NEKAT MAIN JALANGKUNG DI JAM SEKOLAH
KASIR4D – Cerita kali ini Mimin akan menceritakan tentang cerita misteri nekat main jalangkung di jam sekolah. Yuk mari kita membaca dengan seksama ya.
Awal Cerita Nekat Main Jalangkung
Kisah berlatar Jakarta tahun 90an. Nama-nama karakter dan lokasi spesifik sengaja kami samarkan. Apabila teman-teman bertanya atau menebak seputar hal itu, mohon maaf kami tidak akan berkomentar
Kamu yang saat ini sedang membaca cerita horor ini sendirian, sebaiknya pikir-pikir kembali dua kali. Mungkin saja ada sosok yang sedang memperhatikanmu dari kejauhan. Langsung saja yuk ke ceritanya!
Terdapat tiga orang pemuda yang bernama Tomy, Leo dan Acong. Mereka adalah pelajar kelas 2 SMA di sebuah sekolah peninggalan Belanda (jaman sekarang kelas 11). Sekolah mereka berseberangan persis dengan rumah sakit besar yang juga peninggalan jaman Belanda. Ketiganya sangat akrab di sekolah meski berbeda jurusan, jurusan Tomy saat itu disebut A2, mempelajari ilmu eksakta namun lebih menitik beratkan mata pelajaran Biologi.
Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya
Sedangkan Leo dan Acong mengambil jurusan yang saat di sebut A3, mempelajari ilmu Sosial dan Ekonomi. Saking akrabnya, mereka suka pulang sekolah bersama karena sama-sama tinggal di Kota Bekasi
Nekat Main Jalangkung Di Waktu Iseng
Saat jam istirahat setelah selesai makan di kantin apabila masih ada waktu mereka sering nongkong bersama di bangku panjang depan kelas Tomy bersama anak-anak A2 lainnya. Ya memang tidak ada salahnya juga sih jika anak A3 nongkrong bareng anak A2 atau sebaliknya. Pertimbangan utama sebenarnya banyak yang suka nongkrong depan kelas A2 Tomy adalah karena posisinya berada di paling belakang, dekat dengan laboratorium.
Kelas A2 sangat teduh dan nyaman untuk bercengkrama sambil membincarakan suatu hal yang tak terlalu penting. Saat bercengkrama sambil bercanda, mereka juga suka mendengarkan walk-man (pemutar musik jaman itu), membaca majalah, menyanyi dan ada yang bermain Jalangkung! Ya, bermain Jalangkung di sekolah. Peralatan bermain Jalangkung yang satu ini pun sangat sederhana; Jangka (alat tulis untuk membuat lingkaran), sehelai rambut, dan kertas untuk menulis deretan huruf alphabet A sampai Z dan deretan angka 0 sampai 9.
Cara bemainnya juga sederhana; Jangka di ikat ke sehelai rambut yang cukup panjang, lalu ujung pensil pada Jangka akan bergerak seolah menunjuk huruf dan angka yang merangkai kata atau informasi waktu.
Hasil Nekat Main Jalangkung Di Sekolah
Lalu siapa yang menggerakkan Jangka?, tidak lain adalah ARWAH. Ya betul, Jalangkung adalah permainan memanggil arwah. Ritual memanggil arwahnya di dahului dengan mantra yang lebih mirip nyanyian.
Cerita permainan yang melibatkan arwah ini pun masih eksis sampai sekarang. Lanjut, berbicara soal mantra lirik yang paling konvensional “Jalangkung Jalangkung, Di sini Ada Pesta, Datang Ga Dijemput Pulang Ga Diantar”.
Begitu terus di rapalkan berulang-ulang. Sampai Jangka begerak sendiri ke kiri atau ke kanan, atau bahkan berputar. Jika Jangka bergerak itu menandakan adanya “Arwah” yang sudah datang, maka mereka yang sedang bermain akan mengajukan pertanyaan. Biasanya seputar nama si arwah, umur berapa saat kematiannya, dan penyebab kematiannya.
Arwah Jalangkung Masuk Ke Boneka Jalangkung
Apabila sudah selesai dengan arwah yang satu dan ingin mengundang arwah lainnya tinggal mempersilahkan arwah sebelumnya pulang dengan mengucapkan terimakasih sudah berkenan hadir. Lalu kembali mantra, “Jalangkung Jalangkung, Di sini ada pesta …” di rapalkan untuk mengundang arwah lainnya.
Baca Juga >>> Kasir4D Situs Slot gacor dengan kemenangan terbanyak
Ada yang menganggap serius permainan ini namun ada juga yang menganggap omong-kosong permainan belaka. Banyak yang menganggap serius dan berpikir Jangka bisa bergerak karena arwahlah yang menggerakkan dan mencoba berkomunikasi. Sedangkan yang menganggap omong-kosong mungkin saja berpikir kalau Jangka bisa bergerak karena faktor angin atau kebetulan saja, lalu di persepsikan arwah sedang berkomunikasi.
Nah, Tomy dan Acong termasuk yang menganggap semua itu omong-kosong, tapi lumayan buat seru-seruan di kala jam istirahat. Suatu kali, beberapa teman sedang bemain Jalangkung. Ola, teman perempuan mereka yang memegang ujung helai rambut yang diikat ke Jangka. Lalu seorang lagi sudah menyiapkan peralatan tulis untuk mencatat pesan si arwah. Lalu mantra dirapalkan bareng-bareng oleh mereka yang berani melakukan permainan ini.“Jalangkung jalangkung, di sini ada pesta ………”. Saat merapalkan mantra pemanggil arwah Tomy dan Acong juga beberapa teman lainnya melakukannya sambil menahan tawa.
Mantra Pemanggil Jalangkung
Bagi mereka mantra pemanggil Jalangkung nadanya mirip lagu anak-anak “Pok Ame-Ame”, di situlah salah satu bagian lucu dan serunya.
Tak lama jangka mulai bergerak-gerak.
“Nah nah nah, ada yang dateng nih”, seru Ola.
Lalu pertanyaan mulai diajukan. “Nama kamu siapa?”.
Ujung Jangka bergerak menunjuk ke huruf T-I-N-A, Tina.
“Kamu umur berapa?”, Kemudian Jangka itu menunjuk ke arah 1 dan 7 yang artinya 17.
Tomy nyeletuk, “wow sweet seventeen! sebaya kita, nama Tina cewek pasti, kenalan dong….,” canda Tomy dan yang lain tertawa terkekeh.
Tapi beberapa pemain mimiknya tetap serius. Ola melanjutkan pertanyaan,
“kamu kenapa meninggalnya?,
Jangka bergerak S-A-K-I-T, sakit.
“Sakit panu ya?”, celetuk Acong kemudian tawa kembali tergelak.
Bermain Jalangkung di sekolah mereka Jangkanya cepat sekali bergerak yang artinya arwah cepat hadir.
Ada yang berpendapat hal itu dikarenakan sekolah mereka adalah sekolah tua peninggalan Belanda dan di seberangnya juga ada rumah sakit tua yang beroperasi sejak jaman Belanda.
Di Bawa Ke Kamar Mayat Karena Nekat Main Jalangkung
Setidaknya seminggu sekali saat waktu pulang sekolah Leo meminta kedua temannya mengantarkannya ke kantor pos untuk mengirim surat atau kartu pos ke seorang teman perempuannya yang tinggal di Palembang.
Menurut pengakuan Leo ia adalah sosok sahabat penanya. Namun Tomy dan Acong tidak percaya sehingga sering menggodanya, “Ngaku aja sih itu bokin (pacar) lo kan?”, kata mereka
Untuk menuju ke kantor pos yang jaraknya sekitar 500 meter dari sekolah, mereka kerap mengambil rute potong kompas berjalan masuk ke dalam rumah sakit besar itu yang memiki akses jalan ke fakultas kedokteran satu universitas yang sangat terkenal.
Pintu utama keluar – masuk fakultas kedokteran itu tidak seberapa jauh lagi ke kantor pos. Antara rumah sakit itu dan fakultas kedokteran itu memang sudah menjadi satu bagian. Berdasar informasi dari mulut ke mulut konon para calon mahasiswa dan mahasiswi kedokterannya saat masa Ospek harus mengambil nomor atau nama yang dipasang di ujung kaki jenazah di kamar mayat rumah sakit itu.
Mencari Pintu Akses Keluar Gedung Universitas
Pintu akses yang menghubungkan rumah sakit dengan fakultas kedokteran itu terletak di bagian belakang gedung universitas. Jika Tomy, Leo dan Acong berjalan dari sekolah menuju kantor pos maka pada bagian sayap kiri belakang gedung universitas ada jalan berupa selasar menuju ke kamar mayat rumah sakit. Sebenarnya pintu bagian depan kamar mayat juga tidak jauh dari jalan menuju kantor pos, namun mereka bertiga tentu saja kerap melewati pintu yang menuju ke arah fakultas kedokteran, lalu keluar dari pintu utama fakultas kedokteran universitas itu.
Namun di hari itu hari Senin, seragam sekolah mereka adalah putih-putih, mirip seragam perawat. Terbesit dalam benak Acong menuju ke kantor pos dengan melewati kamar mayat.
“Tes nyali yuk…, kita lewat kamar mayat”, tantang Acong.
“Ayo, siapa takut”, sahut Tomy.
“Ogah ah”, sergah Leo berbeda dengan kedua temannya.
“Ah payah lo”, cela Acong kepada Leo.
Uji Nyali Di Kamar Mayat Universitas
Akhirnya Tomy dan Acong pisah jalan dengan Leo, Leo lurus ke arah akses pintu fakultas kedokteran sedangkan mereka berdua belok kiri ke arah kamar mayat. Sekitar 15 meter dari pintu kamar mayat bau tak sedap sudah terhirup penciuman mereka, bau bangkai. Mereka berdua menutup hidung mereka. Memang rumah sakit itu juga di kenal sebagai tempat dimana mayat-mayat korban pembunuhan, kecelakaan, atau mayat-mayat tanpa identitas yang tidak jelas keluarga atau kerabatnya disimpan sampai tempo lama tertentu. Di depan pintu kamar mayat terdapat semacam papan pengumuman yang mirip mading (majalah dinding) sekolah. Tomy dan Acong menghampiri papan pengumuman itu. Ternyata itu untuk memajang foto mayat-mayat tidak beridentitas. Di bagian atas terdapat tulisan;
“Apakah anda mengenali mereka?”.
Tomy dan Acong melihat foto-foto mayat-mayat itu. “Buset tom, ni orang ancur tiga bagian”, kata Acong saat melihat satu foto satu sosok yang tubuhnya hancur koyak di bagian dekat leher lalu di bagian bawah antara kemaluan dengan paha. Bergidik juga mereka di buatnya. Ada keterangan di bawah foto itu yang menerangkan bahwa mayat itu terlindas kereta, berjenis kelamin perempuan, umur di perkirakan 30an. Foto-foto mayat lainnya juga tidak kalah mengenaskan.
Tomy dan Acong melanjutkan jalan mereka, masuk ke dalam kamar mayat itu. Mereka melihat petugas keamanan sedang membantu petugas kamar mayat memindahkan sesosok mayat lelaki dari dipan dorong ke dalam lemari penyimpanan mayat. Mayat itu tak mengenakan penutup tubuh sehelai benang pun, telanjang.
Penampakan Mayat Tuna Wisma
Tubuhnya terlihat dekil, mungkin itu mayat seorang tuna wisma. Para petugas terlihat begitu santainya menangani mayat itu, sambil saling bercerita diselingi tawa kecil diantara mereka. Pasti mereka sudah terbiasa dengan kondisi demikian. Lain halnya dengan Tomy dan Acong, sebenarnya mereka cukup tegang sedari depan kamar mayat yang juga nampak banyak kurung-batang bertumpukan begitu saja. Begitu mereka keluar dari kamar mayat keduanya merasa lega.
“Kita ga ditegor satpam karena disangka perawat kali ya?, seragam kita putih-putih soalnya”, Tomy menduga. “Sepertinya gitu”, Acong setuju. Akhirnya ketiganya bertemu di kantor pos. Acong meledek Leo, katanya bernyali kecil. Leo merasa kecut juga di ledek kedua temannya. Tapi mau bagaimana lagi nyalinya memang tidak sebesar kedua temannya itu.
Kembali Bermain Jalangkung
Dua hari kemudian, di jam istirahat sekolah seperti biasa sehabis bersantap di kantin mereka melanjutkan nongkrong di depan kelas A2.
Dan lagi-lagi biasa mereka bermain Jalangkung. Namun kali ini si Danil yang memegang sehelai ujung rambut dan Jangkarnya. Tomy, Leo dan Acong dan beberapa temannya lainnya sebagai peserta permainan saja. Mantra kemudian dirapalkan bersama-sama, “Jalangkung Jalangkung, Di sini ada pesta, Datang ga di jemput Pulang ga di antar”, begitu terus sampai di ulang 3 kali. Hingga pada mantra ke 4, “Jalangkung Jalangkung ……..”, syair belum tuntas namun Jangkar sudah berputar-putar.
“Udah ada yang dateng nih”, bisik Danil. “Ini dengan siapa?”, tanya Danil.
Jangka bergerak, S-A-N-T-I, Santi.
“Nah, cewek nih….”, kata Acong.
“Umur kamu berapa?”, Kemudian Jangka bergerak, 3-4, 34.
“Mba, mba”, kata beberapa yang ada di situ.
“Kamu meninggal kenapa?, K-E-L-I-N-D-E-S, kelindes.
“ Kelindes apa?, tanya Danil lebih lanjut. K-E-R-E-T-A, kereta. arah Jangka bergerak.
Beberapa yang ada di sana terlihat bergidik, mungkin membayangkan bagaimana wujud korban terlindas kereta.
Tiba-tiba tanpa di tanya Jangka bergerak lagi,
“T-O- M-Y, Tomy. Terdengar gumam,
“Loh ko nama lo di sebut Tom?”. Kali ini Tomy diam tak berkomentar.
Jangka bergerak kembali, A-C-O-N-G, Acong. “Cong!, nama lo juga di sebut!”, gumam yang ada di situ.
Tomy dan Acong diam seribu bahasa, wajah mereka pucat, kening mereka mulai berkeringat, lalu mereka saling bertatapan.
Agen Togel, Bandar Togel, Casino Online, Agen Judi Online, Slot Online Terpercaya, Slot gacor
Leo menegur, “kenapa lo berdua?” Teringat, rupanya sosok Santi adalah korban kelindas kereta yang di lihatnya di papan pengumuman saat dirinya nekat masuk ke kamar mayat rumah sakit