bubrah tuyul biasanya memakan korban yang di sebut tumbal.

Mungkin anaknya, orang tuanya meninggal dunia sebagai tumbal.

Namun juga ada yang menjadi tumbal itu bukan keluargannya tetapi orang lain seperti karyawannya, pembantunya, orang lain yang hutang kepada pemilik pesugihan itu.

Bahkan ada lagi orang lain yang menemukan barang atau uang yang di sebar oleh orang pemilik pesugihan itu. Celakanya, orang yang menemukan uang tumbal tersebut bukan orang sembarangan tetapi seorang Paranormal.

Puluhan tahun yang lalu Nitiasmara (nama samaran) tinggal di wilayah Yogyakarta bagian barat. Dia adalah seorang petani di samping petani ia juga paranormal (dukun) dan termasuk dukun yang terkenal.

Sebagai petani ia mempunyai sawah dan tegalan. Adapun tegalannya tidak jauh dari rumahnya tetapi sawahnya memang agak jauh dari rumahnya.

Tegalannya di tanami palawija seperti ketela (singkong), ketela rambat, pisang dan buah-buahan. Sedangkan yang hasilnya sering di jual adalah buah-buahan dan pisang, sedangkan lainnya untuk keperluan sendiri.

Sawahnya Sebagian besar di tanami padi sedangkan Sebagian ada yang berupa tanah tidak berair yang di sebut duwuran. Tanah ini di tanami jagung, cantel, bawang merah, dan Lombok.

Pengerjaan sawah itu di serahkan kepada orang lain yang di beri upah. Hasil sawahnya ini Sebagian besar di jual yang untuk keperluannya sendiri hanya padi.

Pak Nitiasmara hampir tidak pernah beli beras, karena sudah punya beras sendiri demikian juga sayur sayurannya.

Kecuali menjadi petani

Pak Nitiasmara juga menjadi dukun (paranormal) ia bisa mengobati orang yang sakit atau memberi pengasihan pada orang-orang yang membutuhkan pengasihan agar di kasihi oleh atasannya atau oleh lawan jenisnya.

Ia juga bisa mengobati orang yang kena santet atau kena guna-guna. Dia juga pernah di minta untuk memindahkan Gendruwo yang tinggal di rumah salah satu warga.

Maksudnya agar rumah tersebut bebas dari mahkluk halus (Gendruwo).

tidak hanya praktek di rumahnnya tetapi juga sering di minta ke rumah pasiennya karena pasien tersebut sudah tidak bisa berjalan (sakitnya memang sudah parah).

Pak Nitiasmara melaksanakan pekerjaanya itu dengan senang hati.

Pak Nitiasmara menerawang uang seratus ribu yang di temukan di jalan provinsi.

Pada suatu malam Pak Nitiasmara pulang dari rumah pasiennya sudah pukul 21.00 WIB jarak rumah pasiennya itu dari rumah pak Nitiasmara kurang lebih ada 1 km, ia hanya berjalan kaki.

Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya

Pak Nitiasmara memang tidak suka naik kendaraan kalau bepergian yang tidak jauh katanya berjalan itu malah sehat (olahraga). Jalan yang di lewati adalah jalan kampung.

Setelah berjalan lebih kurang 30 menit ia sudah sampai jalan raya (jalan provinsi). Di jalan itu ia melihat selembar uang Rp.100.000 dan uang logam Rp 500 ada empat. Di dekatnya tampak taburan bunga.

Pak Nitiasmara mengambil uang Rp.100.000 itu lalu di masukan dalam saku celananya. Ia kemudian meneruskan perjalanannya untuk pulang.

 

Namun di tengah jalan

ia selalu memikirkan uang yang ia temukan di jalan propinsi itu. Dalam hatinya ia curiga sebab ia melihat di dekat uang tersebut berceceran bunga.

Biasanya ia kalau menemukan uang (barang) apabila mengetahui Alamat pemiliknya pasti di kembalikan. Tetapi penemuan uang Rp.100.000 itu tidak tahu Alamat pemiliknya.

Setelah di renungkan agak lama iapun tahu kalau uang yang ia temukan itu adalah uang tumbal. Karena ia seorang paranormal maka ia tahu siapa yang menikmati uang tersebut akan menjadi tumbal bagi si pemilik pesugihan.

Maka ia memutuskan uang penemuan itu tidak segera ia gunakan.

Pada malam Jumat Kliwon uang tersebut akan di terawang oleh pak Nitiasmara di bawah pohon beringin yang ada di dekat rumahnnya Pak nitiasmara segera membawa kaca paesan di letakan di atas kain kapan putih dan di sandarkan pada pohon beringin.

Di dekat kaca paesan itu di taburkan bunga 7 rupa. Di dekatnya di nyalakan kemenyan (di bakar). Adapun uang Rp.100.000 itu di tempelkan pada kaca paesan.
Pak Nitiasmara kelihatannya komat kamit membaca mantra. Setelah selesai membaca mantra ia lalu mengetuk kaca paesan itu tiga kali dan bilang : “Keluar-keluarlah”.

Astaga dalam kaca paesan itu tampak buta ijo yang mulutnya tampak bergerak-gerak tampak lapar sekali, ingin menerkam mangsanya.

Yang di maksud mangsannya orang yang menemukan uang Rp. 100.000 dan menikmatinnya. Kemudian Pak Nitiasmara mengambil uang Rp.100.000 itu dan di pakukan pada pohon beringin.

Adapun yang di paku itu ada 2 tempat yaitu pojok kiri dan pojok kanan. Kemudian terdengar raungan, ternyata pada layar kaca paesan tampak Buta Ijo kesakitan dan meraung raung karena kedua matanya tertancap paku, pandangannya menjadi kabur (buta).

Buta ijo itu lapar segera akan menyantap tumbalnya yaitu orang yang menemukan uang RP.100.000 itu. Tetapi malah Si Buta ijo itu di sakiti oleh orang yang menemukan uang Rp.100.000.

ratus di bakar di

, muara Sungai Progo akibatnya sekujur tubuh dan kepala Reksadiharja terasa sakit.

Uang seratus ribu temuan yang di pakukan di pohon beringin itu di lepas kain putih kemudian di lipat lalu pak Nitiasmara pulang.

Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya

Masih ada satu lagi acara yang akan di lakukan pak Nitiasmara yaitu pembakaran uang Rp.100.000. Uang seratus ribu itu akan di bakar pada malam Selasa Kliwon.

Pada malam Selasa Kliwon ia berangkat ke muara Sungai Progo beserta Ndaru tetangganya untuk melaksanaan pembakaran uang Rp.100.000.

Adapun ubarampe yang di bawa adalah bunga tiga warna dan ratus. Di tepi muara Sungai Progo pak Nitiasmara di bantu oleh Ndaru mengadakan upacara pembakaran uang tumbal.

Pak Nitiasmara menggelar mori putih 2 meter. Bunga tiga warna di tabur di mori putih. Ratus di tancap di dekat mori. Kemudian Pak Nitiasmara membaca mantra sesudah itu lalu menyalakan ratus.

Jumlah ratus yang di nyalakan

 

ada tiga uang ratusan di bakar (di nyalakan) dengan nyala tiga ratus tersebut. Pak Nitiasmara sambil mengucap : “Saya tidak membakar uang tetapi membakar kepala Buta Ijo yang akan memangsa saya”.

Wuuss, uang itu terbakar lalu terbang ke udara lalu menghilang kemudian terdengar suara keras sekali makin lama makin lemah dan menghilang.

Di desa lain terdengar berita Pak Reksadiharja sakit keras. Sekujur tubuh terasa sakit dan kepalanya terasa di kletak (di terkam) oleh Buta Ijo, sakitnya makin lama makin parah.

Matanya dan telinganya mengeluarkan darah. Oleh keluarganya ia segera di bawa ke rumah sakit terdekat.

Namun sudah di rawat satu bulan belum ada tanda tanda sembuh karena penyakitnya agak aneh maka ia segera di bawa pulang ke rumahnya.

Kemudian keluarga Pak Reksadiharja mencari orang pintar untuk menyembuhkan Pak Reksadiharja. Kebetulan dekat rumah Pak Reksadiharja ada orang pintar yaitu Kyai Darta Sudira, ia di minta untuk menyembuhkan Pak Reksadiharja.

Setelah datang Kyai Darta Sudira menerawang Pak Reksadiharja ternyata di kletak Buta Ijo yang marah karena binggung di kedua matanya ada paku yang tertancap (menancap).

Dan ia tahu yang menancapkan paku itu pak Nitiasmara, teman seperguruannya waktu ia menimba ilmu.

Kyai Darta Sudira

bilang kepada keluarga Pak Reksadiharja: ”Pak baiknya minta tolong Pak Nitiasmara untuk mengeluarkan (mencabut) paku itu dari mata Buta Ijo kalau saya tidak bisa karena ilmu saya belum sampai“

Pak Diran anaknya pak Rek sadiharja mengucapkan terimakasih dan segera pergi ke rumah pak Nitiasmara.

Buta ijo itu ternyata piaraan Pak Reksadiharjo karena Pak Reksadiharjo mempunyai pesugihan Buta Ijo. Pak Reksadiharjo pekerjaanya sebagai pedagang.

Di samping sebagai pedagang ia juga meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi (Lintah Darat). Kalau yang meminjam uang tidak bisa mengembalikan maka Buta Ijonya akan memangsa (ngletak) orang yang meminjam uang itu.

Rupanya sudah lama Buto Ijo tidak di beri tumbal.

Pak Nitiasmara tak sengaja akan jadi tumbalnya, padahal ia sakti bahkan bisa menjadikan Buto Ijo itu meradang (kelimpungan) bingung. Karena itu, si buto ijo pun menerkam pemiliknya, yaitu Pak Reksadiharja.

Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya

Sakitnya Pak Reksadiharja itu karena di terkam (di kletak) oleh Buto Ijo peliharaanya itu.

Pak Diran segera

ke rumah pak Nitiasmara. Setelah sampai, Pak Diran mengucapkan salam :” Asalamualaikum.”

Dijawab dari dalam rumah: ”Waalaikumsalam masuk saja pak.” Pak Diran segera masuk dan dipersilakan duduk.

Kemudian Pak Diran bilang : “Pak tujuan saya datang kesini minta tolong untuk menyembuhkan Bapak saya yang sudah lama sakit”

Kemudian pak Nitiasmara bertanya. “Siapa pak yang memberi tahu bapak bahwa saya bisa menyembuhkan penyakit”.

Pak Diran menjawab : “Kyai Darta sudira.”

Kemudian Pak Nitiasmara menyanggupi dan segera berangkat ke rumah Pak Reksadiharja. Setelah sampai rumah Pak Reksadiharja ia segera masuk kamar Pak Reksadiharja.

Ternyata Pak Reksadiharja mengerang kesakitan telinga dan matannya mengeluarkan darah. Dan dikamar sebelah terdengar raungan dan suara glodag-glodag.

Dengan suara lemah Pak Reksadiharja bilang :”Tolong lepaskan paku dari mata peliharaan saya buto ijo itu yang ada dikamar sebelah.”

Pak Nitiasmara segera menuju ke kamar sebelah. Astaga ada Buto Ijo yang kedua matanya mengeluarkan darah karena ada paku yang menancap.

Buta Ijo itu berseru :”Cabut paku ini dari mataku!!”

Kemudian Pak Nitiasmara matek aji” tang jinepit” Keluarlah tang dan meluncur mencabut dua paku di mata Buto Ijo itu. Terdengar suara :” Aduh” paku dan Buto Ijo menghilang.

Pak Nitriasmara lalu berjalan ke kamar pak Reksadiharja. Ternyata Pak Reksadiharja sudah sembuh (sehat).

 

Pak Nitiasmara menjelaskan

 

bahwa sakitnya Pak Reksadiharja itu karena diterkam oleh peliharaanya yaitu Buto Ijo yang marah karena lama tidak diberi tumbal.

Pak Nitiasmara lalu menasehati Pak Reksadiharja bahwa memelihara Buto Ijo (pesugihan) itu tidak baik melanggar ajaran agama dan akan dimurkai oleh Tuhan Allah.

Kalau akan kaya baiknya bekerja dengan tekun tidak usah minta bantuan Setan (pesugihan).
Pak Nitiasmara bilang kepada Pak Reksadiharja : “Ingat orang hidup di dunia tidak lama jangan memelihara Setan yang akan mencelakakan di alam baka nanti”. Pak Reksadiharja juga menghiyai nasehat itu.

:”Sebenarnya saya yang akan menjadi tumbal Buto Ijo tetapi saya sakti maka uang tumbal itu yang menimbulkan petaka bagimu.

Setelah memberi banyak nasehat Pak Nitiasmara minta izin pulang dan Pak Diran memberi sekadar uang jasa kepada Pak Nitiasmara.

Agen Togel, Bandar Togel, Casino Online, Agen Judi Online, Slot Online Terpercaya, Slot gacor

Updated: Agustus 23, 2024 — 11:34 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *